Kisah ini dikutip dari sebuah pengalaman yang cukup perih bagai duri. Iyahh.. Duri duri kehidupan.
Aku.. "Mean zahrana" cukup panggil aku Mean atau Ann. Aku adalah siswa kelas X MIA 2 di MAN 1 kota Tasikmalaya. Sekolah yang cukup terkenal akan kemajuan nya di berbagai bidang. Aku termasuk siswa plus santri di pesantren al quran "pondok pesantren murottalul quran al mubaarok".🌹🌹🌹
Perjuangan ini adalah sebuah kisah dimana seorang Mean yang sangat antusias terhadap organisasi pramuka.
Hari itu adalah hari dimana para siswa yang mendaftar menjadi caban (calon bantara) di kumpulkan di suatu aula.
"oke, para pejuang caban.. Kita telah melewati beberapa rintangan yang pastinya telah mengikis beberapa peserta caban lainnya. Kini telah tiba rintangan terakhir dalam perjalanan seorang caban, yakni pelantikan. Saya harap kalian tetap kokoh dalam menghadapinya. Karena suatu organisasi tak butuh anggota yang tak sungguh sungguh" salah satu anggota pramuka memotivasi kami.
"silahkan catat beberapa persyaratan yang harus di bawa.... " kak adi menyebutkan beberapa persyaratan untuk pelantikan.
Tak menunggu waktu lama, sore itu juga aku mencari beberapa persyaratan meski tak semuanya terpenuhi hari itu juga, tapi setidaknya dapat meringankan esok. Hari itu uang ku hanya tinggal Rp3.000 karena habis di pakai membeli beberapa persyaratan. Tinggalah satu persyaratan yang belum terpenuhi. "tas dari karung" ku dengar siswa yang lainnya sudah siap akan persyaratan nya termasuk tas. Tas mereka menjahitnya di tukang jahit terdekat.
"yaa robb,, sisa uang ku tinggal Rp3.000 lagi. Harus bagaimana aku memenuhi persyaratan itu?? " lirihku dalam tangis isak ku.
Aku sempat berfikir untuk berhenti menjadi caban. Namun terdiam sesaat untuk memikirkan nya kembali. Dan akhirnya aku mendapat ide. Aku harus menjahitnya sendiri secara manual.
Uang sisa ku itu ku belikan benang dan 2 buah jarum. Dan habislah sudah sisa uangku. Karena waktu ku padat akan kegiatan mengaji, aku mengerjakannya di malam hari. Kira kira pukul 22.00 wib. Itulah kesempatan waktu ku untuk mengikuti pelantikan caban. Aku tak pernah membuat tas sebelumnya, apalagi tas gendong yang cukup rumit. Namun akhirnya ku kerjakan juga.
Di tengah pekerjaan, jarum ku patah. Hatiku menjerit, "ya robb, aku tinggal memiliki satu buah jarum lagi. Aku mohon untuk bisa menyelesaikan satu tas saja agar aku bisa mengikuti pelantikan" doa ku tak henti. Ku lanjutkan pekerjaanku dengan sebuah keyakinan bahwa aku bisa !!
3 jam telah di lalui. Tetesan keringat membasahi baju tidurku. Kulihat semua telah terlelap, tinggal aku yang kini sibuj dengan beragam gerakan jari tangan bersama sebuah jarum di atas kasarnya karung. Kini jam menunjukan pukul 01.15 wib. Selesai lah tas gendong yang terbuat dari karung dan tali. Hatiku lega serasa terlepas dari tali yang melilit dada.
Esok pagi yang cerah ku dapati sekumpulan orang yang tengah menunggu upacara pembukaan pelantikan. Pipiku tak kuasa menahan senyuman bahagia yang tak bisa di gambarkan. Akhirnya aku bisa meraih si coklat si tunas bangsa.
Ikb-ib angkatan 21