"Aku butuh bantuan mu, Ken."
Alvin tiba-tiba menghampiri Riken dengan membawa tumpukan buku di tangannya. Riken yang sedang memakan bekalnya pun langsung menganga tidak percaya dengan kejadian langka seperti ini.
Ini sungguh tidak masuk akal.
"B-bantu apa?" tanyanya memastikan penglihatan dan otaknya yang sedang tidak sinkron.
"Bantu naikin ranking."
"Ha?"
"Naikin ranking."
"..."
"..."
"Naikin ranking dan bantu aku jadi juara umum."
"HAA?????"
***
Daryan, Jeno dan Jay yang baru saja kembali dari kantin, langsung berhenti di depan pintu kelas ketika melihat kejadian langka yang tidak mungkin bisa terjadi dalam hidup mereka.
Ketiganya berhenti dengan tampang terheran-heran. Tidak sepenuhnya mengerti dengan yang mereka lihat.
"Guys, itu Alvin kan?" tanya Jay dramatis.
"I-iya.." jawab Daryan terbata.
Jeno hanya menyeruput es serut miliknya dalam diam.
"K-kok s-serem? Yan, i-ini b-bukan mimpi kan?" tanya Jay masih dengan tatapan horrornya.
Daryan menampar wajah Jay dengan kuat. Membuat wajah Jay yang selalu dibanggakannya itu memerah dengan bekas tangan Daryan disana.
Daryan menyebutnya sebagai 'Cap tangan dewa'.
"KENAPA NAMPAR MUKA KU BANGSAT?!"
"Lah kan tadi nanya ini mimpi apa bukan?"
Dan dihari yang tidak biasa itu, terjadilah aksi boxing kelas kakap yang di bintangi oleh Daryan dan Jaylani.
***
Alvin membaca setiap kalimat di buku paketnya dengan cermat. Ia beberapa kali membaca kalimat demi kalimat yang asing baginya itu. Beberapa kali juga dahinya terlihat mengkerut.
"Jawablah pertanyaan berikut..." ucapnya dengan lamban "Apa yang dimaksud dengan gerak parabola?"
Ia melirik Riken yang sedang berfokus dengan makanannya, "Apa ken?"
"Apanya?"
"Iya apa?"
"Apanya yang apa?"
"Apa yang dimaksud gerak parabola?"
"...Bodo amat."
Alvin mencibir teman sepergoblokannya itu. Ia kembali berkutat dengan soal level 4 miliknya sambil sesekali mengerang kesal.
Beberapa kali juga dia terlihat mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.
Ia sedang mencoba mencari jawaban yang tepat.
"Ah aku tau! Aku tau gerak parabola apa!"
"Apa?" tanya Riken. "Awas aja kalo ngaco."
"Gerak itu kan gerakan, parabola itu kan antena televisi. Yauda jadi gerak yang dilakukan oleh antena televisi!"
Riken tersenyum senang. Alvin juga tersenyum senang.
Riken menepuk-nepuk pundak Alvin cukup kuat. Ia tersenyum sambil berkata,
"GOBLOK!"
Perkataan yang membuat hati Alvin sangat-sangat sakit. Padahal ia sudah bersusah payah mencari jawaban menggunakan otaknya yang lemah.
***
Jeno, Daryan dan Jay sedang berdiri di depan tiang bendera sejak beberapa menit yang lalu. Badan mereka sudah dipenuhi dengan keringat.
Bahkan salah satu dari mereka mengeluarkan bau bawang yang cukup kuat.
Sepertinya dia wibu.
Jeno mengerang kesal, "Arghh! Gara-gara kalian, aku juga ikutan kena hukum! Mana ada yang bau bawang lagi!"
"Lah, kok aku? Jelas-jelas yang salah Daryan! Ngapain nampar segala coba!"
"Lah? kok jadi nyalahin aku?! aku cuma mau nyadarin kau?! Kok jadi aku yang salah!"
"Pake acara nampar segala?!"
"Yaa enggak sih.. Cuma muka mu kaya beruk, cocok buat di tampar hehe.."
"BABI!"
dan dimulailah lagi Final Boxing antara kubu Daryan dan Jaylani. Entah hukuman apalagi yang akan diberikan. Jeno hanya bisa pasrah kepada tuhan YME.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO PAST
Teen Fiction" Waktu terus berjalan. Tapi kehadiranmu masih terasa walaupun tinggal kenangan. " -Ken Aswanda. " Mengenalmu adalah hal yang terburuk di dalam hidupku. Karnamu, aku jadi tau kalau kehilangan terasa sangat menyakitkan. " - Abdul Jaylani. " Hanya in...