Ada bagian yang harus dipause kalau kalian puasa!! Oke? Baca ini setelah kalian merayakan hari raya.
**
"Arigatou ne, Gaara-kun[1]," kata Hinata dengan ramah sambil melepas helm dan mengangsurkannya pada sang ayah kandung helm tersebut, Gaara. "Nggak mau mampir dulu?"
[1] "Terima kasih, Gaara.", dalam bahasa Jepang. Penggunaan -kun biasanya pada anak laki-laki atau perempuan pada maksud formal atau karena dia tomboy [tekel Gao selalu manggil Gao pake -kun, wkkw]
Gaara mengambil helm dan membalas senyum Hinata yang tulus. Dengan hati-hati, dia melirik pintu ganda yang menjadi pintu masuk ke rumah Hinata, lalu terkejut setengah hidup saat melihat papa Hinata yang terlihat seperti orang gila dengan rambut acak-acakan dan piyama kusut tengah menyandarkan punggung pada kusen pintu, berwajah sinis, dan melipat tangan di depan dada dengan angkuh.
Glek! Ini om-om kapan munculnya, sih? Dah kayak setan pohon rambutan aja tiba-tiba nongol gitu. Mana mukanya serem ngalahin Deddy Kobuzer!
Sambil tersenyum dengan keterpaksaan yang hakiki, Gaara berkata, "Lain kali aja, deh. Ada Om, sih."
"Justru karena ada Papa. Nggak niat cipika cipiki ma mertua, nih?" sahut Hinata sambil tersenyum kecil.
Karena Hinata yang berkata begitu, mau tak mau, Gaara akhirnya menyandarkan motornya, melepas helm model-model joki Senayan City, dan masih dengan keterpaksaan mengekor di belakang Hinata.
Napa kudu mampir sih gue?! Ini nih, eni nih yang bikin gue males nganterin si Nata. Coba dia bukan pacar, dah gue jadiin pepes minta dianter-anter gini. Untung sayang. Wahai sekalian kaum batangan, contohlah sikap pantas gue sebagai cowok idaman. (Tersenyum sambil menaikturunkan alis) Akan tetapi, beberapa waktu memikirkan itu, Gaara mmmemilih melipat mulutnya dan menurunkan pandangannya. Yeah, dengan satu dan lain hal ....
Yah, Gaara memang jarang mengantar Hinata pulang setelah jam sekolah berakhir. Kenyataannya, itu karena papa Hinata yang selau stand by menunggu Hinata untuk menjemput gadis itu. Hari ini, beda lagi. Hinata telah menyuarakan pidato yang panjangnya setara dengan semua pidato Pak Sukarno yang dilem jadi satu dan berkoar-koar di telinga Gaara tentang betapa capainya dia ketika berjalan kaki ke sekolah saat pagi hari. Hebatnya, Hinata mengatakan bahwa dia telah berjalan di atas trotoar dan di bawah panas matahari yang menyengat. Ingat ini, Hinata berjalan kaki ke sekolah saat pagi hari ya, dari mana panas mataharinya datang?
Akhirnya, setelah Hinata menutup pidatonya dengan permintaan maaf apalabila ada kesalahan kata, Gaara akhirnya terbius untuk mengantar gadis itu pulang.
Lagipula, itu sebenarnya tidak masalah sepanjang Hinata hanya melakukannya sekali-kali.
Tapi kejelekannya, karena Hinata tidak dijemput, artinya papa Hinata tidak pergi ke kantor atau bekerja, dan jika dia ada di rumah, maka saat Gaara mengantar Hinata, dia harus bertemu dengan wajah super dingin si om muka triplek.
"Selamat sore, Om," sapa Gaara sambil meraih tangan papa Hinata, tapi langsung ditepis. Gaara mendelik. Pasti begini nih perasaannya para upik kelabu di sinetron-sinetron. Eh yaya, mayan nih kalo story cinta gue dijadiin sinetron. Judulnya, Pangeran Merah Love Putri Indigo, tapi Papa Muka Triplek menjadi Pagar Tak Tertembus. Kepanjangan itu mah.
"Pulang sana!" bentak Papa, kemudian mengalihkan pandangan pada Hinata sambil tersenyum lembut, "Nata nggak capek?"
"Capek sih, Pa," keluh Hinata sambil mendesah pelan.
"Ya sudah, Nata masuk rumah, makan, setelah itu tidur siang."
"Oke, Pa!" sahut Hinata sambil memberi hormat tangan kiri ala ala militer dan bergegas masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shot For The Forgetful Guardian {END}
Fanfiction|FANFICTION STORY| Judul : Shot for The Forgetful Guardian Judul Alternatif: Shot Genre : Action, Drama, Friendship, Slice of Life Aired : May, 2019 Republish : May, 2020 Length : Prolog + 19 chapters + Epilog Status : Completed •Spoiler• Shot for h...