BAB 1

24 5 4
                                    

Suara riuh dan tepuk tangan telah memenuhi kantin. Semua pasang mata melihat ke titik yang sama, tak terkecuali Chelyn dan Naila. Seorang Farrel Anggara, sedang menyatakan cinta pada seorang gadis di hadapannya.

Perih hati Chelyn, saat mengetahui lelaki yang disukainya telah menaruh hati pada perempuan lain. Dia langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan kantin, disusul oleh Naila yang terlihat khawatir akan kesedihan Chelyn.

Sampai di taman, Chelyn segera duduk menangis menutup wajahnya. Naila yang baru datang, ikut duduk menemani Chelyn di sampingnya.

"Gue kan udah bilang, mending lo jauhi aja si Farrel. Lagian apa sih untungnya deket sama dia? Nggak ada kan?" tanya Naila sambil mengusap pelan punggung Chelyn.

"Tapi dia juga pernah bilang kalo suka sama gue Nai. Dia bilang, belom ada niat pacaran karena dilarang sama Ayahnya. Tapi nyatanya sekarang?" Sejenak Chelyn diam mengatur napasnya.

"Dia jahat Nai... gue benci sama dia," ucap Chelyn lagi menangis kembali di pelukan Naila.

Naila hanya bisa membalas pelukan Chelyn dan menatapnya penuh iba. "Gue bodoh ya Nai?"

Sontak Naila melepaskan pelukannya dan beralih menatap Chelyn yang terus menangis di hadapannya. "Lo jangan bilang gitu. Lo nggak bodoh. Cinta tulus lo aja yang emang nggak pantas untuk cowo sebrengsek dia. Sekarang, apa lo masih rela keluarin air mata untuk cowok yang jelas-jelas udah sakitin hati lo?" Chelyn menatap Naila dengan tatapan sendu.

"Apa lo yakin, setelah pacaran sama dia hidup lo jauh lebih bahagia? Belom pacaran aja dia udah berani nyakitin lo. Gimana nanti kedepannya?"

"Iya Nai, sekarang gue sadar. Dia emang nggak pantes untuk milikin hati gue. Gue bakal coba tutup hati gue untuk dia mulai sekarang."

"Nah gitu dong! Itu baru sahabat gue," kata Naila senang sambil mengajak Chelyn ber-tos bersama.

Akhirnya mereka pun berjalan kembali menuju kelas karena bel masuk telah berbunyi.

Di koridor, mereka tidak sengaja melihat Farrel sedang bergandengan dengan kekasih barunya. Sekilas mereka bertatapan, namun Chelyn mengalihkan pandangannya ke arah lain, menyembunyikan matanya yang masih berkaca-kaca.

🍁🍁🍁

Di kelas, suasana masih ramai dengan hiruk pikuk siswa. Ada sekelompok cewek yang sedang bergosip di pojok ruangan, ada sekelompok anak pintar yang sedang belajar di deretan bangku paling depan dan ada sekelompok anak cowok yang sibuk bercanda di depan kelas.

Dan kini, Chelyn dan Naila yang termasuk golongan netral, asik mengutak atik ponselnya sesekali bergurau untuk menghibur suasana.

"Chel, gue izin save foto lo ya," tanya Naila sambil melihat ke arah foto Chelyn.

"Dih, ngapain lo? Ngefans sama gue nih?"

"Najis. Gue mau nyantet lo," sahut Naila dengan sewot.

"Ya kali. Orang gue nya alim gini. Nggak bakal ngaruh lah," ucap Chelyn lagi sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Jangan kaget ntar kalo ada tuyul mampir ke rumah lo."

"Nggak bakal kaget. Tuyulnya kan kembaran lo, sama-sama kerdil."

"Ngomong sekali lagi gue tebas beneran nih!" sahut Naila sambil mencubit pinggang Chelyn.

"A-aduh! Ampun Tante, adek masih kecil. Mainnya nyantai aja jangan kasar-kasar," kata Chelyn sambil mengaduh kesakitan.

"Heh! Udah gila," seru Naila sambil melotot ke arah Chelyn.

Ampun dah, Naila galak banget. Jiwa emak-emaknya sudah terpatri sejak dini. Untung si Naila dapet sahabat yang sabar kek Chelyn. Kalo nggak, bisa diamuk massa nih gara-gara kelakuannya.

🍁🍁🍁

Sepulang sekolah, Chelyn menemani Naila menunggu jemputan di depan gerbang. Beberapa menit berlalu, namun Ayah Naila tidak kunjung datang.

"Nai, Ayah lo mana sih? Kok nggak dateng-dateng?"

"Gatau deh, udah dichat juga belom dibales."

TRING!

"Siapa Nai? Ayah lo?" tanya Chelyn kembali.

"Iya nih. Dia nggak bisa jemput gue. Masa katanya gue naik ojol aja? Lagi nggak ada duit juga."

Chelyn diam sejenak sampai pandangannya tertuju pada seorang pria yang sedang bersiap keluar dari gerbang sekolah.

"Kak Revan! Tunggu bentar!" seru Chelyn sambil berlari ke arahnya.

"Apaan sih Chel? Gue mau cabut nih."

"Yaelah, sabar kali. Kak, bantu nganter Naila gih. Kasian tau dia nggak ada yang jemput. Rumah kalian searah kan?"

"Eh? Iya sih. Boleh aja," jawab Kak Revan sambil menatap ke arah Naila.

"Chel, lo apaan sih? Gue pinjem duit lo aja deh ya," pinta Naila dengan nada memelas.

Pinjem palalo. Duit kemarin aja belom diganti, sekarang mau pinjem lagi. Malak iya.

"Eits, rezeki nggak boleh ditolak. Mumpung ada yang gratis, kenapa harus pilih yang berbayar?"

"Halah bilang aja lo nggak mau pinjemin gue, karena utang kemarin belom dibayar kan?" tanya Naila dengan nada sewot.

Yee. Peka juga nih si jenglot.

Naila pun langsung memegang pundak Kak Revan dan naik ke atas motornya. "Udah ah, kita langsung berangkat aja. Bye Chelyn pelit," ejek Naila sambil menjulurkan lidahnya.

Sesaat setelah Revan menancap gasnya. Chelyn baru teringat sesuatu tentang Naila.

Eh buset! Nasib utang dia gimana nih? Peka doang, ditanggepin kagak. Dasar bocah!

🍁🍁🍁

"Bu, Chelyn pulang," salam Chelyn sambil menutup pintu.

"Eh sini makan dulu, udah Ibu siapin makanan kesukaan kamu."

Walaupun Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaan Chelyn, tetap saja hari ini dia tidak selera untuk memakannya. Peristiwa di kantin, terbayang lagi di ingatan Chelyn.

"Oke Bu, ntar Chelyn makan ya. Sekarang, mau istirahat dulu," kata Chelyn sambil berlalu ke arah kamarnya.

"Huft, capek banget sih hari ini," keluh Chelyn sambil menghempaskan badannya ke arah kasur.

TRING!

Sambil setengah mengantuk, Chelyn meraba-raba nakas di sebelah ranjangnya untuk mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi.

087xxx : Hai

Lah, ini siapa dah? Fans baru gue? 

----

Hai! Jadi ini story pertamaku. Moga kalian suka ya! Tolong kritik dan saran juga untuk chapter selanjutnya. Kalo di chapter ini masih ada kesalahan seperti typo, alur berantakan, dll yang menurut kalian nggak sesuai, komen aja. Nanti bakal aku revisi ceritanya.
~ Salam Panda 🐼 ~

KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang