Kill Me Heal Me

87 10 2
                                    

Jeongin pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja.

Dapat dikatakan hari terburuk yang pernah ia jalani sepanjang delapan belas tahun hidupnya.

Seluruh uangnya dirampas, buku pelajarannya di sobek habis serta berapa barang penting miliknya raib.

Baginya itu bukan hal baru. Dua tahun hidup dalam penindasan membuat dirinya muak, namun baru kali ini dirinya di makan habis oleh begundal-begundal itu.

Melangkah menjinjing tasnya yang sudah tidak berbentuk menuju flat kecil miliknya. Hasil dari kerja paruh waktu.

Menjadi perantau membuatnya kesulitan beradaptasi di tambah lagi dengan keadaan ekonomi pas-pasan miliknya membuat remaja tanggung itu menjadi bulan-bulanan kawannya yang merasa lebih superior dibanding dirinya.

Tidak sekali dua kali remaja itu memiliki tekad untuk mengakhiri hidupnya. Merasa sampah dan tidak berguna sampai-sampai orang tuanya sendiri mengirim remaja itu ke ibu kota seorang diri tanpa berbekal apapun. Hanya selembar uang di saku celana lusuh miliknya sebagai ongkos transportasi dan makan.

Hampir semua pekerjaan pernah ia lakoni. Bermodal lulusan sekolah menengah membuatnya kesulitan menjual jasa, adapun itu ia pasti dibayar tidak sebanding dengan tenaga yang ia keluarkan.

Menghela nafas lelah. Ia berjongkok dan menyenderkan punggungnya di samping rolling door sebuah toko yang sudah tutup.
Menunduk dan kembali menghela nafas.

Maniknya melihat jejeran semut yang berbaris rapi bak pasukan dan mengikuti arah tujuan makhluk kecil tersebut.

Meski pandangannya buram, efek myopia dan kaca mata tebalnya yang dirampas tadi sore membuatnya penasaran kemana tujuan semut-semut itu.

Bangkit dan berjalan pelan, fokusnya penuh pada si kecil yang berjalan di ujung sepatu kumuhnya.

Tak sadar, dirinya masuk ke persimpangan di sebelah toko tempatnya tadi dan berhenti saat dirinya menginjak segenang cairan. Entah itu apa ia tidak dapat memastikannya.

Berjongkok untuk melihat lebih jelas. Kedua maniknya membola saat sadar bawah genangan yang sedari tadi ia pijak adalah darah. Dari tekstur dan warnanya ia yakin bahwa itu memang benar-benar darah.

Ia mendongak dan mendapati jasad tanpa kepala. Darah yang mengalir berasal dari kedua tungkainya yang terpisah dari torso dan ternyata kepalanya berada di pangkuannya sendiri. Jeongin menyipitkan mata untuk memperjelas pandangannya.

Rasa mualnya tertekan oleh rasa penasaran, memberanikan diri medekati tubuh tak bernyawa itu.

Ia berjongkok di samping torso sang wanita memegang pergelang pucat itu untuk memastikan tidak adanya denyut nadi disana.

Jadi wanita itu benar-benar tewas.
Tragis sekali.

"Sia-sia aja dia sudah mati"
Jeongin melempar pandang ke sumber suara. Maniknya melihat sosok menjulang di ujung sana, tidak terlalu jauh namun tetap saja ia tidak dapat melihat jelas sosok itu. Hanya berupa siluet.

"Aku cuman penasaran"
"Kamu gak takut?"

Jeongin yakin sosok itu merupakan seseorang yang berjenis kelamin sama dengannya.

Menggeleng dan bangkit dari posisi. Ia sadar bahwa dirinya melupakan tas yang seharusnya ada di tangan kirinya. Berniat kembali dan mengambil barang bawaannya.

"Kemana?"

Tidak menjawab. Dirinya melangkah menjauh menghiraukan sosok itu yang kini mengikutinya.

Sampai di tujuan. Jeongin memungut tasnya dan menepuk nepuk benda itu guna menghilangkan debu yang menempel namun sia-sia.

"Jangan ngikutin aku. Aku gak punya barang yang bisa kamu ambil"
Menggendong tas kumuhnya dan berbalik menghadap sosok yang kini berdiri didepannya.

Kill Me Heal Me [Yang Jeongin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang