-01

3.1K 219 10
                                    

Somi berulang kali mencoba untuk menelfon Haechan, walaupun percuma tidak ada jawaban.

Langit semakin mendung, waktu semakin sore.

Udara menjadi dingin, dan Somi menyesali mengabaikan ucapan Mama nya untuk membawa jaket.

Sepi.

Somi sendirian berdiri di halte sekolahnya, berharap ada seseorang yang baik memberinya tumpangan untuk pulang.

Haechan. Cowok itu sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Padahal dia berjanji akan pulang bersama hari ini. Namun janji itu kembali ingkar.

Untuk kesekian kalinya, sang pacar melupakan janji yang katanya akan selalu ditepati.

Somi memeluk dirinya, mencoba mencari kehangatan yang walaupun itu percuma. Dinginnya udara tak mampu mengalahkan usahanya.

Rambut hitam panjangnya menari-nari tak kala angin menerpanya.

Bibir merahnya berubah menjadi pucat, dia baru menyadari jika dirinya dalam keadaan belum makan. Niat ingin makan bersama di kantin dengan Haechan, namun cowok itu kembali lupa.

Padahal Somi tidak membawa uang sepersen pun, lupa lah alasannya.

Sudah satu jam dia menunggu, Somi menajamkan telinganya disaat mendengar suara deru motor yang dia lihat datang menghampirinya.

Somi tersenyum, mengira jika itu Haechan, pacarnya. Namun senyum itu luntur disaat pengendara berhenti tepat di hadapannya dan membuka helm yang dipakai.

"Hai Som" sapanya tersenyum manis.

Somi membalas senyuman ala kadarnya.

Daehwi. Cowok itu memperhatikan Somi yang sedikit menggigil.  Inisiatifnya segera membuka jaket dan menyampirkan pada tubuh Somi.

Mereka dalam jarak yang berdekatan. Somi sungguh terkejut, bahkan dia bisa melihat dengan jelas mata cowok itu.

Jantung Somi berdetak dua kali lipat. Bukan karena gugup berdekatan atau baper dengan perilaku Daehwi, melainkan gugup jika Haechan mengetahui kebersamaannya dengan Daehwi, walaupun ini tidak disengaja dan bukan kehendak Somi.

"Kenapa masih disini?" tanya Daehwi berdiri disebelah Somi.

"Nunggu tumpangan" jawab Somi.

Daehwi mengangguk, "Mau pulang bareng?"

Somi menggeleng cepat. Segera menolak dikarenakan dia mengingat Haechan.

"Udah gelap, Som. Lagian angkot juga udah gak ada di daerah sini"

Somi melirik ke sekitar, memang benar pada jam saat ini angkutan umum sudah tidak beroperasi di daerah sekolahnya.

Walaupun ada, Somi tidak bisa naik dikarenakan lupa membawa uang.

Somi menoleh pada Daehwi, "Lo kenapa masih disini?" tanyanya yang kemudian mengalihkan pandangan ke depan saat cowok itu juga menoleh.

Daehwi mengangkat kerah bajunya, berniat menunjukan, "Futsall" singkatnya.

Somi mengangguk baru ingat jika di sebrang sekolahnya terdapat lapangan futsall, dan setiap hari Rabu Daehwi pasti disana.

"Jadi, mau bareng?" tawar Daehwi sekali lagi.

Somi sedikit berfikir sebelum akhirnya mengangguk menerima tawaran Daehwi.

Daehwi mengambil helm cadangan dalam bagasi motornya, segera menyerahkan pada Somi.

Somi menghela nafas, terlalu lelah untuk dia menunggu Haechan yang tanpa kabar.

Dan dia pastikan, malam nanti perutnya akan terasa sakit karena mag yang diderita kambuh.

Daehwi menghidupkan mesin motornya, memberi kode pada Somi untuk segera naik.

Hari ini, Somi melanggar satu peraturan dari Haechan, tidak berdekatan dengan Daehwi.

Somi hanya berharap kesalahan yang sebenarnya bukan kesalahan ini bisa dimaafkan oleh Haechan.

▪️▪️▪️

⚠️

Mohon maaf jika terdapat typo(s)
! ! !

Terima kasih yang sudah membaca cerita ini. Saya tidak tahu apakah ini nge-feel atau tidak. Tapi saya harap jawabannya iya.

Gaya bahasa saya juga berubah pada cerita ini, dan sekali lagi saya berharap semuanya merasa nyaman dan betah :)
Jangan melupakan Vote dan Komennya,hehe^.^
Karna itu membuat saya bersemangat untuk menulis cerita ini,wk.

Next?

[✓] Remorce | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang