MIMPI BURUK

262 9 1
                                    


Aku terkesiap mendapati diriku sudah berada di sebuah ruangan gelap. Mataku membelalak ke semua sudut ruang tak ada sedikitpun cahaya di sana. Lalu tiba-tiba sebuah tangan menggerayangi pundakku. Aku menahan nafasku, memejamkan mata, tapi percuma karena keadaan terpejam maupun tidak sama saja.

Dengus nafas memburu meniup leher dan telingaku. Panas dingin keringat membasahi keningku. Aku tak mampu menggerakkan tubuh. Bahkan aku tak mampu mengeluarkan suara. Aku membeku di sana. Lirih bathinku memanjatkan doa-doa. Tapi keadaan tetap sama.

Kuku-kuku panjangnya sedikit mencengkeram, kini terasa perih leherku, nafasku tersengal, tercekik, bau anyir menyeruak di ruangan itu. Lalu berganti dengan bau bangkai, berganti lagi dengan aroma bunga kantil dan melati. Kepalaku berputar-putar, tubuhku lemas, perutku terasa mual. Dan setelah itu terdengar bisikan di telingaku.

" Ikutlah denganku, aku akan membuatmu abadi "

Lalu makhluk itu tertawa puas melihat diriku yang gemetar dan ketakutan setengah mati.

" Hi hi hi hi hi hi hi ... Kau harus ikut denganku, kalau tidak ! maka kau akan ku siksa. "

" Tidak ... aku tidak mau. Kembalikan aku ke tempatku. Aku tidak mau di sini. Tidaaakkkkkk ... "

" Ran ... Rani bangun, kamu kenapa ? "
Tubuhku ada yang mengguncang, ku pikir gempa bumi, aku segera membuka mata. " Oh rupanya ini hanya mimpi. Syukurlah. " ( gumamku di dalam hati. )

" Kamu kenapa Ran ? Kamu mimpi buruk lagi ? " temanku bertanya lagi.

" Iya, aku mimpi buruk. Huh lebih menyeramkan dari kemarin. Aku harus bagaimana supaya mimpi itu tidak terus menghantuiku ? "

" Kamu doa dulu sebelum tidur. "

" Sudah, tapi tetap aja mimpi buruk. "

" Ya sudah sekarang lebih baik kamu tidur lagi, aku juga mau tidur lagi. Teriakanmu tadi membangunkan aku. "

Temanku kembali tidur, tinggal aku yang kini terjaga. Pandanganku mengitari seluruh sudut ruang kamar tidur. Hingga mataku terfokus pada sebuah benda pipih di atas lemari baju. Aku penasaran, kakiku beranjak dan mengambil benda pipih itu. Ternyata sebuah lukisan. Lukisan seorang perempuan yang membawa lentera. Aku kini merasakan hawa dingin di sekitarku. Padahal jendela kamar tertutup.

" Wushh ... "

Embusan angin meniup rambutku. Aku terdiam, terpaku dan masih menatap lukisan itu. Tiba-tiba perempuan di dalam lukisan itu bergerak, tangannya terulur, satu kakinya keluar dari lukisan itu, aku membanting lukisan itu. Kini aku terpaku berdiri dan masih menatapnya. Perempuan di dalam lukisan itu menyeringai, dia menggerakkan kepalanya dan terdengar lehernya menggeretak, dia menatapku tajam lalu tersenyum menyeramkan. Kini perempuan itu sudah berdiri di depanku membawa lentera tua.

" Terima kasih kau telah membantuku keluar dari kutukan ini, kini aku butuh bantuanmu untuk membalas dendamku. Ikutlah denganku ! "

Aku mundur selangkah saat tangannya terulur ingin menyentuhku.

" Tidak ... aku tidak mau ikut. Aku ingin di sini. Aku tidak kenal kamu. "

" Kenalkan namaku Aurora "

Dia mengulurkan tangannya. Kini wajahnya tak seseram tadi. Senyumnya terlihat manis. Aku terdiam memandang dan memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gaun yang dia kenakan sangat elegant, dia cantik, dan sepertinya dia seorang puteri dari kerajaan. Tapi entahlah dia berasal darimana aku tidak tahu.

" Namamu siapa ? " dia bertanya padaku dan tangannya masih terulur. Akhirnya aku luluh dan aku bersalaman dengannya.

" Rani, namaku Rani. " aku tersenyum tipis.
Saat tanganku bersentuhan dengan tangannya, aku merasakan sesuatu mengalir ke seluruh tubuhku. Hawa dingin dan panas, aku bergetar hebat. Dan dia menyeringai puas.

" Terima kasih, kau telah memberiku energi, kini aku bisa mencarinya dan membalaskan dendamku. Bantulah aku, karena hanya kamu yang bisa membantuku. "

Tubuhku menjadi lemas setelah dia melepaskan tangannya. Aku tersimpuh di lantai. Aku benar-benar lemas.

" Berdirilah dan ikutlah denganku, kita harus mencarinya sekarang. "

LUKISAN HIDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang