Chapter 11 – I am Right Here, Cause I Need Little Love and Little Symphaty
Pagi-pagi sekali Gina terbangun mendahului alarm yang sudah disetnya. Semalam tidak ada tidur berkualitas untuknya. Tidak heran bila tubuh Gina terasa sedikit berat dan kepalanya pusing sekarang.
Pelan-pelan Gina turun dari ranjang karena tidak mau membuat Luna terbangun. Semalam Luna memutuskan untuk menginap di rumahnya dan membiarkan Daniel menginap di rumah Vano. Ah, mengingat Vano membuat Gina merinding. Kejadian itu telah merenggut ketenangan hatinya hingga saat ini.“Sudah Gina berhenti memikirkan kecelakaan itu!” omel Gina pada dirinya sendiri, dan hmmpt... Gina segera menutup mulutnya.
Jangan sampai Luna dengar omelan gue barusan! No, yang jelas Luna nggak boleh sampai tahu kejadian antara gue dan Pak Vano semalam. Gina menggigit bibirnya, antara cemas dan malu. Sungguh, Gina merasa seperti telah berbuat dosa besar.
Gina malu dan dalam waktu bersamaan merasa bersalah. Rasanya Gina ingin menangis, terlebih saat mengingat Addi. Kalau begini, apa artinya Gina telah mengkhianati Addi?
Berusaha untuk tidak memikirkan hal itu semakin dalam, Gina memutuskan untuk turun. Seseorang pernah bilang bahwa, mencuci piring dapat menenangkan kita dari penat. Oke Gina akan mencobanya sekalian menuntaskan kewajibannya membantu sang ibu.
Dering ponsel di nakas membangunkan Luna dari tidurnya. Luna meraba-raba permukaan nakas dan mengambil ponselnya, mematikan alarm lantas duduk. Pukul 05.00 pagi. Luna harus segera mandi, bersiap, atau membangunkan Daniel lebih dulu. Ponsel Luna bergetar. Ada chat masuk di WhatsApp-nya. Grup Kantor. Ah!
Keanu : Gaes, jadi kan kita CFD?
Mbak Dela : Jadi, gue siap-siap dulu ya
Mbak Friska : Aku juga siap-siap.Luna tidak membalas chat mereka. Ia memutuskan untuk segera menelepon kekasihnya yang pasti masih tertidur pulas di rumah Vano. Cukup lama nada sambung berbunyi, sebelum akhirnya suara gumaman di seberang sana menyahut.
“Niel, bangun,” kata Luna langsung. “Udah pagi ini. Siap-siap ke CFD.”
Daniel menjawabnya dengan bergumam lagi.
“Aku tunggu. Setengah jam lagi kamu harus udah siap.” Luna memutuskan hubungan teleponnya. Saat itu Gina kembali ke dalam kamar dan melihat Luna sudah bangun.
“Baru aja mau gue bangunin,” kata Gina lalu berjalan ke arah balkon.
Luna merapikan rambutnya, lalu mencepolnya asal. “Lo abis dari mana?”“Nyuci piring.” Gina mengambil handuknya yang tergantung.
“Jadi ke CFD nggak, Gin? Udah pada nanyain tuh di grup.” Luna masih dalam posisi duduk di ranjang.
“Jadi. Gue mandi duluan, deh.”
“Oke.”
***
Setengah jam kemudian Luna dan Gina sudah bersiap. Setelah pamit dengan Ibu dan Ayah, mereka segera bergegas keluar dari rumah. Di depan pagar terlihat Daniel sedang bersandar di mobilnya dengan mengenakan pakaian olah raga. Gina langsung menghentikan langkahnya begitu dilihatnya Vano muncul dari balik mobil Daniel. Pasti Daniel yang mengajak Vano untuk ikut bersama mereka.
“Mau berangkat pakai mobil gue atau masing-masing?” tanya Daniel sambil memutar-mutar kunci mobil di telunjuknya.
“Mobil lo aja,” sahut Vano. “Bentar lagi orang bengkel ambil mobil gue.”
“Ya udah, berangkat.” Daniel membuka pintu mobil depan sebelah kiri untuk Luna. “Gin, belakang, ya? Nggak enak gue nyetir kalo di sampingnya cowok,” katanya pada Gina sembari berjalan mengitari mobilnya dari arah depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words (Collab Story)
Romansa#Collaboration1# Ini bukan hanya tentang Cinta. Ini tentang betapa pentingnya kepercayaan, Tentang istimewanya kesetiaan, Dan tentang esensialnya sebuah keterikatan. Bila semua itu kurang, Maka jalinan asmara dipertaruhkan di ujung keretakan. Ung...