Puasa

70 4 1
                                    

Aku Nakajima Yuto, 27 tahun. Di umurku yang beranjak 28 ini, aku sudah memiliki posisi yang bagus di salah satu perusahaan fashion ternama. Namun, tidak selamanya aku menetap di satu kota saja. Seperti sekarang, aku dipindahtugaskan ke salah satu kantor cabang di kota lain. Mau tidak mau, aku harus menerimanya. Lagipula, mereka memberikan tempat tinggal dan kenaikan gaji yang cukup bagus sebagai kompensasi.

Sekarang, aku sudah memarkirkan mobil di tempat parkir kantorku yang baru. Ini hari pertamaku dan mereka sudah menyiapkan orang untuk menemaniku berkeliling. Namanya Takaki Yuya kalau tidak salah. Aku melihat dekorasi kantor tersebut begitu aku memasuki gedung. Sama mewahnya seperti kantor yang di sana. Perusahaan fashion terkenal memang.

"Permisi, apakah anda Nakajima Yuto?" tanya seorang pria brunette yang menghampiriku.

"Iya. Saya Nakajima Yuto"

"Perkenalkan, saya Takaki Yuya. Manager Operasional. Saya yang akan menemani anda berkeliling" ucapnya seraya mengulurkan tangan. Aku tersenyum dan berjabat tangan dengannya.

"Terima kasih banyak, Takaki-san. Maaf merepotkan" aku membungkuk sopan.

"Tidak masalah, Nakajima-san. Mari kita berkeliling" ajaknya dan mulai menuntunku untuk mengelilingi kantor baruku.

Selama berkeliling, aku berbincang-bincang dengan Takaki-san. Walaupun wajahnya kelihatan garang, tapi dia sangat ramah. Mungkin ini definisi 'Don't judge a book by its cover'. Selain mengenalkan tempat-tempat penting, ia juga memperkenalkanku pada orang-orang penting di sana dan juga orang yang berkaitan dengan pekerjaanku.

"Jadi ini meja untuk Nakajima-san. Bila ada pertanyaan, tanyakan saja padaku ya. Oh ya, panggil aku Takaki saja, tidak usah Takaki-san" ucapnya ramah. Saat aku ingin membalas Takaki-san, perhatianku terpaku pada seseorang yang baru saja lewat di depan kami. Aku sampai tidak berkedip melihatnya. Penampilannya sangat berbeda.

"Nakajima-san? Hallo?" Takaki-san melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

"Eh? I-iya? Sampai mana tadi?" tanyaku sambil tersenyum canggung. Namun, Takaki-san malah terkekeh melihat kecanggunganku.

"Baru pertama kali melihat yang seperti itu?" tanyanya. Sepertinya ia tau apa yang membuatku tercengang barusan.

"I-iya. Apa itu orang jepang?" tanyaku dengan suara pelan, takut ada yang tersinggung.

"Ya. Dia orang jepang. Mau kukenalkan? Dia masih single lho" Takaki-san menyikutku dengan senyuman jahil yang terhias di wajahnya. Aku mengernyitkan dahi. Sepertinya ia mengira aku menyukai orang yang lewat barusan.

"Bukan seperti itu Takaki-san. Aku hanya kaget ada yang menggunakan penutup kepala seperti itu di sini. Apalagi dia orang jepang" jelasku.

"Oh... begitu. Aku kira kau menyukainya. Dan itu namanya hijab, Nakajma-san. Kita harus tau fashion seperti itu juga karena kita bekerja di bidang fashion" jelasnya.

"Bagaimana bisa aku menyukainya hanya dengan melihat wajahnya sekilas, Takaki-san?" Aku terkekeh.

"Oh... aku tau mengenai hijab... tapi seingatku hanya agama tertentu yang mengenakan hijab. Apa banyak yang seperti itu di sini?" tanyaku lagi.

"Tidak. Hanya dia. Katakan saja padaku kalau ingin kukenalkan padanya ya?" Ucapnya sambil menepuk pundakku. Aku terkekeh.

"Baiklah, Takaki-san. Terima kasih sudah menemaniku berkeliling ya" Aku membungkuk dalam.

"Sama-sama, Nakajima-san. Semoga betah di sini ya" ucapnya lalu kembali ke tempatnya. Aku duduk di kursiku namun pikiranku tetap pada wanita yang lewat tadi. Kenapa aku sepenasaran ini padanya?

Takdir RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang