2. Pelayan

404 48 10
                                    

Sasuke tak melihat apa pun dibalik selimut yang menutupi Hinata. Namun, bau anyir itu tak kunjung hilang dan justru menusuk indra penciuman. "Honey, kau tidak apa-apa, kan?" Ia menggerayangi tubuh mungil nan seksi sang istri dan tidak merasakan sesuatu berbentuk cair maupun menemukan suatu hal ganjil yang menjadi kekhawatirannya.

Selang beberapa detik kemudian, bau anyir itu pun menghilang. Hinata mendelik, menatap sang suami dalam lampu remang kamar. Jantungnya berdetak dengan kencang, terdengar di telinga Sasuke.

Deg ... deg ... deg ....

"Ta-ta-ta-takuuut, hiks ...." Hinata menangis terisak-isak. Tangan serta tubuhnya bergetar karena menahan ketegangan.

"Cup ... cup ... Honey, tidak ada apa-apa. Ada aku di sini, hm." Sasuke merengkuh tubuh sang istri dan menepuknya dengan pelan. "Mau kuambilkan minum?" tanyanya dan dijawab cepat oleh Hinata dengan menggeleng-gelengkan kepala.

Udara dingin semakin mencekam menambah gigil serta rasa menegangkan. Malam pertama di rumah baru pun terasa menakutkan.

Apakah dulu rumah ini belum disterilkan? batin Sasuke sambil mempererat pelukannya pada sang istri. Seperti yang ia tahu dari wejangan orang tua maupun sesepuh, jika mendirikan bangunan maupun rumah baru harus disterilkan terlebih dahulu atau istilahnya selamatan.

Lamat-lamat mata Hinata pun terpejam dan Sasuke mendengar dengkuran halus dari napas istrinya. Ia membaringkan tubuh mungil wanita yang dicintainya itu perlahan-lahan, mengecup kening lalu menarik selimut dan turut berbaring sambil memeluk menyalurkan kasih sayang.

***

Keesokan hari ....

Suasana pagi bertolak dengan malam yang mendebarkan. Cuaca sangat cerah, udara berembus segar khas pegunungan, kicau burung-burung saling bersahutan menciptakan simfoni, menyatu dengan keindahan alam.
Cahaya mentari pagi menyinari pucuk-pucuk pepohonan di sekitar pekarangan rumah, menciptakan bayang keteduhan di rerumputan.

Hinata sudah berdiri di balkon, meregangkan kedua otot tangan lalu menghirup dalam-dalam udara pagi nan segar, menyejukkan pikiran. "Aaaaaah ... segarnyaaaa ...." Ia merentangkan kedua tangan sambil memejamkan mata. Ketika membuka kembali alangkah terkejutnya hingga berteriak, "Waaaaooow ... kolam renaaang !" Matanya berbinar gembira, seolah lupa dengan kejadian semalam.

"Selamat pagi, Honey," sapa sang suami yang baru saja bangun dan langsung menghampiri serta merangkul Hinata dari belakang lalu memberikan kecupan di gentat perpotongan lehernya.

Hinata membalikkan badan, mengalungkan tangan pada leher sang suami.

Chup ....

Dikecupnya bibir seksi Sasuke.

"Pagi, maaf aku tak menyiapkan sarapan. Kita belum memiliki apa pun untuk dimasak." Hinata tersenyum pada sang suami, ada perasaan sedikit bersalah karena tidak bisa melakukan tugas sebagai istri yang seharusnya menyiapkan sarapan untuk suami.

Sasuke tentu saja sangat maklum dan ia pun tersenyum. "Kita belanja, yuk. Sekalian sarapan di luar," ajaknya serta dianggukkan oleh si pemilik mata seteduh bulan.

"Kita mandi dulu. Lihat Honey ... kolam renang!" lapor Hinata menatap mata hitam jelaga milik suaminya, lalu menunjukkan kolam renang mewah di bawah dengan air yang jernih berkilauan memantulkan cahaya mentari pagi, mengundang hasrat untuk bermain, mencebur di sana.

"Kau ingin berenang?" tanya Sasuke kala melihat gelagat istrinya yang sangat antusias memperhatikan kolam renang.

"Eee ... apakah boleh? Hehe ...." Hinata membalikkan badan menghadap suaminya kembali, mengharapkan persetujuan.

Dinding Menangis (Revisi)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang