"Terlalu sakit? Kenapa? Bukankah ini keinginan Tuhan? Dan kau harus menghargai itu."
~Diandra Arleto~Hujan semakin deras. Terlihat sebuah insan yang terduduk dipinggir jembatan yang teramat tinggi itu.
Wajah yang pucat itu menandakan jika ia tak baik-baik saja. Dia menatap langit yang saat ini berwarna gelap.
"Dimana warna biru cerahmu wahai langit? Jangan kau sembunyikan keindahanmu itu hanya karena hal yang menyakitkan." Dia menangis tersedu di atas jembatan.
Lalu bagaimana dengan diri sendiri? Dia berkata seperti itu seolah ia tengah bahagia.
Tiba-tiba mobil sport lewat dengan laju tinggi melewatinya dan..
Byuuurrr...
Mata Diandra yang tadi panas untuk menangis kini ia melotot menatap mobil itu dengan garang.
Tubuhnya penuh lumpur dari ujung rambut sampai bajunyapun penuh lumpur.
"Dasar mobil sialan!" Suaranya menggema dan dibalas kesunyian selanjutnya.
Dia mengambil tas dan juga kopernya untuk beranjak pergi dari sana.
Kontrakan itu sangat kecil membuat Diandra menekukkan mukanya karena kesal.
"Sudah mahal, kenapa harus sekecil ini sih buk!" Protes Diandra yang biasanya tinggal di rumah besar, tentu saja membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Kalau mau besar, sono ke hotel atau beli apartemen sekalian! Tampang kayak gembel aja belagu." Sambil pergi setelah memberi kunci kos-kosannya.
Diandra mematung mendengar penuturan wanita itu. Ia teringat akan kejadian setengah jam yang lalu. Tangannya mengepal tanda jikalau ia marah.
Dia menggelengkan kepalanya.
"Seharusnya aku bersyukur, Bukannya malah protes. Ini kan tempat tinggal sementara bukan."
Terdapat ruang tamu, kamar, dapur dan kamar mandi."Setidaknya ini sudah lebih dari cukup." Lalu mengunci kembali pintu itu setelah ia buka tadi.
Diandra menghela nafas gusar. Dia teringat akan kedua orang tuanya. Mereka selalu sibuk dengan urusan masing-masing tidak pernah memperdulikan Diandra yang masih butuh kasih sayang dari mereka. Dan saat mereka tengah pulang ke rumah malah terjadi hal yang sangat mengejutkan bagi Diandra.
Keluarga Arleto memang cukup baik di kalangan masyarakat bahkan para pekerja di rumah keluarga Arleto. Tapi mereka juga lupa jika masih ada seseorang yang butuh kasih sayang bukan sebagaimana harus bahagia karena bergelimpangan harta.
*****
Ruangan itu terasa mencengkam tatkala orang yang mereka tunggu-tunggu sudah tiba dan saat ini duduk di singgahsananya.
"Jelaskan!" Titahnya.
"Begini Tuan, kami sudah menyelesaikan berbagai perihal hutang Tuan, bersama berbagai macam rekan kerja Tuan." Terlihat seseorang yang dibilang tuan itu manggut-manggut paham.
"Kali ini dari keluarga Arleto, Bapk Abraham Arleto dan juga Ibu Rena Arleto baru saja meninggal dunia. Kami menyita semua fasilitas bahkan perusahaan mereka. Itu menurut berkas yang di tanda tangani langsung oleh beliau."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND HURT.
RomanceALANZO PRADIPTA LORENS Lelaki tampan dan juga kaya itu memiliki sifat yang sangat angkuh dan egois. Diandra Arleto. wanita yang dipenuhi dengan sejuta pesona, bersifat lembut, penyayang dan juga ceria. .... Pertemuan yang sangat tidak baik, mem...