"DOR! DOR!"
Suara tembakan terus terdengar dari balik pintu. Meninggalkan bercak bercak darah yang menghiasi lantai dan tembok.
Seringai seram terukir di wajah Kim Junmyeon. Perlahan ia berjalan menuju anak kecil yang bersembunyi di dalam kulkas.
Tangannya meraih gagang pintu kulkas, dan menariknya perlahan. Terlihat anak kecil itu diam gemetar. Entah karena kedinginan atau ketakutan akan kematian.
Kim Junmyeon tersenyum lebar dan menodongkan pistol tepat di kening anak itu. Kim Junmyeon tersenyum penuh rasa puas.
"Ciluk…"
Pupil anak itu sudah mengecil. Sudah tak ada lagi jalan untuk kabur. Haruskah dia mati sekarang? Umurnya masih muda untuk mati!
"Baa~"
Pelatuk akan ditekan. Namun, anak kecil itu lebih cepat.
"JADIKAN AKU ANAK BUAHMU!"
Alis Kim Junmyeon terangkat sebelah. Pistol itu ia turunkan. Dan ia tertawa terbahak bahak.
"Anak buahku? Haha! Kau pikir menjadi mafia itu mudah?"ucapnya sambil tertawa geli.
"Sudahlah, daripada kau memaksakan diri menjadi anggota mafia, lebih baik kau mati dengan tenang."
Pistol itu kembali ditodongkan ke arah anak kecil di depannya.
"Matilah dengan tenang…"
"DOR! DOR!"
Jasad anak kecil itu pun tergeletak lemah tak bernyawa. Junmyeon tersenyum puas.
Dari arah pintu, datanglah Minseok. Dengan jasnya yang rapi. Dan tatapan yang dingin.
Junmyeon menatap Minseok. Yang kemudian menunjuk jasad anak kecil di dalam kulkas tersebut.
"Lihatlah, anak kecil itu…"
Minseok menatapnya tanpa gairah. Lalu dahinya mengkerut.
"… mirip sekali denganmu, Haha!"
Minseok kesal dan meninggalkan ayahnya sendirian di ruangan penuh darah itu.
Minseok menuju motornya dan menggerutu.
"Jangan ingatkan aku lagi tentang itu, dasar ayah bodoh."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jasad anak kecil itu dibawa oleh Kim Junmyeon ke kamarnya. Lalu mengotak atik tubuhnya seperti lego.
Minseok hanya menatap pintu kamar ayahnya dengan iri. Ia ingin ada di dalam. Menjadi bagian di dalam.
"Minseok! Calon penerus ayahmu! Bagaimana kabarmu?" Choi Siwon. Bos mafia yang sekarang. Sudah menua, namun tetap saja bos yang hebat.
"Ah tuan, saya baik. Anda sendiri?"Minseok membungkukkan badannya 90° derajat.
"Sangat sehat! Karena kalian, tangan kanan yang berbakat, aku masih hidup."Choi Siwon memberi penekanan pada kalimat "tangan kanan".
Ia benar benar ingin minseok jadi penerus tangan kanan yang baik.
"Saya pasti bisa menjadi penerus yang baik."Choi Siwon tersenyum lebar.
"Itu bagus! Itu yang saya harapkan darimu Seok! Bagus! Bagus!"
Choi Siwon pergi meninggalkan Minseok. Aura yang ditinggalkan oleh Choi Siwon sangat mencekam.
Membuat Minseok menelan salivanya sendiri.
Kakinya berjalan santai menuju teras. Rumah mewah ini terlihat aman.
Minseok terus memandang sekitar. Bagai mencari seseorang. Menunggu seseorang datang tentunya.
"Minseok! Ada tugas untukmu!" Minseok terpaksa memenuhi tugasnya. Meninggalkan tempat menunggunya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kau tak akan pernah mengalahkanku Minseok. Kau lemah. Kau tak pantas. Ingat ini…"
"Selalu ingat pesanku. Dan bila bertemu denganku, maka…"
Minseok membelalakkan matanya lebar. Dadanya berdegup kencang. Tubuhnya penuh keringat. Badannya bergetar.
"Apa itu tadi? Aku bermimpi apa?"Minseok mengelap keringatnya. Mengatur nafas dan memejamkan mata.
"Aku lupa perkatannya dulu." dua jari dipakai memijat keningnya ringan.
Semakin Minseok mengingatnya, semakin sakitlah kepalanya. Minseok menatap jam dinding.
Menunjukkan pukul 05.48 pagi. Minseok bangun dan bersiap siap. Pagi pagi sudah harus meninggalkan kasur.
Atau Minseok akan kena marah. Dengan malas ia berjalan menuju kamar mandi. Membasuh tubuhnya dan segera berpakaian.
"MINSEOK! SUDAH AYAH BILANG SEBELUM MATAHARI TERBIT KAU SUDAH HARUS BANGUN! MINSEO-"
~✠•✧TBC✧•✠~
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA●CHENMIN✔ [SEASON 1 COMPLETED]
FanfictionChoi Minseok. Anak semata wayang Kim Junmyeon. Sekaligus penerus tangan kanan yang baru untuk Choi Siwon. Ini cerita tentang pengorbanan, cinta, kepercayaan, dan kriminal. Bagaimana Minseok bertahan hidup di dunia yang kejam, sebagai mesin pembunuh...