10. SEPULUH

2.9K 50 3
                                    

"Walaupun gak punya doi, tapi banyak yang melebihi doi perhatiannya."

"Kamu sakit, Yang?"

Fata merasa cemas melihat wajah adiknya terlihat sangat pucat, bibirnya pun nampak sangat kering. Ia yakin Bayang pasti sedang kurang vit, sudah beberapa kali ia melihat Bayang bersin yang tak henti dan terus mengucek hidungnya terlihat memerah.

Bayang hanya menggelengkan kepalanya. Ia berusaha kuat di depan kakaknya karna tidak ingin membuat cemas lagi karnanya. "Nggak kak, aku sehat-sehat aja kok." Bayang tersenyum pada Fata.

"Kakak tahu kamu itu bohong, ngomong aja Yang, kalau badan kamu kurang enak jangan sekola dulu, entar kakak yang bilang izin ke wali kelas kamu."

Bayang terus berusaha meyakinkan kakaknya. "Aku pengen sekola kak dari kemarin aku bolos mulu, lagian aku gak sakit kok."

Hachim

"Tuh barusan apa?" Tanya Fata mendengar adiknya bersin.

"Aduh kak ini cuma flu biasa aja," elaknya.

Fata tersenyum menatap adikya, masih saja berbohong. "Yaudah kalau kamu maksa."

Akhirnya Fata melajukan mobilnya ke sekolah karna Bayang sangat kekeh ingin sekola.

Bayang memijat pelipisnya terasa sangat pusing, ia juga merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya di tambah hidung tersumbat gatal pula. Ini semua akibat ulah Ayahnya yang semalam merendam tubuhnya lebih dari satu jam di bath up kamar mandi hingga semua kulit Bayang pucat dan mengkriput.

Di dalam mobil Bayang merasa gelisah badannya sangat tak bersahabat rasanya ingin pulang ke rumah untuk membaringkan tubuhnya. Di sisi lain juga Bayang ingin sekola ia tak mau keseringan bolos sekola. Baru saja kelas sepuluh kelakuannya sudah terlihat buruk ia tak mau di cap seperti itu oleh para guru.

Alis Fata mengkerut ia terus memperhatikan gerak-gerik adiknya seperti merasa tak nyaman. "Kepalanya pusing, Yang? Apa mau puter balik pulang aja? Kayaknya kamu benar-benar sakit, tuh lihat muka kamu pucat," ujar Fata melirik adiknya sekilas lalu kembali fokus menyetir.

"Apaan sih kak, kepala aku gak pusing kok. Terus muka aku pucat itu, karna aku gak make up aja. Kakak dari tadi gak percaya banget, aku sehat kak."

Fata tersenyum tangannya mengusap puncak kepala adiknya. Memang dari kecil sikap adiknya tak berubah selalu saja nekad kalau ingin sesuatu.

***

"Belajar yang bener jangan bolos lagi!" Ucap Fata dengan nada sedikit tinggi.

Bayang berdiri di ambang pintu kelasnya sambil menyengir. "Iya siap. Kakak juga tuh, jangan pacaran mulu di dalam kelas," singgung Bayang.

Fata mengernyit sebenarnya adiknya ini, menyinggung apa mengacam sih? Ia binggung sendiri. "Cih, siapa yang pacaran," jawabnya tak merasa.

"HAY SAYANG, SELAMAT PAGI! Eh Bayang maksudnya. Belum di sunnahkan kalau belum jadian manggil Sayang," cerocos lelaki yang baru saja datang. Dengan penamampilan yang tidak mengenakan. Contohnya baju yang di keluarkan, tidak memakai atribut sekolah, rambut yang melebihi batas, satu lagi kedua kacing baju yang di bukakan sengaja. Memambah kesan badboy, tapi jangan salah Iqbal menjadi salah satu incaran para wanita di sekolahnya ini. Walaupun masih kelas sepuluh tapi ketenarannya sudah menyebar luas. Tak hanya di sekolahnya saja, beberapa sekolah di luar sanapun tau siapa Iqbal ini.

Fata menatap aneh Iqbal. Siapa orang ini tiba-tiba datang dan menyapa adiknya. Apa ini pacar Bayang?

Iqbal mengambil tangan Fata lalu mencium punggung tangannya seperti layaknya seorang anak pada Ayahnya. "Kak Fata ya?" Tebak Iqbal padahal ia sudah mengenalnya. "Saya Iqbal kak. Insya allah, calon adik iparnya kak Fata hehe," ucapnya di sambut dengan cengiran khasnya.

MY POSSESSIVE SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang