*
*
**
*Neji berdehem pelan dan entah sengaja atau hanya kebetulan, Sakura juga tampak menormalkan wajahnya dengan berdehem namun agak keras.
Hinata berjalan ke meja di sudut cafe serta Sasuke yang tampak mengapit lengannya. Dan itu semua tak luput dari pandangan Sakura.
"Aku kesana dulu Sakura." Suara Ino otomatis mengejutkan Sakura. Gadis merah muda itu berjengit pelan, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Ino dan pria pucat di samping gadis itu. Sakura tersenyum kala Ino menunjuk ke arah dimana Sasuke dan Hinata berada. Sakura mengangguk pelan sambil tersenyum ramah. Baru selangkah Ino meninggalkan meja Sakura, gadis itu berhenti dan menoleh ke arah Sakura dan kemudian berbisik.
"Dia pacar sahabatku yang aku ceritakan, kau mengenalnya?" Ino berkata lirih sambil melirik ke arah Sasuke berada.Sakura hanya mengangguk pelan sambil tersenyum manis.
________________________________________
"Sakura."
Langkah kaki jenjang itu terhenti saat sebuah suara menyerukan namanya, emeraldnya mengerjab dengan cepat seketika, pria bersurai raven berjalan mendekat ke arahnya. Sakura masih berada di parkiran cafe house milik Neji, ia berniat untuk mampir lebih dulu ke toko buku di seberang jalan yang tak jauh dari tempatnya saat ini.
"Sasuke, apa yang kau lakukan?" Sakura tampak celingukan mengedarkan pandangannya kearah belakang tubuh sahabatnya itu, "mana Hinata?" Lanjut Sakura.
Sasuke tak berkata apapun, hanya sebentar ia memperhatikan sahabat perempuannya itu.
"Aku dan Hinata sudah resmi menjalin hubungan." Sasuke mengatakan itu dengan masih memasang wajah datar, namun dengan fokus mata kembali pada Sakura.
Sakura tampak membatu sejenak, ia juga tak mengeluarkan sepatah katapun. Namun di detik berikutnya bibir tipis gadis merah jambu itu tertarik keatas, menciptakan senyum manis yang ia punya.
"Wahh benarkah?" Sakura mengulurkan tangannya untuk menepuk nepuk bahu Sasuke lumayan keras, "selamat ya, kapan kau mentraktirku, hm?"
Sasuke tersenyum tipis, sangat tipis. Ia sedikit mengela nafas lega karena mendapati sahabatnya yang tak mempermasalahkan hubungannya dengan Hinata, meskipun Sasuke merasa bersalah karena tak mengatakan dari awal. Dan baru memberi tau gadis itu setelah berjalan kurang lebih dari dua hari Sasuke dan Hinata jadian. Padahal selama ini, selain Sakura, tak ada seorangpun yang ia percaya untuk menjadi tempat berkeluh kesahnya.
"Kapanpun kau mau."
Sasuke berlalu sambil mengacak surai merah muda Sakura, membuat sang pemilik mendengus kesal, namun juga bersamaan dengan senyum tipisnya.
"Dasar."
Baru saja Sakura akan melangkahkan kakinya, Sasuke lagi lagi mengagetkannya.
Dia berbalik dengan posisi Sasuke yang sudah agak jauh jaraknya dengannya.
"Hubungi aku jika kau sudah menentukan waktunya."
Sasuke berseru sedikit keras, membuat tawa kecil di bibir Sakura, gadis itu berfikir dia senang dengan Sasuke yang seperti ini. Sakura merasa bersalah karena selalu terbawa suasana saat melihat kedekatan dua sejoli, ya Sasuke dan Hinata tentunya yang tengah di mabuk cinta itu. Bagaimana mungkin Sakura setega itu, dengan memasang wajah sedih saat melihat sahabatnya sebahagia itu. Ia hanya harus belajar. Belajar menerima keadaan.*
*
*Sakura sama sekali tak menyadari waktu sudah menginjak pukul 5 sore, ia selalu lupa waktu jika sudah berada di toko buku, karena selain itu merupakan hobinya, disana juga menyediakan tempat yang nyaman, di lengkapi dengan perpustakaan yang di sekat sempit namun di dekor dengan indah, hanya ada dua lemari yang cukup besar yang hanya menyediakan buku buku terbitan lama, bisa di bilang juga karya lawas dari penulis terkenal dunia. Di lengkapi juga dengan satu meja panjang sekitar 3 meter, dengan 4 kursi di sisi kanan dan 4 kursi lagi di sisi kirinya. Catnya di buat berbeda dengan toko yang menjual buku, jika disana lebih di dominasi dengan warna putih, lain halnya di perpustakaan kecil itu. Ruangan itu lebih memilih warna yang agak gelap yaitu biru tua dengan gradasi abu abu. Namun jangan salah, warna gelab bukan berarti terlihat suram. Justru sebaliknya, ada hiasan tempel berwarna putih berbentuk bintang yang memenuhi setiap dinding ruangan sempit tersebut. Jika di pikir pikir memang terlihat aneh, mengingat buku yang di sediakan di perpustakaan ini adalah buku lawas, namun ruangannya serasa ruang kelas anak anak playgroub. Sakura tersenyum sendiri saat memikirkan siapa yang mendekorasi ini.
"Kau tak apa apa Nona?"
Sakura menoleh dimana seseorang tengah menatapnya dengan aneh, iris biru pemuda itu tampak tak berair saat kelopaknya tak berkedip menatap ke arah Sakura.
"Aku kenapa?" Sakura yang masih tak mengerti dengan pertanyaan orang di hadapannya itu hanya bisa kembali bertanya.
Pemuda itu tampak terkekeh pelan, mencoba menutupi mulutnya agar tak mengganggu orang lain yang sedang berada di ruangan itu.
Sakura mengangkat alisnya? Membuat guratan kerut pada dahinya. Emeraldnya berpaling dari iris biru seseorang di depannya.
Mengedarkan pandangannya ke ruangan yang tak begitu luas itu. Hanya ada empat orang disana, termasuk dirinya. Satu orang berada di kursi paling ujung, dan berlawanan sisi dengannya. Seorang lagi tengah berdiri di depan lemari mencari buku yang mungkin disukainya. Sedangkan dirinya tengah duduk manis di depan pria asing ini. Sakura bergeser, memindahkan tubuhnya pada kursi ke tiga dari kursi sebelumnya. Matanya sesekali melirik pemuda di depannya.
"Kau lucu sekali Nona." Pemuda itu tertawa sedikit keras namun tak bertahan lama setelah mendapati pelototan dari dua pengunjung perpustakaan itu, di tambah Sakura tentu saja.
"Upps." Pemuda membekap mulutnya, menyadari jika ia tertawa lepas. Ia bergumam lirih sambil di akhiri senyum lebar.
"Maaf... maaf!!"
Pemuda itu beranjak berdiri dari tempat duduknya, kemudian membawa kakinya mendekati gadis merah muda yang baru saja ia temui. Mencondongkan sedikit badannya ke arah gadis yang masih duduk manis di tempatnya, namun dengan mata hijau yang masih melotot ke arahnya.
"Jangan tersenyum sendiri!"
Sakura mengerjapkan matanya cepat, sedang pemuda di depannya hanya tersenyum kecil lalu menegakkan badannya dengan senyum yang tetap bertahan di wajah tampannya.
"Orang orang akan mengira kau dalam keadaan yang kurang sehat."
Pemuda itu berlalu dengan senyum tipis di wajahnya. Sesekali ia menutup mulutnya dengan telapak tangan mencegah suara tawanya lepas seperti tadi.
"Menggemaskan."
*
*
*Sakura cengo di buatnya, ia masih fokus menatap punggung pemuda itu yang berjalan keluar melewati toko buku.
"Apa baru saja dia mengatakan aku gila?"
Seperti tersadar, Sakura sontak berdiri dengan wajah kesalnya. Ingin memanggil orang itu, namun percuma, pemuda itu bahkan sudah tak terlihat lagi.
Sakura memutar matanya bosan. Ia kembali duduk, namun tak berapa lama ia kemudian berdiri setelah mengambil tas kecilnya, dan keluar dari perpustakaan itu menuju pintu yang baru saja di lalui pemuda aneh itu. Menurut Sakura.
*
*
**
*
*Tbc.
😊😊😊😊
Terimakasih 😊😊👇
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS
FanfictionSASUSAKU----- ❤❤❤ Ketika sebuah hubungan yang tanpa ikatan mengarapkan sesuatu yang berbeda..... Semisal ketika persahabatan memunculkan suatu rasa yang tanpa disadarinya.. namun dirinya juga yang harus menghentikannya....