18. Back to Destiny

340 37 13
                                    

-Apology-

Malam ini Mark nampak bersitegang dengan pikirannya, pasalnya tadi pagi ia menerima pesan dari Sana kalau wanita itu akan memberikan jawaban dari ajakan Mark waktu dulu.

Mark hanya menyiapkan lasagna dan spagetthi untuk makan malam mereka.
Ia tidak begitu menyiapkan banyak hal, karena ia tahu Sana tidak perlu hal hal istimewa lainnya.

Jantungnya berdebar tidak karuan hanya menunggu Sana datang saja.
Sebenarnya ia sudah tahu bahwa Sana masih memiliki debaran yang sama dengannya, hanya saja untuk menikah Mark ragu akan hal itu.









*Ding dong*

Suara bel apartemen Mark berbunyi, pria itu langsung membukanya dan tanpa berlama lagi wajah Sana muncul dengan senyuman manis khas wanita itu.

"Hey" Mark nampak canggung menyapanya, sama seperti saat pertama kali pria itu jatuh cinta pada Sana.

"Maaf aku sedikit terlambat" ujar Sana kemudian duduk di sofa karna Mark sudah menawarkannya masuk.

Mark sempat terdiam beberapa saat melihat tampilan Sana yang berbalut dress cantik berwarna putih.

Sana kemudian melepas kuncirnya dan menyibakan poninya kebelakang.

"Haah, lelahnya" wanita itu memijat tenguk lehernya.

"Kau sudah makan malam?" tanya Mark.

"Belum sama sekali, seharian aku hanya bertemu dengan collega yayasan dan itupun aku hanya minum kopi" jawabnya sembari mengerucutkan bibirnya.

Mark tersenyum.
Ia senang Sana sudah kembali beraktivitas dengan normal paska kejadian tempo itu.

Kesenangannya bertambah karena kini ia bisa lebih sering bertemu dengan Sana di sekolah, karena Sana sekarang kembali mengambil alih yayasan yang sebelumnya diurus semua oleh Jinyoung.
Karena Jinyoung merasa ia sudah tidak pantas memegang perusahaan dan yayasan yang harusnya jadi milik Sana, jadi ia menyerahkan semuanya ke tangan pemilik aslinya.

Awalnya Sana tidak mempermasalahkan apapun soal hal itu, bagaimanapun Jinyoung adalah pekerja keras dan memang sejak perusahaan dan yayasan ayahnya dipegang oleh Jinyoung semuanya berjalan dengan stabil.

Tetapi Jinyoung memaksa, karena menurutnya Mingyu lebih pantas untuk hal itu.
Jinyoung bukan lagi bagian dari bagian keluarga itu, ia hanya separuh kenangan di hidup mereka, Sana dan Mingyu.


"Duduklah di meja makan, ayo kita makan bersama" ujar Mark yang kini tengah menyajikan makanan diatas meja.

Mata Sana berbinar melihat makanan lezat yang Mark sajikan, senyumnya mengembang membuat pria di hadapannya refleks juga tersenyum.

"Selamat makan~"

Sana langsung menyambar kenikmatan yang ada di hadapannya, mulutnya selalu menggumamkan kekaguman atas kelezatan rasa yang ia makan.
Mark bahagia melihat gadisnya bahagia dengan hasil karyanya. Seperti sebuah penghargaan tersendiri untuk dirinya.

Selama makan malam berlangsung, Sana tak ada hentinya mengeluh akan segala kegelisahan dan juga kekesalan tentang tanggung jawab besarnya.

Mark mendengarkan gadis itu dan sesekali memberikan solusi yang menurutnya pantas.
Pria itu sebenarnya tidak bisa fokus karena ia tidak sabar untuk menunggu jawaban Sana.

***

Setelah makan malam selesai, keduanya duduk diatas sofa.

APOLOGY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang