Bab 36 : Bimbang

5.3K 234 8
                                    

Hulya masih saja menangis dipelukan Chika. Dia bahagia sekaligus sedih, malaikatnya akan hadir ditengah pernikahan mereka. Tapi yang membuat dirinya sedih adalah Ali akan menikah dengan perempuan lain disaat dia sedang mengandung.

Kalian akan merasakan bagaimana jika kalian berada diposisi tersebut. Tapi bagaimana pun kehadiran janin ini tak kan mengubah apun. Hakikatnya Ali dan Syifa akan menikah ada atau tidaknya janin yang dikandung Hulya.

Chika mencoba menenangkan Hulya untuk berhenti menangis. Tapi wanita itu bukannya menghentikan tangisan nya justru semakin kencang..

"Udah gak usah nangis, dimana mana seorang ibu hamil adalah hari bahagianya. Udah ssstt gak usah nangis" hibur Chika

"Hikss,, aku harus gimana Chika??" Tanya Hulya

"Lah harus gimana apanya? Lu nangis kaya anak yg dikandung lu kaga punya bapak aja"

Hulya semakin menangis kencang dia bahkan sampai menghabiskan tisu dan dibuang siembarangan...

"Ali kan mau nikah sama Syifa. Sedangkan aku lagi mengandung" jelas Hulya

"Ya kalau mereka nikah biarin aja, Ali gak cerai in lu ini kan. Tenang anak lu pasti bakal dapet hak nya kok" hiburnya

"Kamu jahat!" Kesalnya

Chika terkikik, seru juga meledek orang yang sedang sedih dan membuatnya kesel.

"Aku kok rada ga ikhlas untuk mengizinkan mereka menikah. Sebelumnya aku ga tau ada dia disini. Makanya aku mengizinkan mereka, setelah ada disini entah mengapa rasa yakin ku hilang" jelas Hulya

Chika memutar bola nya malas, memang yah Hulya itu tipe orang yang plin plan..

"Kapan lo mau ngasih tau Ali?" Tanya Chika

"Harus ya aku kasih tau dia?" Tanya balik Hulya

Chika ingin sekali mencekik Hulya saat ini. Dia bertanya seperti itu seakan akan tidak ada masalah dengan kalimatnya.

"Dia kan bapak dari anak lu Hulya, harus lu kasih tau lah" ucapnya sembari menahan amarah

"Aku gak bisa"

"Why?"

"Aku gak bisa cara menyampaikan nya bagaimana. Ini pertama kalinya aky hamil, dan bingung"

"Omg! Somebody help me"kesal Chika

Hulya kok tambah bego aja ya semenjak dia hamil. Padahalkan belum beberapa jam dia tahu.

Chika memandang Hulya yang sedang terduduk sembari memegang perutnya yang masih rata. Tak menyangka disaat seperti ini, dia hadir. Dengan hadirnya dia, membuat sang ibu menjadi bimbang kembali.

***

Ali menatap sendu istrinya yang sedang berbatring disampingnya. Dia sudah mengingkari ucapanya, bahwa dia tak akan bersama Syifa. Tapi akhirnya dia akan menikah juga dengan wanita itu..

Kenapa Hulya mengizinkan dirinya untuk menikahi Syifa? Apakah dia tak sakit hati? Atau justru Hulya menanggung rasa sakit itu sendirian tanpa diketahui yang lain?

Maaf, maafkan diriku Hulya. Aku tak menyangka jika akan datang ujian seperti ini dalam rumah tangga kita.. ali terus meminta maaf pada istrinya didalam batin nya.

Hulya terbangun dari tidurnya, dia melihat kesamping. Suaminya masih terjaga dan sedang duduk sembari menatap dirinya

"Kenapa belum tidur mas?" Tanya Hulya

Ali mengelus kepala istrinya, rambut hitam halusnya sungguh lembut. Ali menyukainya.

"Belum ngantuk, kamu kembalilah tidur"

Bukan nya kembali tidur Hulya malah ikut terjaga bersama Ali. Dia duduk dan bersandar di bahu Ali.. sedangkan Ali mengusap kepala Hulya

"Mas, aku ingin merasakan kebahagiaan, hanya ada aku kamu dan anak anak kita nanti" ucap Hulya dengan pandangan menerawang dan tersenyum kecil.
"Tapi, sepertinya aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan itu, aku bukanlah hanya satu satunya untukmu.." lirihnya

Ali menatap sang istri dia mengecup kening sang istri seperti yang dia lakukan. Dia sangat mengerti apa yang dikatakan sang istri..
Dia tidak bisa menjawab ucapan istrinya, Ali pun tak ingin semakin melukai Hulya disetiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Mas jika aku memintamu kembali untuk mengurungkan niatmu menikahi syifa, apa kamu akan melakukan nya?" Tanya Hulya

"Dek, kamu tahu aku--" ucap Ali terputus

"Aku mengerti kamu tidak bisa melakukan nya, kamu sudah terikat janji dengan Syifa dan Allah.." sela Hulya

Ali memeluk istrinya, dia ingin menolak permintaan itu. Tapi seperti kata Hulya tadi, janji bukan lah sekudar bualan saja. Janji itu berarti seperti kau juga berjanji pada Rabb mu

Hulya merubah posisinya menghadap Ali, dan menggengam tangan suaminya. Dia ingin mengatakan semuanya pada Ali. Jika dirinya sedang hamil, tapi melihat kondisi nya saat ini Hulya mengurungkan niatnya.

"Mas bisakah kamu mengabulkan permintaan ku?"

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Ali

"Jika dihari pernikahanmu dan Syifa akan terlaksana, aku meminta padamu untuk tidak datang keacaramu. Apa kamu bisa mengabulkan nya?" Tanya Hulya

Tenggorokan Ali tercekat, dia tahu mengapa sang istri meminya ini. Dia tak ingin melihat pernikahan suaminya dengan perempuan lain. Ali juga sudah memikirkan nya bahwa Hulya tak perlu menghadiri acaranya.

"Baik, apa pun yang kamu inginkan" jawab Ali

"Dan satu lagi..."
"Aku minta padamu untuk membiarkan aku berada di jakarta ketika kau melakukam acaranya dan untuk selamanya" ucap Hulya

Ali menggengam tangan Hulya, dia menatap bola mata hitam itu. Ali lupa untuk memikirkan ini, dia harus memikirkan dimana mereka tinggal nanti jika sudah menikah nanti.

"Aku akan mengalah mas, lebih baik aku yang tinggal dijakarta. Kamu dan Syifa bisa menempati kamar ini. Maaf aku egois, aku tidak bisa tinggal satu atap dengan istrimu yang lain"

"Hulya.." lirih Ali
"Apa harus seperti ini?"

"Mas tak perlu khawatir, kamu bisa menemuiku disana. Aku merasa senang jika mas datang. Aku akan tinggal bersama ibuku, aku akan menjaga diriku mas"

Ali juga harus mengerti perasaan seorang istri dimadu, melihat suaminya menikah dengan perempuan lain adalah hal yang paling menyakitkan bagi perempuan. Bahkan luka fisik pun tak sebanding dengan luka batin.

Jika mereka tinggal satu atap, maka terkadang akan terjadi kecemburuan terhadap satu sama lain. Lebih baik, tidak tinggal satu atap.

"Maaf, aku tak pernah mengerti perasaan mu. Maaf, aku tak bisa menepati ucapanku" ucap Ali

Hulya menangis ketika suaminya memohon minta maaf padanya. Dia merasa orang jahat membuat suaminya sendiri merasa bersalah.

Air mata itu mengalir diwajah putih milik Hulya. Ali melihat itu dia menghapus jejak air mata itu.

"Apa yang kamu lakukan mas, kamu minta maaf untuk apa? Tak ada kesalahan yang kamu lakukan"

Ali menundukan kepalanya, dia tak sanggup lagi menatap wajah sang istri yang penuh air mata. Setiap air mata yang keluar dari matanya. Bagaikan ribuan jarum yang menusuk jantung Ali..

Ali selalu menyaakiti Hulya dan membuat air mata itu kembali keluar, dia tak bisa membuat sang istrinya tersenyum bahagia karna dirinya. Apa yang telah dia perbuat?

"Kenapa aku selalu membuat air matamu keluar?"

TBC

Aku nulis apan sih ini? Gak tau sumpah.. gaje.. mati kata..

Gak up udah 2 hari, biasanya setiap hari.. lagi bimbang aku tuh gimana lanjutin nya..

Menjelang END ya...
2/3 Bab lagi..
Jangan sampai ketinggalan

Vote
Vote
Vote

Comment
Comment

Ana Uhhibukka Fillah, Istriku [TAMAT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang