18 Desember 2018
"Selamat ulang tahun, Sa."
Aku mengerjapkan mata. "Kok tahu?"
Carlisle tersenyum. "Gantian main ke rumahku yuk, nanti."Aku sekarang duduk di kursi belajar di kamar Carlisle. Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa aku berani di kamar Carlisle. Kamarnya SANGAT besar. Kuberitahu, ada pantry di ujung ruangan.
Aku mengedarkan pandangan. Rupanya, Carlisle memang menyukai warna hitam. Kamar kami tak jauh berbeda, hanya saja kamarku dipenuhi foto dan kamar Carlisle didominasi lukisan. Aku menghela napas panjang begitu melihat kalender dengan tanggal dua puluh lima dilingkari dengan spidol merah.
"Hai, laper ya?" tanya Carlisle dengan sebuah nampan berisi kue.
Aku mengernyit. "No noodles for today?"
"You told me that noodles isn't healthy at all."
"Mau belajar apa hari ini?" tanyaku.
Ia memutar mata. "Seriously? Today is your birthday!"
"And then?" tanyaku. "Setiap tahun selalu sama."
"Having fun, I guess, for today?"
Aku tertawa. "There's nothing special."
"But, I can make you feel special," bantahnya.
"How?" tanyaku tak mau kalah.Ia menatapku dalam-dalam, dan menciumku lembut. A deep one, not a french kiss. Ia memegang tengkukku dan menekannya, memperdalam tautan kami. Tapi bisa kurasakan, ini kali pertamanya.
"Your first time?" tanyaku.
Ia tersipu. "Kelihatan, ya?"
Aku terkekeh. "Well, this isn't my first time."
"We got a lesson today," bisiknya. "Teach me."—
Vomment, dong! ╰(*'︶'*)╯♡
KAMU SEDANG MEMBACA
chance // hrj ✔️
Historia Corta' "I'm sorry. For not taking the last chance." cover: nicola samori, 1977