B49

151 42 10
                                    

Kue Ultah

Untuk memperingati hari lahir Doni yang ke tujuh belas tahun, Yudan dkk berniat membuat kue dari resep mbah google. Yudan dengan serius menatap barang belanjaan mereka dan mengangguk puas, "Sudah lengkap."

"Sudah lengkap pala lu. Yang lu beli hanya coklat bubuk, coklat batang, oreo, njir di kepala lu isinya cuma coklat doang." Ucap Jala dengan kesal.

Yudan mendengus kasar, "Hmph, coklat itu bagian terpenting dari kue. Lagian bahan di rumah lu kan lengkap."

"Terus apa gunanya kita ngumpul duit, bego?!"

"Hehe, udah, udah, jangan damai!"

Jala dan Yudan langsung menatap Heri dengan tajam. Sedangkan Ciko hanya memilah bahan yang akan digunakan. Dia sama sekali tidak berniat masuk ke dalam debat mereka.

Yudan mengambil catatan resep kue ulang tahun yang di tulis Ciko dengan suka rela menjiplak dari internet. "Her, ambil wadah!"

Heri melihat sekeliling, dapur di rumah Jala terlalu rapi sampai dia tidak bisa menemukan celah untuk mengetahui dimana alat-alat memasak disimpan.

"Jal, wadah, Jal."

Jala mengerutkan jeningnya tidak suka. Dia melihat sekitar dapurnya, "Ya, mana gue tau."

Yudan hampir saja melempari Jala apapun yang ada di sekitarnya hanya saja dia hampir lupa yang ada di dekatnya adalah beraneka ragam coklat.

"Makanya gue bilang, biarin pembantu gue aja yang buat. Lu pada sok iya, bikin goblok makin goblok." Celah Jala saat melihat tatapan menghakimi dari para sahabatnya.

Ciko memberikan baskom mini yang tidak mini bangat pada Yudan. Membuat Yudan menatapnya tercengang, "Lu pembantu Jala ya?"

Ciko menaikkan bahunya acuh tak acuh, "Gue nemu di laci."

Yudan mengangguk paham, dia menoleh ke arah Heri dan Jala. Dengan sarkastis, dia berkata. "Hmph makanya kalian berdua tuh nyari jangan pake mulut, contoh tuh Ciko. Lu juga Jal, rumah sendiri tapi gak tau apa-apa. Lu berdua pokoknya cari bahan-bahan kue, bodo amat apa pun itu yang penting ada."

Ciko menghela napas melihat tingkah Yudan, yang dari tadi cuma diam terus nyuruh-nyuruh dan tidak bertindak hanya dia seorang.

Heri langsung mengerucutkan bibirnya, memasang wajah ngambek. "Tapi lu gak beli bahan kue, Yud."

Yudan langsung melotot, "Lu gak dengar apa yang gue bilang? Gue bilang cari, berarti cari bahan kue yang ada di rumah Jala. Untuk apa beli kalau bisa dapat yang gratis?!"

Jala langsung menatap sengit Yudan, "Njir, lu kira bahan-bahan di rumah gue gak dibeli?"

"Hmph, jadi gitu ya lu, sama teman sendiri perhitungan. Ini untuk Doni Jal, lu kan yang paling dekat sama dia, masa lu tega sih?"

"Lu juga dekat ama dia, sat! Darimana lu dapat gagasan gue yang paling dekat hah?!"

Dengan amarah yang sudah terkumpul, Yudan menjawab, "Lu yang duduk di sebelah dia tiap hari!"

Jala, "..."

"Hahaha... Yudan benar Jal, hahaha... Hahaha... lu kan tiap hari di samping Doni hahaha... berarti hahaha... dia paling dekat hahaha... ama lu hahaha... Hahaha..."

Yudan menatap Heri dengan kening yang berkerut, "Lu bicara apaan sih? Gak jelas."

Lalu kembali membaca catatan resep kue, "Yaudah cari bahannya!" Perintah Yudan.

Heri dengan setengah tertawa dan Jala dengan enggan mencari bahan kue di setiap tempat. Sedangkan Yudan mendengus melihat mereka lalu pandangannya jatuh pada Ciko. "Yang nyuruh lu diam siapa sih?" Ujarnya kesal.

Ciko langsung tersentak dan ikut mencari dengan enggan.

Akhirnya mereka bertiga dengan ogah-ogahan membuka dan menutup setiap lemari.

"Ternyata disini gak ada yang serius buat kue, apa jadinya kalau gue gak ada." Ngomelnya yang membuat tiga orang yang mencari berteriak dalam hati. Mereka yakin saat besar nanti, Yudan lebih cocok jadi emak-emak daripada bapak-bapak.

Mata Heri langsung cerah saat melihat kumpulan bahan kue di lemari kaca yang baru saja dibukanya. "Gue dapat! Gue dapat! Hehe, gue dapat, Jal!"

Jala memandang Heri dengan tatapan itu-bukan-sesuatu-yang-perlu-lu-banggain. Lalu memutar matanya dan kembali duduk di depan Yudan. "Yudah, lu bawa kemari!"

Heri langsung memasang wajah sedih, "Ini ada banyak, Jal!"

"Bacot lu."

Ciko berjalan ke arah Heri dan membantu membawa bahan kue yang dia sendiri tidak tahu apa namanya. Heri juga langsung mengambil botol-botol kecil yang tingginya sekitar jari telunjuk.

Setelah bahan-bahan dengan nama yang tidak diketahuinya terkumpul, Yudan tersenyum puas. Dia membaca catatan resep kue dengan teliti lalu mengangguk paham.

"Oke, gue sudah tau caranya." Ujarnya yang langsung meremas kertas di tangannya dan membuangnya asal.

Jala langsung naik darah melihat tindakan Yudan, "Lu jangan buang sampah sembarangan, bangsat!"

Yudan mendengus kesal, "Nanti tinggal dibersihkan setelah buat kue. Susah bener idup lu."

Jala mengambil telur dari rak telur ingin melemparnya ke Yudan, tapi ditahan oleh Heri. "Sabar, Jal, sabar! Tarik napas dalam-dalam lalu buang perlahan."

Plak

Telur berhasil mendarat di kepala Heri, membuat rambut Heri lengket oleh putih telur dan kuning telur meluncur turun ke dahinya.

Heri langsung memasang wajah sedih, "Gue salah apa lagi, Jal?"

"Muka lu ngeselin." Jawab Jala acuh tak acuh.

Yudan melotot ke arah Jala, "Hmph, dasar! Biar adil, Jala juga harus dilempar telur." Dengan gesit Yudan langsung mengambil telur dan melemparnya ke Jala.

Dengan ribuan umpatan, Jala kembali mengambil telur dan melempar ke arah Yudan. Saat Yudan dan Jala sibuk main lempar melempar, Heri dengan mengendap melempar telur ke arah Ciko. Lalu dia tertawa senang melihat perubahan wajah Ciko.

Dan terjadilah perang telur di dapur. Saat telur habis, mereka langsung menggunakan bahan yang lain seperti tepung.

Dengan begini acara membuat kue ultah resmi berantakan.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang