PART 3

3 0 0
                                    

Acara di Hall pertemuan Anjani berjalan sangat lancar dan tak ada kendala sekalipun. Yuki dan Deni hanya membantu jalannya acara hingga jam empat sore saja, sesuai kesepakatan yang sudah di ambil antara Yuki dan juga Anjani. Karena pihak staff Anjani sudah datang sebelum jam empat tadi. Deni yang melihat Yuki berdiam diri, dan sorot arah matanya tertuju pada Kenzi dan juga Anjani.

" Kamu kenapa Mbak ?", tanya Deni menepuk bahu Yuki perlahan.

Menyadarkan lamunan Yuki, tanpa diketahui Deni. Deni pun penasaran, karena arah mata Yuki tertuju pada bosnya Anjani.

" Ayo mbak, balik ke cafe lagi. Cafe dah mulai ramai. Lagipula kita belum ambil waktu istirahat." Jelas Deni sembari berjalan menuju ke pintu Hall.

Langkah Yuki pun tertuju menuju pintu Hall. Dan lagi - lagi, dia masih tak percaya, kalau acara ini untuk pertunangan Kenzi. Yuki mungkin punya hak untuk marah. Tapi tidak dengan Anjani atau pun Kenzi. Arah pandangannya masih tertuju pada Kenzi dan juga Anjani. Dan tanpa dia sadari, Kenzi pun melihat Yuki tepat di pintu Hall. Dan Yuki, mulai menyadari kalau arah mata Kenzi melihat ke arah dia berdiri. Ia pun bergegas keluar dan menuju cafe.

Jam sudah menunjukkan, jam sembilan malam. Yuki pun bergegas menuju loker dan mengambil tas dan berganti pakaian. Gawainya pun dimainkan, ditujukan salah satu aplikasi ojek online menuju kostnya. Sesampainya di pintu kost, dia langsung menghamburkan diri ke kasur busa dengan warna sprei biru kuning dengan desain gambar minion. Melepas lelah setelah seharian aktifitas yang melelahkan dan juga hatinya. Yuki kembali teringat kejadian di Hall tadi, namun yang membuat Yuki bertanya - tanya, kenapa Kenzi tiba - tiba datang lagi dihidupnya. Walaupun diawal, pertemuan tiga tahun yang lalu mereka tak saling berpacaran namun sikap baik yang diberikan Kenzi tiga tahun yang lalu masih membekas. Bahkan Yuki, juga sudah berusaha mengabaikan semuanya, perhatiannya, sikap manisnya selama di sekolah. Selalu menghampiri Yuki yang suka menghabiskan jam istirahatnya semasa SMP di perpustakaan sekolah. Entah buku apapun itu yang ia baca, mendorong Kenzi punya minat baca selama mengenal Yuki.

" Sudahlah Ki, lagipula itu masa lalu." Batin Yuki pada diri sendiri.

Lamunan panjang di dalam kamar kostnya dengan nuansa warna biru langit di dinding kamarnya. Dan terlelap dalam tidur dan dunia mimpinya.

Drŕrttt... drrrrrt... dddrtt..
Gawai Yuki pun bergetar, riasan minimalis di pipi cubbynya masih menempel. Rambutnya yang masih tercepol dari sepulang bekerja sudah acak - acakan. Badannya enggan bangun, namun arah badannya sedikit digerakkan menuju tas sekolah yang ada diranjang kamarnya. Tertulis dilayar usapnya " DANTE " .

" Apa ?", Sahut Yuki masih mengantuk dan setengah terpejam.
" Kamu dimana Ki ?" , kata Deni kamu dah pulang jam sembilan tadi ya ?, Aku kira pulang jam sepuluh kayak biasanya. Aku habis dari bimbel niatnya mau jemput sekalian Ki." Cerocos Dante.
" Hmmmm.. ya hmmm ... ." Lirih Yuki dan diiringi suara desis nafasnya yang terlelap.
" Ki.. hallo, hallo, ki, kamu tidur ya ?" Sahut dari seberang gawai Dante.

Digenjotnya motor bebek supra 125R menuju kost Yuki. Angin sepoi sedikit mengusiknya malam ini, bahkan sweater coklat mocca yang ia pakai tak menutupi rasa dinginnya di jalanan semarang kota yang tak pernah lenggang dari hiruk pikuknya.

Dibalik suara motor yang menderu melenggang melewati motor dan beberapa mobil yang lain, untuk sampai di depan pagar kost Yuki, adalah salah satu kebahagiaan terbesar Dante, setelah Ibu yang telah membesarkan dan menjaganya sepenuh hati. Kepindahan Dante ke Semarang bukan tanpa alasan. Ada satu hati yang ia jaga, hati Ibu yang telah disakiti lahir batin oleh Ayahnya selama ini, menjadikan Dante pribadi yang brutal. Dia dan Ibunya tinggal dirumah buyutnya di Semarang. Dari situ ia mengenal, gadis mungil, nan kaku Yuki. Setelah tiga tahun dia mengenal Yuki, kebrutalannya pun berkurang. Bahkan Dante memutuskan ikut bimbel karena atas ide Yuki.

" Cinta itu konyol, itu tentang arah pandang kita menuju kesana, menikmati setiap rasa yang ada dan fase setiap proses itu mulai ada."

- Dante -

Langkahnya kian pasti, tepat di depan kost putri
Tertulis jelas plangkat besi warna merah muda bergambar hello kitty dan sorot lampu LED tepat ditulisan " KOST PUTRI IBU RETNO" .

Dante men - dial gawainya dan menunjuk satu nama " JUTEK CUTE " .

Namun di kamar berukuran 3x4 meter itu dengan corak biru muda, rambut acak - acakan terlelap bersama mimpi malamnya.

Akhirnya dengan perasaan gelisah, sedikit ragu ia memberanikan diri membuka pagar besi warna hitam berdiri tegak seperti anak panah yang siap dihunuskan ke sasarannya.

" Yuki, yuki, panggil Dante dengan mengetuk pintu kayu sembari menyentuh knop yang ternyata belum dikunci.

" Astaga, ni bocah tledor amat, mana pagar depan udah gak digembok. Pintu kamar gak dikunci. Nanti kalo ada penjahat kelamin masuk gimana coba." Celoteh Dante hingga menepuk jidatnya sendiri.

Dibukalah pintu, dan ternyata eh ternyata.

" Astaga ... tidur udah kayak dugong aja." Dante sambil menarik selimut dan menutup paha yang menganga.

" Dante imanmu kuat," ocehnya.

Yuki merubah posisi tidur dan membetulkan selimut, dan terperangah kaget karena tersadar dia tidur, tanpa selimut. Dan terbangun hingga Dante terhentak kaget.

" Dante, kamu ngapain dikamarku." Yuki takut dan menarik selimut menunduk kearah badannya dan masih dengan pakaian lengkap.

" Parno ya kamu ... " ejek Dante.

Berusaha menghampiri ditepian ranjang Yuki, Yuki pun spontan menendang paha Dante dan terbentuk tembok. Yuki pun berhambur turun karena spontan.

" Maaf, Nte aku gak maksud. " Yuki ucapnya terputus.

Debar kedua insan manusia mulai bergelut di dalam sana. Dante secara tiba - tiba meraih Yuki dihadapannya, direngkuhnya Yuki.

" Jangan simpan semuanya sendiri, aku kan temenmu. Kalau kamu gak nyaman, kamu boleh maki aku, pukul aku semau kamu deh. " cerocos Dante.

Mata Yuki pun terbelalak, Dante memperlakukannya secara manis selama tiga tahun mengenalnya. Yuki pun mencari aman atas perasaannya sendiri, dihempaskannya pelukan Dante dan membentur tembok lagi - lagi. Ditoyornya kepala Dante, dan lagi - lagi terbentur tembok, apes yang ke sekian.

" kamu cari mati ya Nte!" Bentak Yuki dengan mata membelalak.

" Lumayan kena dikit", cerocos Dante sambil mengelus - ngelus kepalanya.

" Kamu kasar amat sich, ki!" Sewot Dante.

Dante pun beranjak dari insiden bersama Yuki, dan berhambur keluar kamar.

" Ini makanan buat aku ya Nte, hehehe... tanya Yuki meringis berjajar gigi kelincinya yang manis.
Sambil menenteng dua kantong plastik yang diambil dari meja yang berdempetan dengan pintu kamar.

" Hmm.." jawab Dante singkat.
" Cie .. cie .. marah ya ?", tunjuk Yuki dengan telunjuknya mengarah pada wajah Dante.

Tiba - tiba mulut Dante pun terbuka dan menggigit jari telunjuk Yuki, yang kalah cepat refleknya menghindari ketololan Dante lagi - lagi.

Dante dan Yuki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang