Hampir satu bulan ini Elbi tidak berhubungan dengan Erlang. Elbi disibukkan dengan tugas sekolahnya yang menggunung, sedang Erlang disibukkan dengan les, kelas tambahan, dan tes persiapan ujian. Hanya beberapa kali mereka bertemu tanpa sengaja. Seperti bertemu di kantin ketika istirahat, atau bertemu karena tidak sengaja berpapasan ketika hendak ke toilet.
Erlang tidak banyak berubah. Ia masih Erlang yang sama seperti yang terakhir diingat Elbi. Erlang yang suka mengulas senyum lebar ketika bertemu Elbi. Erlang yang perhatian menanyakan kabar dan aktivitas Elbi. Erlang yang selalu mengumbar kata rindu begitu gamblangnya. Elbi berpikir, break hubungan mereka sepertinya memberi dampak positif. Karena Elbi merasa perasaan keduanya justru menguat di saat break ini.
"Buat lo, Bi," Raya yang baru saja memesankan makanan untuk mereka menyerahkan segelas jus jambu untuk Elbi.
"Sesuai kesukaan lo. Es dan susunya sedikit," lanjut Raya membuat Elbi mengernyit heran. Walau pada akhirnya Elbi meminum jus jambu yang diberikan oleh Raya.
"Makasih," ucap Elbi dibalas dengan anggukan kepala Raya. "Tumben banget lo beliin gue jus jambu."
Raya menunjuk satu sudut kanti dengan dagunya. "Titipan Kak Erlang."
Mengetahui bahwa jus tersebut adalah titipan Erlang, membuat pipi Elbi memanas. Beberapa hari belakangan, Erlang memang sering menitipkan banyak hal kepada teman-teman Elbi untuk diberikan kepadanya. Dari bubur kacang hijau, mie ayam, snack, bahkan minuman seperti jus jambu yang sekarang diminum Elbi. Rasanya seperti saat masih pendekatan. Membuat jantung Elbi berdebar dan hatinya berbunga-bunga.
"Sampai kapan kalian mau break?" tanya Luna ingin tahu. "Gue kasian sama Kak Erlang yang diem-diem kasih perhatian kayak begini," lanjut Luna mengomentari.
Raya mengangguk, menyetujui perkataan Luna. "Beberapa hari lagi hukuman lo berakhir, kan Bi?" Elbi mengangguk untuk menjawab pertanyaan Raya. "Sebaiknya lo memberi keputusan yang tegas mengenai kelanjutan hubungan kalian."
Elbi inginnya seperti itu. Ia ingin hubungannya dengan Erlang tidak berakhir. Namun, bagaimana Elbi menjelaskannya pada sang Papa? Apakah Papanya mau menerima jika Elbi masih ingin berpacaran dengan Erlang?
"Kalau soal Om Bian, sebaiknya kalian juga membicarakannya berdua," usul Luna seolah dapat memahami kekhawatiran Elbi. "Mungkin lo bisa memperkenalkan Kak Erlang sama Om Bian."
"Gue cuma mau pacaran, Lun. Kenapa harus ribet begini sih?" Elbi mengeluh sambil mengaduk jus jambunya dengan sedotan.
"Yah, kalau nggak mau ribet, Papa lo bukan Om Bian dong," tukas Raya sambil terkekeh. Elbi merengut mendengarnya, sehingga Raya buru-buru menambahkan. "Yah, kan emang Om Bian itu super posesif. Dia kan yang selama ini menjadi sumber keribetan hubungan lo sama Kak Erlang?"
Elbi mengangguk setuju. Kalau Papanya memberi restu, mungkin tidak akan sedrama ini kisah percintaan Elbi. "Oke, setelah hukuman selesai, gue akan membicarakan semuanya sama Erlang."
Luna menepuk bahu Elbi, memberi dukungan. "Semangat ya, Bi. Inget, kami semua dukung lo kok."
Elbi mengangguk. Merasa bersyukur memiliki teman-teman yang selalu ada baik di saat suka mau pun dukanya. "Makasih. Kalian emang yang terbaik."
O0O
Minggu pagi ini merupakan hari yang ditunggu oleh Elbi. Selain karena Minggu adalah hari favoritnya, hari ini juga hari kebebasan bagi Elbi. Hari ini hukuman kurungan Elbi berakhir. Bukan itu saja, ponsel Elbi pun sudah kembali ke tangannya.
Raya
Selamat atas kebebasannya, Bi!Aluna
Cieee udah bebas
Jangan bohong2 lagi tuan putri
Bohong itu tydac baik
KAMU SEDANG MEMBACA
Something about Anza
Teen Fiction"Yakin lo cuma nganggep Anza kayak Binno?" Elbi mengangguk tanpa ragu. "Yakin?" Pertanyaan diulang. Elbi mulai memikirkan kembali. Iya. Benar. Benar begitu?