-PROLOG-

688 64 53
                                    

Rasa lelah kini semakin merasuki tubuh Vio. Kantung matanya sudah  membesar dan menghitam seperti panda. Bahkan untuk sekedar membuka mata pun, terasa berat.

Kepalanya sudah tidak bisa lagi memikirkan apapun. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya satu, tidur.

Deeerrtt..Deeerrtt..Deeerrtt..

Handphone nya bergetar, padahal baru saja Vio menelungkupkan kepalanya di atas meja untuk tidur. Terpaksa ia harus bangun lagi dan mengangkat telepon itu.

"Ya, halo?"

"Vi, di kamar 410 ada pasien gue dari Indonesia juga, jadi gue minta tolongnya ke lo buat periksa dia karena lo sama-sama dari Indonesia,  gue lagi persiapan operasi dan gue gabisa tunda, tolong ya Vi, pliiiss,"

"Al, gue baru mau tid-"

Tuut..tuutt..

Belum selesai Vio bicara, telepon dimatikan sepihak. Begitulah Alexa, sahabat terdekat Vio yang merupakan dokter spesialis kanker yang berasal dari Indonesia, sama seperti Vio.

"Aarrgghh! selalu aja ada yang ganggu!" Vio hanya bisa berdecak dan mengacak-acak rambutnya, frustasi.

Bagaimana tidak frustasi, sudah satu minggu semenjak Vio bertugas di Kanada, lebih tepatnya di Toronto General Hospital. Vio hanya punya waktu tidur 2-4 jam sehari dan bahkan sering tidak tidur. Vio selalu sibuk di ruang operasi, selalu banyak yang harus ditangani setiap harinya. Tapi wajar saja karena itulah risikonya menjadi seorang dokter.

"Kamar 410, huh!! Harus siap Vio. Jangan ngeluh!" ujar Vio menyemangati dirinya sendiri.

Vio keluar dari ruangan dan berjalan menelusuri rumah sakit ini menuju kamar 410. Orang yang berada di kamar itu bukan pasiennya, tapi Vio harus memeriksanya untuk membantu sahabatnya. Meskipun Vio mau melakukannya, dalam hatinya dia terus menggerutu dan berniat akan mencakar Alexa kalau nanti bertemu.

Pintu kamar VIP yang bertuliskan 410 sudah di depan mata, Vio berhenti sejenak dan membuang napasnya perlahan karena sudah lelah, dan kemudian tanpa ragu Vio langsung masuk ke kamar tersebut.

Yang Vio lihat pasien itu sedang berbaring sambil menutup wajahnya menggunakan novel, sepertinya hanya sedang tiduran dan baru selesai membaca.

Vio tersenyum ramah melihatnya, "Selamat pagi, saya dr. Raviola Aurora yang menggantikan dr. Alexa untuk sementara."

Pasien itu kaget mendengarnya, sontak ia menurunkan novel dari wajahnya dan langsung menatap Vio.

Vio pun sama, sangat sangat tercengang. Sontak ia membulatkan matanya saat melihat wajah pasien itu.

"Bintang???"

*****

AURORA


🌈🌈🌈


Hai. Sebagai penulis baru, tau kok di prolog aja udah absurd abiss. Makannya tolong kasih coment,kritik, dan saran oke!!


Instagram: @arindustory_


Seeyou:)

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang