1.2

4 1 0
                                    

Hari ini seperti hari-hari sebelumnya bagi Fatimah, yaitu duduk di bawah pohon depan sekolah menunggu transportasi online yang biasa dia pesan, hari ini dia merasa sangat lelah karena harus mencari jam tangannya yang  hilang entah kapan dia baru tersadar kalau jam tangannya hilang ketika dia akan berangkat sekolah jam tangannya tidak ada di meja belajarnya, dia menduga sejak kemarin hilangnya atau kemungkinan tertinggal ketika dia wudhu, tapi dia tidak terlalu yakin karena mengingat dia itu pelupa, kalau dia bertanya pada ibunya bukannya ketemu malah bisa dapat semprotan dia karena jam tangan itu bukan jam tangan biasa.

Jalanan depan sekolahnya bukan jalan besar karena sekolahnya berada agak masuk dari jalan besar, jadi yang melewati jalan itu hanya angkutan umum, kendaran pribadi seperti motor, sepeda atau Mobil, terkadang para pelayan transportasi online lewat jalan itu karena ada bahkan sering mendapat pesanan di daerah sekolahnya baik dari kalangan murid, guru atau masyarakat yang memilih untuk menggunakan jasa mereka.

Karena minggu ini adalah jadwal ujian praktek bagi kelas XII, Fatimah Dan teman seangkatannya bisa pulang lebih awal dibanding adik kelas mereka. Jika ujian praktek sudah mereka selesaikan maka mereka bisa pulang, sebenernya Fatimah tidak harus pulang ke rumah sekarang karena tadi teman perempuan di kelasnya mengajak dia untuk nonton film yang baru saja diputar di bioskop tapi dia menolaknya karena akan lebih menyenangkan kalau dia bisa cepat sampai di rumah dan beristirahat, atau bersantai-santai di ruang tv dengan satu box Coco crunch favoritnya, Fatimah jadi tidak sabar membayangkannya saja sudah senang.

"Senja!" Suara Seseorang yang memanggil namanya, seumur dia sekolah di SMA belum Ada yang pernah memanggil dia dengan nama tengahnya, sontak dia mencari sumber suara itu.

"Senja!" Dia menemukannya, seorang lelaki seumurannya baru keluar dari gerbang menghampiri dengan agak terburu Tak ketinggalan cengiran khas dan lambaian tangan yang begitu antusias seperti anak kucing yang menemukan majikan baru.

"Eh, Ali." Ucap Fatimah agak heran kenapa sekarang Ali memanggilnya dengan nama Senja, tahu darimana dia nama tengahnya.

"Bukan Ali," ujarnya sambil duduk disamping Fatimah dengan santai. "Tapi Fajar."

Kerutan kecil muncul di dahi Fatimah, dia heran beberapa Hari yang lalu anak laki-laki yang sekarang berada di sampingnya mengaku bahwa namanya adalah Ali sekarang kenapa jadi Fajar, ah dia lupa mungkin namanya Ada bagian Fajar-nya juga, dia lupa kemaren tidal begitu memperhatikan nama Ali ketika dia dipanggil oleh bu Rachma untuk melakukan tes sholat yang akhirnya tidak dia penuhi karena pingsan, tapi sepertinya dia sekarang sehat Dan terlihat baik-baik saja.

"Kenapa jadi Fajar?"

"Karena sekarang kamu Senja, jadi aku adalah Fajar." Ucap Fajar masih dengan enteng. "Nungguin aku lagi ya?"

"Apaan sih Li?, enggak jelas kamu."

"Loh enggak jelas gimana?" Tanya Ali heran, "ini aku udah jelas banget loh, nyamperin kamu yang lagi sendirian nungguin aku."

"Makin enggak jelas deh sekarang" bagi Fatimah semua tindakan Ali itu emang tidak jelas dari awal ketemu sampai sekarang, "terus kenapa manggil aku senja, Tau darimana kalo nama aku juga senja?"

"Lah Kan beberapa Hari yang lalu, ketika awal Kita bertemu diantara tirai hujan yang indah Kita kenalan, kamu bilang nama kamu Fatimah Senja kamiliya." Tutur Ali, ketika mengucapkan nama Fatimah dia menirukan gaya bicara Fatimah yang lempeng.

Fatimah baru ingat kan dia yang ngasih tahu, jadi malu sendiri dia. Untuk menutupk rasa malunua dia sedikit berdehem dan membalikkan mukanya ke samping.

"Duh malu aku." Batinnya dalam hati.

"Lupa yah, kalo Kita pernah ketemu?"

"Enggak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

mini series of unfortunateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang