Chapter 44 : Dasar pria bodoh

7.4K 491 69
                                    

Memandang wajah cantik dan tanpa cacat Bella, Angga sedikit tersenyum dan melihat sekeliling kamar Bella. Menegakkan tubuhnya, dia perlahan berjalan menuju tempat tidur besar yang tidak jauh darinya.

Mengambil selimut, Angga berjalan kembali menuju Bella dan dengan lembut meletakkan selimut di atas tubuhnya. Dia melakukan itu dengan sangat hati-hati karena takut akan membangunkan Bella.

Mungkin, ini adalah salah satu momen dia memperlakukan wanita dengan lembut dan hati-hati seperti yang dia lakukan terhadap Bella. Dia tidak tahu apakah ini karena dia menganggap Bella sebagai istrinya atau memang dia telah jatuh ke dalam perangkap cinta.

Setelah meletakkan selimut di atas tubuh lembut dan lemah Bella, Angga mengambil kertas dan pena di atas meja. Setelah menyelesaikan semua, Angga mematikan lampu dan perlahan berjalan keluar dari kamar tanpa meninggalkan suara.

“Fiuuhhh... Untung saja aku tidak mabuk,” gumam Angga sambil menghela nafas dan berjalan memasuki kamarnya. Dia yakin jika dia terpengaruh alkohol sedikit saja tadi, dia pasti sudah memakan Bella sampai-sampai tak tersisa. Sambil menggelengkan kepalanya, Angga melemparkan tas bawaannya ke sudut ruangan dan memasuki kamar mandi. Mungkin dia perlu sedikit mendinginkan kepalanya dan membersihkan otaknya.

...

Di dalam kamar Bella, wajah Bella memerah sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya. Sebenarnya, dia sudah terbangun saat Angga memakaikan selimut kepadanya. Tapi, dia tidak berani membuka matanya karena dia terlalu bingung dan malu ingin mengatakan apa. Dia juga tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaannya di depan Angga. Itulah sebabnya dia hanya bisa pura-pura tertidur sembari menunggu Angga keluar dari kamarnya.

Menatap makanan yang ada di atas meja, sedikit kehangatan mengalir kedalam hatinya yang biasanya dingin. Selama bertahun-tahun lamanya, hanya Bi Inah dan Neneknyalah yang selalu memberinya kehangatan keluarga. Dia tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini selain dari mereka berdua. Dan Angga, seorang pria yang dibencinya tiba-tiba memberikan kehangatan yang hampir sama, bahkan ada sedikit perasaan aneh di hatinya. Dia tidak tahu apa ini. Karena dia tidak pernah mendapat perhatian dari seorang pria seperti ini. Dan perasaan ini sangat asing bagi Bella.

Mengalihkan pandangannya, Bella melihat selembar kertas yang terdapat tulisan Angga di atasnya. Dengan tatapan sedikit rumit di matanya, dia menghidupkan lampu di atas meja dan melihat tulisan yang ditulis Angga.

“Jangan bekerja terlalu keras. Dan jangan lupa, habiskan makanannya.”

“Dasar bodoh,” bisik Bella dengan lembut dan menaruh kembali kertas di atas meja.

Sambil terus memengangi selimut yang menutupi tubuhnya, Bella mengerucutkan bibir kecilnya dan dengan tidak senang bergumam, “Jika dia benar-benar ingin membawakan makanan, mengapa dia tidak membangunkanku? Bagaimana jika aku baru terbangun saat pagi hari? Apakah dia ingin aku menghabiskan makanan basi? Dia bahkan tidak peduli aku tidur dengan posisi seperti ini. Dan apakah dia tidak melihat betapa banyak pekerjaan yang harus kutangani? Dasar! Dia memang tidak punya hati! Lebih baik...”

“Kruuuuukkkk...”

Sebelum Bella sempat menyelesaikan kalimatnya, dia mendengar perutnya yang berbunyi tak karuan. Merasakan perutnya yang sedikit perih karena kelaparan, Bella berhenti sejenak mengeluh tentang kelakuan Angga, dia memang belum makan apa pun sejak siang. Karena kesibukan di katornya, dia bahkan lupa untuk makan dan baru sekaranglah dia ingat bahwa dia sangat kelaparan. Dengan wajah yang semakin memerah, Bella memutar kepalanya dan menatap pintu dengan tajam. Dia ingin tahu apakah Angga benar-benar telah pergi atau dia masih di depan pintu. Jika dia masih di depan pintu...

Setelah memastikan Angga tidak ada, Bella mengambil makan di atas meja dan menaruh di depannya. Setelah dengan perlahan mengunyah makannya, Bella tiba-tiba mengingat sesuatu dan dengan marah memelototi makanan di depannya. “Dasar Angga tak tahu malu! Sejak kapan kamu begitu berani memasuki kamarku tanpa seizinku! Jangan harap aku akan tersentuh hanya karena kamu membawakan makanan kepadaku! Lihat saja nanti! Aku pasti akan memarahinya!”

Setelah menghabiskan makanannya dan menenangkan emosinya, Bella menatap kembali dokumen di atas meja. Tapi saat dia akan memulai kembali pekerjaannya, dia melihat tulisan Angga yang ditunjukan kepadanya. “Jangan bekerja terlalu keras....”

Berbagai macam emosi mulai bercampur aduk di dalam hati Bella, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dan dia juga tidak tahu apa sebenarnya yang mengganjal di hatinya. Melihat jam di atas meja, Bella sedikit mengerutkan kening saat mengetahui sekarang sudah pukul sepuluh lebih lima belas menit.

Mungkin dia memang terlalu memaksakan dirinya dan mungkin dia memang perlu sedikit mengistirahatkan tubuh lemahnya. Sambil menghela nafas, Bella berdiri dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya dan berjalan menuju tempat tidur.

Membaringkan tubuhnya,  Bella memikirkan kembali saat Angga melindungi dirinya dari tangan Ayahnya dan saat dia menangis tersedu-sedu di pelukan Angga, dia tidak bisa menahan rasa malunya dan menarik selimut untuk menutupi kepalanya.

“Dasar pria bodoh,” bisik Bella dengan lembut dan perlahan menutup matanya.

...

“Apakah Bos benar-benar ingin ikut dengan kami?” tanya pria botak itu sekali lagi kepada Herry di sampingnya sambil menyetir mobil menuju rumah Bella. Entah sudah berapa kali dia menanyakan pertanyaan ini. Dia takut jika Herry tidak terbiasa dengan caranya bekerja. Lagi pula, ini bukan pekerjaan yang ingin orang biasa kerjakan dan lihat. Hanya orang-orang sepertinya yang sudah terbiasa dengan darah yang bisa tahan dengan pekerjaan kotor seperti ini.

“Sudah berapa kali kukatakan! Aku ingin melihat bajingan itu bersujut dan minta ampun di depanku sebelum kematiannya! Aku ingin dia merasakan apa akibatnya jika berani malawan diriku, Herry! Tunggu saja! Aku sudah tidak sabar ingin melihatnya merangkat dan menunjukkan wajah memohon ampun di depanku!” kata Herry dengan geram sambil menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya. Dia pasti akan mencabik-cabik Angga untuk bisa meredakan kebenciannya. Jika tidak, itu hanya akan menjadi aib baginya.

“Benar! Aku juga sudah tidak sabar ingin melihatnya!” timpal Jodi dari belakang Ayahnya. Dia benar-benar tidak sabar ingin merebut semua harta dan perusahaan Bella. Jika ini semua bisa berjalan sesuai rencananya, dia bisa melakukan apapun yang dia suka. Dengan uang di tangannya, apa yang tidak bisa dia dapatkan? Kedudukan? Wanita? Perhiasan? Semua itu akan berada dalam genggamannya. Memikirkan ini, Jodi menyeringai dengan kejam dan membuat wajahnya yang tampan agak terlihat menyeramkan.

“Baiklah kalau Bos benar-benar memaksa,” balas pria botak itu sambil mengangguk setuju.

“Ingat. Aku tidak ingin kamu terlalu cepat saat akan membunuhnya. Aku ingin melihatnya lebih lama menderita. Kalau perlu, kamu potong kedua tangan dan kakinya dan biarkan dia berteriak sambil meronta-ronta. Hahaha...” perintah Herry sambil tertawa senang saat memikirkan seperti apa nasib yang akan menimpa Angga. Inilah akibat dari mempermalukan dirinya.

“Hahaha... Bos tenang saja, aku pasti akan menunjukkan tontonan yang akan membuat Bos bahagia. Tapi sebelum memotong tangan dan kakinya. Aku akan terlebih dahulu memotong jari-jarinya dan menghancurkan mulutnya,” kata pria botak itu sambil tertawa dan menyarankan berbagai cara yang biasa dia gunakan untuk menyiksa korbannya. Hanya dengan membicarakannya, darahnya telah mendidih dengan gembira dan merasakan tangannya yang mulai gatal karena tidak sabar untuk menghabisi korbannya.

“Hahaha... Bagus! Bagus! Tidak sia-sia aku membayarmu. Setelah kamu menghancurkan mulutnya, congkel juga...”

Sambil mendiskusikan bagaimana cara menghabisi dan menyiksa Angga dengan wajah bengkok dan kejam, mobil yang ditumpangi Herry dan anak buah pria botak itu berhenti di depan rumah Bella.

#Selamat menjalankan ibadah puasa#
Maaf, saat di bulan ramadhan updatenya agak lama di karenakan sibuk (tidur maksudnya 😅)

...
...
...

Terima kasih telah membaca, jika berkenan,

- Pembaca diharapkan memberi penilaiannya pada cerita ini dalam skala 1 - 100 (silakan tulis di kolom komentar),
- Jika pembaca mendapati typo, salah dalam penempatan tanda huruf, atau yang lainnya, harap untuk mengomentarinya di kolom komentar. Untuk pembelajaran ke depannya.

Like & Share if you care

Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang