1. Aira Fatma Zulaikha

1.9K 76 5
                                    


Assalamu'alaikum akhi wa ukhti, Marhaban ya Ramadhan. 

Cerita ini murni pemikiran saya, jika ada kesamaan berarti hanya kebetulan.


"Umi...sudah berapa kali Rara bilang? Rara nggak mau masuk universitas dulu mi. Rara maunya ke pondok pesantren." rengut Aira sebal.

    "Keputusan abi dan umi sudah bulat sayang, inikan juga demi kebaikan kamu." sahut Fatimah, sang umi.

     "Umi, niat ke pondok belajar ilmu agama kan bagus, kenapa dilarang?" Aira masih tak mau kalah.

     "Kalo saja kamu nggak punya penyakit tifus dan maag, mungkin sudah umi izinkan." Fatimah teringat bagaimana repotnya sang anak jika sedang sakit, tak mau makanlah, tak mau bicaralah. Sampai-sampai suster rumah sakit dibuat bingung, membujuk Aira bukan perkara mudah, gadis yang dikaruniai otak cerdas dan pandai bicara itu akan mencari seribu satu macam alasan untuk membantah.

   "Ayolah mi, Ra janji kok, bakal jaga pola makan." Aira masih mencoba bernegosiasi.

   "Kemarin kamu juga ngomong gitu Ra, tapi apa? Seminggu kemudian masuk rumah sakit kan? Kamu kira umi bakal percaya?" Fatimah menaikkan alisnya, geram melihat putrinya tidak menurut.

Aira yang melihat raut wajah uminya berubah jadi tersenyum kecut. Uminya termasuk golongan orang yang sabar menurut Aira. Jika sampai uminya berekspresi seperti itu tandanya ia sudah keterlaluan.

Aira menghembuskan nafas pelan, bagaimanapun ia menyadari tingkah kekanakan yang telah ia perbuat menyakiti hati uminya. Menyakiti hati uminya merupakan hal yang wajib dan kudu dihindari. Aira tidak mau dicap sebagai anak durhaka. TIDAK MAU!.

Aira segera menghampiri dan memeluk sang umi "Maafin Ra umi, Ra nggak bermaksud durhaka. Ra Cuma pengen belajar ilmu agama lebih banyak dan jadi ustadzah." lirih Aira.

"Terkadang apa yang menurutmu baik belum tentu baik dimata Alloh sekalipun itu bernilai positif. Umi maafkan." sahut Fatimah sambil mengelus puncak kepala Aira.

Aira mengembangkan senyumnya "Makasih mi, Ra pamit ke kamar dulu buat persiapan ke kampus besok. Kemarin Ra keterima jalur SNMPTN jurusan dokter seperti yang umi minta."

"Alhamdulillah trus-trus gimana?" Fatimah tidak sabar untuk mendengar kelanjutan cerita putrinya.

" Ra juga dapet beasiswa full sampe lulus mi, karena Ra punya hafalan 30 juz." sahut Aira.

Fatimah tampak meneteskan air mata, meski putrinya keras kepala tapi ada saja yang selalu bikin hatinya bahagia. Fatimah memeluk Aira lebih erat dalam hati ia bersyukur dikaruniai putri yang cerdas lagi sholehah setelah anak pertamanya.

Anak pertama? Ya, Fatimah memiliki dua anak, yang pertama adalah Muhammad Hasan Fikri Abdulloh dan yang kedua Aira Fatma Zulaikha. Muhammad Hasan Fikri Abdulloh kerap disapa Hasan, adalah lulusan Kairo dan sekarang tengah mengajar di pesantren ternama Indonesia, Ponpes Gontor. Mengikuti jejak sang abi, H. Fikri Abdulloh yang merupakan pengasuh ponpes Gontor. Prestasi Hasan yang membanggakan dibidang bahasa arab mampu menghantarkannya untuk bersekolah di Kairo tentu saja membuat Abdulloh dan Fatimah menangis haru. Belum lagi diusia yang masih muda ini Hasan dikenal sebagai ustadz yang rendah hati dan suka menolong. Sungguh sebelumnya Fatimah takut putranya menjadi pribadi yang sombong kerana prestasi, namun ternyata pikiran Fatimah salah.

Dan setelah itu Aira, yang lolos jalur SNMPTN dan gratis kuliah lagi-lagi membuat Fatimah menangis haru, ia benar-benar bersyukur atas karunia Alloh yang telah diberikan kepada keluarganya.

"Pesan umi, jangan takabbur ya sayang, karena sewaktu-waktu nikmat itu bisa Alloh cabut."

"Iya mi, Aira janji" sahut Aira sambil mencium wanita yang telah membesarkannya. "Ra pamit kekamar mi." Aira menuju kamar setelah uminya mengangguk.

Sepeninggal Aira, Fatimah mengambil ponsel dan menghubungi Abdulloh, suaminya. Berniat memberi kabar gembira dan juga melepas rindu karena suaminya sibuk menjaga pesantren dan jarang memiliki banyak waktu, jika bukan hari Jum'at. Itupun juga hanya sebentar.


Hay guys.. kalo kalian baca cerita ini cuma part awal, kalian payah. Cerita ini uniknya ditengah-tengah juga diakhir. 

Kenapa? Gue sengaja bikin kalian penasaran...

Kebanyakan yang mbaca banyak bat di awal part.. abis itu males lanjut.. yah... nggak jadi nemuin unsur unik, baper dsb dung.

Kalo di orang banyak bat naro prolog didepan, gue ga kasi sama sekali, biar kejutan itu ada. So,,,, lanjut aja nggak bikin dosa ko.. Kalo sekiranya mbosenin komen aja. 

Komenan pedes pun tak apa kalo sifatnya membangun...

ku tunggu aksi kreatif komentar kalean guys..... see you~

Denganmu Kekasih Halal (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang