20. Antara Bahagia dan tidak.

533 28 0
                                    

"Ada yang berubah, tapi tidak bisa diucapkan. Bibir ku rapat tak mampu bicara, karena aku tau, aku bukan siapa-siapa."

-Sely-

🍂🍂🍂
.
.
.
.
Happy Reading


"Saya ikut sedih Sis, saya nggak nyangka Rana bakal kaya gini." Dokter Beni melipat kembali kertas yang baru saja dia baca. "Kaya gini?" Dokter Beni mengangguk, "Leukimia yang dia derita sudah semakin parah. Bahkan sekarang sudah mencapai pada Leukimia Akut."
Siska menyeka air mata nya. "Jadi saya harus bagaimana?"
"Untuk saat ini, Rana harus ditangani oleh ahli nya."
"Beberapa hari lagi juga dia bisa pulang." Beni tersenyum seolah memberi kekuatan kepada Siska. Namun Siska hanya menghembuskan nafas nya berat lalu berlalu keluar dengan cepat.

"Kamu ngga berubah Sis." Gumam Beni sambil merapihkan meja nya.

💧💧💧💧

Rissa duduk dengan memainkan boneka pemberian Varo. Sudah beberapa hari tidak bertemu rasa nya ada yang hilang. Rissa rindu dengan kata-kata manis Varo, kejailan Varo hingga rindu ketika tangan Varo mengacak puncak rambut nya. Rissa berkali-kali menghembuskan nafas berat. "Bi, Rana kapan pulang?"
Bijum menatap Rissa dengan kasihan. "Ngga
tau neng." Bijum menggeleng.

"Emang Rana ngga bisa dijenguk bi?" ucap Rissa.
"Kan Bunda neng, bilang nya izin bukan Sakit." jujur Bijum.

"Terus kenapa Rana gak dibolehin main handpone."
"Kan ceritanya Rana nggak bawa handpone ketinggalan."
"Trus yang bikin ceritanya siapa?"
"Ya, Bijum ngga tau." Bijum tekekeh kecil.
"kaya nya yang bikin ceritanya Cantik ya Bi, kaya aku. Kisah nya juga mungkin sebalik nya dari kisah aku."
"Lah emang kenapa?" bingung Bijum.
"Ya mana ada gitu cerita ngawur kaya gini,"
"hehehe, Bener juga." Mereka tertawa bersama.

Di lain tempat, Varo sedang memainkan Bola dilapangan tertutup sekolah.
"Kak Varo!" Gadis itu mendekati Varo, sambil menenteng botol Aqua.

Varo menoleh sebentar.
Sely duduk didepan Varo. "Main yuk kak," Ajakan Sely membuat diri nya bingung, antara mengiyakan atau menolak. Jika menolak ia yakin Sely akan marah dan menjadi diam. Tapi jika ia mengiyakan, takut perasaan Rissa tersakiti. Rissa sendiri sampai detik ini belum ada kabar sama sekali.

"Iya, mau kemana?" satu keputusan yang membuat diri nya serba salah.
"Nonton." Ujar Sely senang.
"Nonton apa?" tanya nya lagi.
"ya terserah." Sely tersenyum.

"tunggu digerbang!"
sely mengangguk lantas berdiri. "maafin gue kak!" Sely memejamkan mata mencoba menenangkan diri.
"Kak Aldan jangan telepon dulu, aku nya ada keperluan sebentar sama temen!" Ujar nya ditelepon.
"Yaudah, hati-hati."

Setelah menelepon Aldan, Sely langsung menyambar tas lalu berlari kecil menunggu dihalte sekolah.

"Lama." Gerutu Sely menatap Varo kesal.
Varo tidak menanggapi, "Naik!" Titah nya memberikan helm kepada Sely.
"Kenapa jadi dingin gini?" pikir Sely menatap kejalanan.

Setelah sampai di mall terdekat, Sely dan Varo langsung masuk. Sely mensejajarkan langkah nya dengan Varo, baru saja Sely ingin mengandeng lengan Varo, tapi dengan sigap tangan Varo dimasukan kesaku depan.
Hal itu membuat Sely bingung lalu terdiam, "ada apa?" tanya Varo menatap Sely. "akh, engga kok ayo!" Sely berjalan mendahului Varo.

"Ada yang berubah," Sely tersenyum kecut.

Selama didalam pun mereka memilih diam sambil melihat orang yang sedang mencari tempat duduk dan itu membuat Varo bosan.
Sedangkan film akan diputar 15 menit lagi.

"Gue mau keluar bentar." Ucap nya menepuk tangan Sely.
Sely hanya mengangguk pasrah.

Varo berjalan keluar mencari tempat duduk setelah membeli minuman dingin.
Varo menatap permainan pencapit boneka, ingatan nya langsung teringat Rissa. Dimana ia bisa melihat ekspresi wajah Rissa yang tersenyum Senang ketika berhasil mendapatkan dua buah boneka. "Gue kangen Riss." Ucap nya lirih.

Ia melirik arloji nya masih 5 menit lagi untuk pemutaran Film.
Dering handpone terdengar nyaring.
Varo melirik sebentar, Sely menelepon nya. Varo memilih membiarkan. Panggilan berakhir. Satu panggilan lagi, tapi dengan nomor yang tidak diketahui.
Terdengar suara perempuan disana.

"Ya, siapa?" tanyanya.
"Kak Varo, gue KANGEN lo" Teriak perempuan disebrang sana.
"Rissa? LO KEMANA AJA?"
"maaf kak, gue ngga bisa lama. Inti nya gue telepon, karena gue kangen."
"Lo dimana sekarang, berisik banget."
"Gue ada di mall, lagi jalan."

"Gimana kabar lo?"
"Baik, lo sendiri?"
"Baik juga, kenapa lo ngga bawa hp?
Teledor banget sih."
"Ya, kan gue buru-buru."
"Lo pulang kesini harus jelasin semua sama gue." Tuntut Varo mutlak.

"Lo ngga kangen sama gue?" suara Rissa terdengar lirih.
"Emang kenapa?"
"Engga papa sih, gue pulang 2 harian lagi."

Varo mengembuskan nafas nya lelah. "Gue akan tunggu, hati-hati! jangan buat gue khawatir."

Terdengar kekehan dari sana, "Lo kangen ya kak?" tebak Rissa.
"ngga juga," bohong Varo.
"masa, kata lo 'Lo bakal nunggu' dari kata nunggu itu ada beberapa pengertian. Pertama, nunggu berarti pengen ketemu.
Kedua, nunggu itu berharap kembali dan ketiga nunggu itu berarti kangen." cerocosan Rissa membuat Varo tersenyum senang. Setidak nya dia tau sekarang, bahwa Rissa baik-baik saja.
"Iya gue ngaku, gue kangen. Puas?"
Terdengar tawa Rissa, "Puas dong."

"Udah dulu ya kak, jangan terlalu malem main nya."
Tanpa disadari Varo mengangguk seolah Rissa berada dihadapan nya.

"See you pacar." Senyum Varo mengembang lagi.
"Too."

Panggilan berakhir dengan senyuman yang mungkin tak terlihat dari kedua ingsan yang saling merindu.

TBC

Mau bilang makasih buat kalian yang udah luangin waktu buat baca cerita ngawur ini😙

Note: Tadi nya mau dikasih sedih² di bagian ini tapi ngga jadi karena aku sayang sama readers. Karena aku juga lagi bahagia jadi aku kasih yang seneng aja dulu 😂.

Udah hampir dua minggu ngga nulis di nih lapak, jadi kangen 😂

Ohh iya,

Marhaban ya ramadhan kawan
maafin jika author punya salah sama kalian.

Semoga pada lancar ibadah nya ya, jangan lupa saur ya. Takut ngga ada yang ngingetin, jadi aku ingetin 😅

Dan semoga kalian tambah suka dengan cerita ini.

Kiss jauh dari author💋💋💋

1001  [COMPLETED]  +Revisi+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang