Alvan’s pov
Detik selanjutnya tangis Nenek pecah, begitupun Canny yang sekarang memeluk Alvin. Monster itu pasti menyembunyikan senyum puas, rencananya menghancurkan Fira berhasil. Dokter Mila mengelus lengan Nenek, “Untuk sementara biarkan Fira mengurung diri di kamarnya, dia merasa takut dengan orang asing dan terlebih laki-laki.”
Dokter Mila menatap Papa yang wajahnya merah padam, “Saya sarankan memindahkan sekolah Fira, dia benar-benar tidak ingin kembali ke tempat yang menyimpan banyak sekali kenangan buruk padanya.” Tangisan Canny semakin keras mendengarnya, dia pasti sedih berpisah dari sahabatnya.
Apa ini juga yang Alvin inginkan?
“Ini resepnya, meskipun sulit Fira harus meminumnya secara rutin.” Dokter Mila menyerahkan resep yang diterima Kakek, ia berdiri dan menatap kami satu-persatu. “Saya permisi.”
Kakek ikut berdiri, “Baik dokter, terima kasih.” Ia mengantarkan Dokter Mila berjalan keluar rumah.
“Sebenarnya apa salah Fira? Kenapa orang-orang begitu jahat padanya?”
Ya, apa salah Fira, Alvin? Kenapa kau jahat padanya?
“Kesalahan terbesar yang kita lakukan adalah mempertahankan Fira!” aku terkejut menatap Kakek Buyut, hey kenapa tiba-tiba mengatakan hal itu?
"Seharusnya kita membunuh Maya dan Fira juga!” teriaknya membuat hampir semua yang ada disini berjingkat.
Daddy berdiri dengan menggandeng Canny, “Mochi, ayo kita pulang. Kita tidak akan bisa bertemu Fira hari ini.” Mama menganguk dan berdiri menggandeng Canny yang ketakutan.
“Tunggu, Dad.” aku mencekal tangan Daddy, “Biarkan Mama dan Canny yang pulang lebih dulu, Daddy tetaplah tinggal disini.” Daddy terkejut menatapku, aku menatapnya penuh harap. Aku sangat ketakutan sekarang, setidaknya kehadiran Daddy bisa menenangkanku atau Alvin agar ia tidak bertindak bodoh.
“Tinggallah disini bersama Als, aku pulang bersama Canny.” Daddy mengangguk dan menyerahkan kunci mobil pada Mama. “Ayo sayang, kita temui Fira besok saja ya.”
Mama menatapku dan Alvin, “Mama pulang dulu ya.” Tangannya terulur mengelus puncak kepalaku dan Alvin bergantian, kami mengangguk dan setelahnya Mama juga Canny keluar dari rumah ini dengan tergesa.
Daddy duduk di antaraku dan Alvin yang entah kenapa wajahnya sekarang tampak kacau. “Everything will be okay, Buddy. Fira sudah mendapatkan penanganan yang tepat, dia akan segera membaik.” Daddy merangkullku dan Alvin, menguatkan kami seperti biasanya.
Apa Daddy akan melakukan hal yang sama setelah tahu bahwa orang yang bertanggungjawab atas ini adalah anak yang berada di sebelah kanannya?
Kakek Buyut menempelkan ponsel di telinganya, “Aku tidak mau tahu, temukan mereka bagaimanapun caranya!” teriaknya dan langsung memutus panggilan telepon begitu saja.
Papa berdiri, rahangnya mengeras. “Siapapun yang telah menyakiti putriku harus di hukum, bahkan aku sendiri yang akan menghukumnya!” Kakek tidak berkomentar apapun, dia sibuk menenangkan Nenek yang juga dalam keadaan kalut.
Tiba-tiba Alvin berdiri, aku tahu persis apa yang akan dilakukannya. Ku cekal tangannya begitu ia melangkah maju, tak akan ku biarkan dia bertindak bodoh! Mengakui perbuatannya memang bagus, tapi setidaknya dia berpikir mengenai waktu yang tepat. Sekarang semua orang sedang marah sekaligus terpukul, mengatakan yang sebenarnya sekarang hanyalah menambah masalah baru. Tidakkah Alvin memahaminya?
Alvin menatapku, aku menggeleng tanda tak setuju atas apa yang akan dilakukannya. Tampaknya dia tidak peduli, dia menghempaskan tanganku begitu saja dan mengalihkan pandangannya dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...