One

15.4K 1K 63
                                    

"Anja, pliiiiis!"

Elbi memohon sambil menelungkupkan kedua telapak tangannya. Anza tidak peduli. Pemuda itu memang menyempatkan diri melirik sebentar ke arah Elbi, tetapi dia segera kembali melangkah menuju kantin.

Anza salah ketika berpikir Elbi akan menyerah. Tidak ada kata menyerah dalam kamus Elbiana Bagaskara. Sebagai putri satu-satunya di dalam keluarga, Elbi menjadi prioritas. Semua permintaannya selalu terpenuhi. Papa dan kakak lelakinya selalu memastikan Elbi tidak pernah kekurangan apa pun. Hal itulah yang membuat tuan putri ini manja dan kadang bersikap semaunya. Setidaknya, Elbi selalu bersikap begitu kepada Anza.

"Kali ini aja, Anja! Ya? Ya? Pliiiis!" Elbi kembali memohon. Kali ini sambil mengayunkan tangan kiri Anza.

Anza berdecak kesal. "Kali ini?" tanyanya sarkas tanpa melihat ke arah Elbi. Camilan kantin lebih menarik perhatian Anza daripada rengekan si tuan putri. "Sepertinya Kakak Elbi mengatakan itu ... hmm ... dua hari yang lalu. Atau kemarin?"

"Yah ... yah ... itu ...," Elbi tergagap ketika akan membalas perkataan Anza. Memang, Elbi sudah menjanjikan kalau permintaannya dua hari yang lalu dan kemarin adalah yang terakhir. Tapi, bagaimana lagi. Ia membutuhkan bantuan Anza lagi kali ini. "Sekali lagi aja deh! Beneran! Aku nggak akan minta tolong beginian lagi," janjinya.

Janji yang diucapkan Elbi berhasil membuat Anza menoleh kepadanya. Dengan begitu pro Elbi sudah memasang ekspresi andalannya. Ekspresi yang biasanya akan membuat Papanya yang sedikit keras kepala luluh. Elbi tahu ini akan sulit berhasil untuk Anza. Namun, tidak ada salahnya mencoba, kan?

"Yakin sekali lagi?" tanya Anza datar. Sedatar ekspresinya. "Yakin besok-besok nggak minta tolong lagi?"

Pertanyaan Anza membuat Elbi kebingungan. Yah, dia tidak yakin. Ini bukan kali pertama Elbi sudah berjanji semacam itu. Dari semua janjinya, tidak ada yang Elbi tepati. Hari ini dia berjanji, besok dia akan mengulangi lagi. Begitu seterusnya. Tidak pernah bosan.

"Mungkin," jawab Elbi lirih. Kepalanya menunduk sambil sesekali melirik Anza yang masih memasang ekspresi datarnya. Biasa saja sih. Sehari-hari juga Anza ekspresinya begitu-begitu saja. Monoton.

"Saya nggak mau berbohong pada Om Bian lagi," kata Anza mengawali. "Saya nggak mau merusak kepercayaannya," lanjutnya membuat kepala Elbi semakin menunduk. Ah, sepertinya Anza tidak akan menuruti kemauan Elbi kali ini.

"Jadi," Anza melanjutkan diiringi helaan napas berat. Ia tidak tahu mengapa beban seberat ini harus dipikulnya ketika usianya baru menginjak 16 tahun. "Jangan membuat saya berbohong pada Om Bian lagi. Pastikan ini pertolongan saya yang terakhir kali."

Elbi segera mengangkat kepalanya. Kedua matanya berbinar menatap Anza. Gadis itu tahu, Anza selalu dapat diandalkan. "Aye ... aye .. kapten!" serunya riang. "Thanks, Anja. Thanks banget!" ucap Elbi sambil menggoyangkan kedua lengan Anza.

"Tenang aja. Nanti aku traktir Bakso Pak Min," janji Elbi lagi.

Anza mengangguk tanpa suara. Dengan cepat pemuda itu melepaskan tangannya dari Elbi. Ia kembali fokus memilih camilan. Tidak peduli pada Elbi yang sudah berlari siap menyambut kebebasannya. Kebebasan hari ini.

O0O

Elbi dan Anza berteman sejak kecil. Mereka tumbuh besar bersama. Kedua orang tua mereka saling mengenal. Papi Anza merupakan karyawan di perusahaan keluarganya sekaligus menjadi salah satu orang kepercayaan Papa Elbi. Hal itulah yang membuat keduanya akrab sejak kecil. Atau lebih tepatnya hal itu lah yang membuat Elbi selalu berada di sekeliling Anza sejak dulu.

Anza tidak terlalu menyukainya. Itu yang dipikirkan Elbi sejak kecil. Anza kecil selalu saja melarikan diri dan bersembunyi ketika Elbi mengajak bermain. Anza kecil juga selalu menunjukkan wajah cemberutnya yang lucu ketika berhadapan dengan Elbi. Berbeda sekali ketika Anza berhadapan dengan kakak lelaki Elbi, Rekananda Bagaskara. Ia selalu tersenyum lebar dengan mata berbinar penuh minat ketika Reka mengajaknya bermain atau mengobrol. Kadang Elbi berpikir, apakah sikap permusuhan Anza terbentuk karena anak itu cemburu pada Elbi yang memiliki Reka sebagai kakaknya?

Something about AnzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang