Prolog

28 3 0
                                    

•••

"KEYSA."

Panggilan bernada berat yang sangat familiar di sepasang telinganya itu membuat seorang cewek berpenampilan berantakan itu berhenti di tempatnya. Ia menghela napasnya berat terlebih dulu sebelum membalikan tubuhnya menghadap pemiliki suara bariton itu. Helm yang sedari tadi berada di pelukannya langsung dilemparnya pada sofa yang berada disampingnya.

"Benar kamu ikutan balapan liar?"

Keysa bergumam malas. "kenapa emangnya?"

"Jawab saja, benar atau tidak."

"Iya," kata Keysa. "Aku ikut balapan liar, trus kenapa? Ayah mau marah?"

"Sejak kapan?"

"Ntah! Mungkin sejak satu atau dua tahun yang lalu." jawab Keysa mengangkat bahunya acuh.

"Ayah mau kamu berhenti ikut balapan liar, dan menjadi anak yang baik."

"Apa maksud ayah? Dan juga, sejak kapan ayah peduli padaku?"

"Ayah selalu peduli padamu, kamu nya saja yang gak sadar dengan itu."

"Mungkin!" ucap Keysa acuh, kemudian menjatuhkan tubuhnya pada sofa di samping nya.

Gabriel hanya menghela napasnya, lalu berkata. "Ayah mau ngajak kamu makan malam di luar. Ayah gak nerima penolakan."

"Tapi Keysa cape, mau tidur." keluh Keysa.

"Ini bukan makan malam biasa. Disana kita akan bertemu dengan calon mertua kamu."

Mata Keysa langsung melotot dengan tubuhnya yang sudah tidak lagi bersandar pada sandaran sofa. "Apa maksud ayah?"

"Ayah ingin menjodohkan mu dengan anak teman ayah, dian anak yang baik dan ayah menyukainya."

"Tapi aku tidak." ucap Keysa ketus.

"Keysa, ayah tidak pernah menuntut apapu-"

"Aku GAKMAU." tegas Keysa.

"Key, ayah ingin ada seseorang yang bisa ayah andalkan untuk menjaga kamu." jelas Gabriel.

"Ayah bisa mengandalkan Hazel dan Hansel." bela Keysa tidak mau kalah.

"Ayah tau, tapi mereka mempunyai kehidupan mereka sendiri. Mereka gak akan selalu ada untuk kamu setiap saat."

Keysa memicingkan matanya menatap curiga pada Gabriel. "Apa ayah terlibat hutang pada keluarganya dan berniat ngejual aku untuk melunasi hutang ayah?" tanya Keysa penuh selidik.

Gabriel menggelengkan kepalanya mendengar jawaban nyeleneh Keysa. "Gak ada hutang-hutangan disini, Key. Ayah hanya menginginkan seseorang untuk jagain kamu."

"Keysa bukan anak kecil."

"Key please," bujuk Gabriel. "Ayah hanya ingin melihat putri ayah bahagia."

"Keysa udah bilang kan, kalo Keysa gak mau." bentak Keysa.

"Kalo kamu menolak terpaksa ayah akan mengirim kamu ke asrama." ancam Gabriel.

"Terserah." jawab Keysa malas.

Gabriel memijit pangkal hidung nya, merasa pusing menghadapi anak satu-satunya itu. Dia tau jika ancaman asrama tidak akan membuat anak nya itu menurutinya. Keras kepala, sama seperti kakeknya.

"Ayah gak mau tau, nanti malam kita akan tetap makan malam bersama keluarganya." ujar Gabriel dengan nada final.

"Yah?"

"Ayah gak pernah nuntut kamu untuk melakukan apapun, Key. Hanya kali ini saja."

Keysa terdiam, kemudian mendengus kesal. "Oke. Tapi dengan satu syarat."

"Apa?" tanya Gabriel dengan kerutan samar di dahinya.

"Aku ingin Mama."

"Gak bisa." tolak Gabriel langsung tanpa pertimbangan.

"Terserah. Ayah setuju dengan syarat Keysa, artinya Keysa juga setuju dengan perjodohan ayah. Kalo ayah nolak, tentu ayah tau sendiri apa jawaban Keysa."

•••

Gabriel terkekeh pelan melihat Keysa yang sedari tadi mendecak kesal. Anaknya itu bukan tipe orang yang sudi untuk menunggu, bahkan jika itu dalam waktu satu menit pun. Keysa tidak akan sudi melakukannya.

Dan kini? Gabriel dapat melihat dengan jelas kekesalan di wajah anaknya karena sudah menunggu tamu mereka selama lima belas menit. Mungkin. Sejujurnya, Gabriel merasa gagal menjadi seorang ayah. Dia tidak tau apa yang di rasakan Keysa selama ini, apalagi dengan sikap nya yang jauh lebih memperhatikan anak tirinya.

Gabriel merasa bersalah. Dan karena itu juga, dengan sangat terpaksa dia menerima syarat yang di ajukan Keysa padanya. Satu prioritasnya saat ini. Kebahagiaan Keysa, apapun itu akan Gabriel lakukan termasuk menemukan Karina-Mama nya Keysa.

"Key, simpan ponselmu." tegur Gabriel dengan suara pelan pada Keysa.

Keysa yang sedang asyik berbalas pesan dengan sepupu kembarnya mendadak berhenti. Mendongak menatap Gabriel, dan langsung menyimpan ponselnya ketika melihat arah pandang ayah nya.

Gabriel pun langsung bangkit dan menyalami tamunya ala ala kantoran.Dan sesuai perjanjian yang sudah dibuatnya dengan sang ayah, Keysa langsung ikut berdiri menyusul Gabriel menyambut kedatangan mereka dengan memberikan sebuah senyuman terbaiknya.

"Maaf kami telat, Gabriel." ucap Alex merasa tidak enak.

"Tidak apa, kami juga baru sampai." balas Gabriel.

"Key, beri salam sama om Alex dan tante Reina." perintah Gabriel, keysa mengangguk lalu bersalaman seperti anak ke orangtuanya. Dalam hatinya Keysa mencibir dengan apa yang dilakukannya, pada Gabriel saja dia tidak pernah memberi salam seperti ini, dan sekarang ia melakukannya pada orang lain. Konyol.

"Anakmu mana Lex?" tanya Ganriel, setelah berbasa-basi salaman tadi.

"Itu dia." tunjuk Reina kearah pintu kaca yang baru dibuka, menampilkan cowok tampan dengan tuxedo hitamnya.

"Maaf, telat pa ma." ucapnya sambil mencium pipi Reina, lalu memberi salam pada Gabriel.

Keysa memperhatikan cowok bertuxedo hitam didepannya dalam diam. Bukan bermaksud menatapnya secara diam-diam, bukan juga sengaja memperhatikan cowok bertuxedo hitam itu dalam artian tertentu. Dia hanya ingin tau seperti apa pria yang akan ditunangkan dengannya, dan bersyukurlah itu bukan pria culun atau beristri.

"Langsung saja, Gabriel," pinta Alex pada Gabriel untuk segera memulai acara mereka.

"Aku ingin pertunangan mereka di langsungkan dalam waktu dekat, Lex." balas Gabriel.

"Bagaimana dengan lusa? Kebetulan hari itu juga hari ulang tahun pernikahan aku dan Alex." timpal Reina.

Gabriel mengangguk setuju, kemudian menatap Keysa dan bertanya. "Bagaimana Key? Apa kamu keberatan?"

"Tidak." jawab Keysa singkat.

"Arvan? Kamu bagiamana?" kini Alex yang bertanya pada anaknya.

Oh namanya Arvan

"Terserah Papa Mama saja."

"Oh Key, Mama tidak sabar mempunyai menantu secantik kamu." ujar Reina seraya menggenggam kedua tangan Keysa, yang hanya di balas dengan senyum tulus Keysa.

••

Terimakasih sudah membaca Prolog 'Love Scenario'

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang