Part 4

3.5K 330 66
                                    

Perth melangkah pelan menuju ruang kelasnya, hari ini dia memutuskan untuk kembali menjalani rutinitasnya sebagai Mahasiswa dan berusaha melupakan semua musibah yang baru saja terjadi padanya.

Dia bukanlah seseoarang yang pendendam, hanya saja dia semenjak kejadian dimana dia dilecehkan oleh Saint, dia menjadi sensitif dan mudah merasa takut. Dia juga kehilangan rasa percaya dirinya karena menganggap dirinya adalah manusia yang paling kotor.

“Kalau masih sakit, jangan dipaksakan” Ucap Mark memperingati, mereka berdua berjalan beriringan di lobby, dengan lengan kokoh Mark melingkari pinggang ramping Perth untuk menjaganya agar tidak tumbang.

Perth tersenyum tipis, dia merasa berungung memikiki sahabat seperti Mark.

Hari itu, dimana Saint menampakkan dirinya di Asrama kampusnya, Mark benar-benar kalap setelah mengetahui bahwa Saint-lah penyebab dibalik keterpurukannya.

Dan setelah mendengar semuanya yang terjadi dari bibir Perth yang saat itu berusaha menceritakan kejadian itu dengan sudara bergetar dan terbata, Mark menjadi orang pertama yang berada disana untuk menyongsongya.

Dia tidak menganggapnya kotor, dia tetap ada disana memeluk Perth dan memberikan semangat. Dia bahkan berjanji untuk membalaskan rasa sakit Perth pada Saint.

Walaupun kemudian Perth melarangnya, karena sesungguhnya kejahatan itu tidak baik jika dibalas dengan kejahatan yang serupa *Hiyahiyahiya!

“Aku baik-baik saja” Bisik Perth berusaha menenangkan, walaupun wajah pucatnya tidak bisa berbohong bahwa sebenarnya dia masih ketakutan.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Perth dari belakang, “Kemana saja kau, Perth?” Ucapnya sok asik, siapa lagi kalau bukan Yacht.

Namun hal itu malah membuat Perth berteriak histeris, dia belum bisa berinteraksi dengan siapapun selain Mark untuk saat ini. Siapa sangka perbuatan bejat Saint saat itu bisa membuat mental lelaki polos ini tertekan.

“Hei! Hei! Ada apa?!” Seru Yacht panik, dia kan hanya ingin menyapa, kenapa Perth malah menangis sambil berteriak histeris seperti ini.

Dan hal ini menjadi pembicaran seluruh fakultas, bahwa Perth mengalami trauma mendalam setelah kejadian buruk yang menimpanya.

**

Saint mendengar kabar itu, si-kutu buku kesayangan semua professor menjadi sensitive seperti kelinci yang terluka.

“Apa yang harus kulakukan?” Pikir Saint bingung dan resah. Dia hanya ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya, tapi Perth bahkan tidak berani melihat wajahnya.

“Apa ini ada hubungannya dengan Mahasiswa kesayangan professor itu?” Tanya Mean kepo.

Saint mengangkat sebelah alisnya, “Maksudmu?”

“Akhir-akhir ini aku mengamatimu, kau terlihat sangat gusar dan gelisah. Ada apa sebenarnya? Apa ada hubungannya dengan anak jurusan sastra itu?”

Saint terdiam.

Dia memang belum menceritakan semuanya pada Mean.

“Sebenarnya, ini memang ada hubungannya dengan dia” Ucap Saint kemudian. Dia pun menceritakan semuanya, mulai dari dendam yang ingin dia lakukan karena Perth telah melukai Bua, hingga kejadian di Asrama kampus beberapa waktu yang lalu.

Mean terkejut tentu saja, Prince Charming yang bersih dari catatan hitam kini sudah menodai orang lain, lelaki pula!

“Aku tidak menyangka kau se-brengsek itu” Bisik Mean takjub, alih-alih marah, dia malah menatap sahabatnya ini dengan tatapan takjub.

Saint mendesah pelan, sia-sia dia bercerita pada Mean, dia tidak akan memberi solusi.

“Tunggu-tunggu, kau bilang tadi dia ketakutan ketika melihatmu?”

Saint mengangguk.

Mean terlihat sedikit salah tingkah, “Ketika kau… emm.. melakukannya.. kau tahu? menyetubuhinya… apa kau melakukannya dengan kasar?”

Saint paham arah pembicaraan Mean, dia terlihat berpikir sejenak, kemudian mengangguk mantap, “Aku benar-benar tidak tahan, punggungnya seksi sekali” Ucapnya frontal.

Mean menganga, astaga berandalan ini!

“Pantas saja dia takut padamu! Dia mengalami trauma, tahu!”

Ah, kenapa keadaannya menjadi kacau seperti ini!

**

Saint kembali melangkah menuju Fakultas Sastra untuk menemui Perth. Dia tidak akan berhenti menemuinya sebelum mendapatkan maaf darinya.

“Hei!” Panggil seseorang membuatnya menoleh.

Perempuan itu berlari kecil menghampirinya, “Phi Saint?” Tanyanya memastikan.

Saint terdiam, tidak mengangguk maupun menggeleng. Dia sibuk bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa jantungnya tak lagi berdebar ketika berada didepan Bua.

Ya, perempuan yang menghampirinya adalah Bua.

“Ada apa?” Tanya Saint kemudian.

Perempuan itu menatap Saint penuh selidik, “Aku dengar kau adalah orang terakhir yang bertemu dengan Phi Perth sebelum dia menjadi seperti ini”

“Lalu?”

“Kau apakan Phi Perth?! Aku yakin kau yang membuatnya seperti ini!” Tuduhnya langsung, sepertinya Bua adalah tipe perempuan yang tidak bisa basa-basi terlebih dahulu.

Well, tebakanmu benar sekali, Bua! Akulah pelakunya, batin Saint menyesal.

“Dimana Perth?” Tanya Saint, lagi pula Bua kan kuliah di Jurusan Ekonomi sepertinya, kok ada di Fakultas Sastra, sih?

Perempuan itu menunjuk kearah lobby fakultas, tampak Perth sedang berjalan pelan sendirian disana.

Oke, tidak ada Mark, aman!

“Aku pergi dulu!”

Dia langsung melangkah lebar mendekati Perth, tanpa menunggu lelaki itu menoleh, Saint langsung meraih tubuh lemah Perth kedalam dekapannya, menggendongnya, dan membawanya lari.




Kira-kira apa yang akan dia lakukan pada Perth kali ini?



####
PART INI PANJANG BANGET KAN??😂😂😂😂
LAGI SEBEL SAMA YANG DM KEMAREN NOH, MASA PERTHSAINT DIKATAKATAIN😢 KAN MAMPOS KAMU AKU BLOCK FUFUFU KESIAN BAT GABISA BACA CERITA HALU AKUU UWUUU.

HARI INI SEGINI DULU GAPAPA KAN? UP DIKIT-DIKIT TAPI TIAP HARI GAPAPA, KAN?😆😆😆

Forgive Me [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang