Hai hai😉😉 ketemu lagi donggg sama saya. Jadi ini cerita baru saya, karna ceritanya Er-Len udah mau tamat dungggg.
Jangan lupa terus ikutin ceritanya yah, siapa tahu punya cerita yang sama☺️☺️ pikirkan saja sesuai imajinasi 🌅
Jangan lupa vote yahh, karna vote kalian menghadirkan semangattt. Salam dari Alen.
.
.
.• Dhena Putri Ayu Sebastian, gadis berbadan agak berisi, dengan rambut hitam legam yang menjuntai hingga ke pinggangnya. Gadis mungil yang langsung dikenal banyak orang saat melihat kacamata bulatnya.
Dia gadis cerewet dan manja anak papah mamahnya. Dan gadis kesayangan ketiga saudara laki-lakinya.Kini kehidupan Dhena berubah 20% dari kehidupannya yang dulu, gak mungkinkan 99%, karena ini bukan Cinta. Setelah papahnya dipindah tugaskan ke daerah Depok, mamahnya terpaksa harus menjual caffe kesayangannya, dan mulai merintis kembali disana. Mereka juga harus meninggalkan rumah mereka yang penuh dengan kenangan, dan memulai kehidupan baru di Depok.
Memang agak beruntung, karena Abang kedua Dhena yang masih kuliah di UI tidak perlu ngekost lagi. Tapi, Dhena kena imbasnya, dia dipaksa mamanya harus belajar mati matian agar masuk Universitas itu. Dan Untung saja, Dewi Fortuna berada dipihaknya. Dia lulus masuk kesana dengan nilai yang sangat memuaskan. Bahkan, dia memasuki fakultas kedokteran.
Padahal Dhena benar benar ingat bagaimana sulitnya dia menjawab soal soal SBMPTN nya. Sampai sampai dia berfikir untuk langsung nikah saja, dibanding menjawab soal yang harus dibagi, terus dibagi lagi dan terus membagi bagi, hingga berakhir dikalikan berkali kali lalu, ditambahkan dan hasilnya hanya 0 itu. Oke, selesai dengan perkenalannya.
Gadis itu sekarang berada didepan cermin, mematut penampilannya disana. Celana jeans bermodel gantung, dengan kaos hitam yang bertuliskan ' Anak papa- Mama' terlihat pas ditubuhnya. Rambutnya dia gerai, hingga menjuntai indah sampai kepinggang. Liptint tipis juga memanjakan bibirnya, lalu kacamata yang menjadi pelengkap. Setelah selesai dengan tampilannya, dia mengambil tas ranselnya. Kemudian, dia keluar dari dalam kamar bernuansa pinknya itu.
Dia menuruni satu persatu anak tangga rumahnya, yang langsung membawanya keruang makan. Disana dapat dia tangkap keberadaan Josua Sanubari Sebastian, Abang pertamanya. Dan Gatama Laziona Sebastian, adik laki lakinya yang sudah siap dengan seragam putih abu abunya.
"Idih, urat malu lo udah putus yah kak, make baju gituan kekampus?" Ejekkan Gatama menjadi suara pertama yang dia dengar. Dan itu benar benar memancing emosi Dhena.
"Heh, jangan gitu yah, baju ini itu menandakan bahwa gue anak yang berbakti pada Orang tua," Dhena menyangkal sambil tersenyum bangga kearah kedua saudaranya.
"Ckckck, punya adek perempuan, gini amat," Josua berdecih.
"Ckckck punya Kaka perempuan, kok gini amat," Gatama ikut berdecak mengikuti abangnya.
Dhena benar benar kesal setengah mati melihat kedua pria tampan itu.
"Ada apa ini?!" Suara bariton berat dari arah belakang Dhena, menginterupsi ketiganya. Dia berbalik dan mendapati papah kesayangannya disana.
"Ngadu lagi tuh, PASTI!" Tukas Josua yang ditanggapi anggukan oleh Gatama.
Benar saja, Dhena langsung memeluk manja tangan papahnya sambil mengadu.
"Pah, liat nih, bang Jos sama Ata terus ajah ngejekkin baju aku,""Emang baju Nana kenapa? Bagus kok, papa malah senang liatnya." Ujar papa Dhena sambil tersenyum bangga melihat putrinya. Seketika, mood Dhena berubah drastis. Papahnya memang jago mengubah moodnya itu.
"Jangan terus gangguin adek kamu Jos, harusnya kamu itu kasih semangat ke dia. Kalau enggak, pake baju yang sama dong sama kayak Nana. Baru papa bangga punya anak kayak kamu," penjelasan papahnya membuat Josua bergidik, dia langsung menepis khayalan tentang memakai baju macam Dhena. Bisa bisa, dia disangka anak manja.
"Sorry yah pah, Jos gak minat. Lagian papa gak bangga, liat aku jadi siswa terbaik difakultas?" Tanya Josua yang disambut gelengan papahnya.
"Papa lebih bangga liat kamu pakai baju kayak Nana," Josua berdecak kesal. Bagaimana, sih jalan pikiran papahnya? Lucu bat sumpah.
"Denger, tuh."
"Pah, Gatama juga ngejekkin Nana," Dhena kembali mengadu. Gatama yang tadi sibuk dengan susu cokelatnya, langsung mengumpati Dhena dalam hati. Pasti setelah ini papahnya akan mengumandangkan suara adzan.
"Ata, kamu gimana, sih. Nana itu kakak kamu, gak boleh gitu, dong. Awas ajah kalau kamu terus ngejekkin Nana. Papa pastiin kamu gak ikut les lagi, supaya ranking kamu nurun, dan orang yang pertama ketawa itu papah." Ancam papahnya yang memancing tawa mengejek Dhena.
Gatama ikut berpikir layaknya Josua. Papahnya benar benar aneh, bukannya nyuruh anaknya rajin belajar, malah ngejekkin kalau peringkat turun. Hadeh hadeh
"Tapi pah, Nana dong yang bakal ketawa pertama." Dhena menimpali ucapan papahnya lalu, menjulurkan lidah kearah Gatama, mengejek adiknya itu.
"Papah dong," papahnya bersikeras.
"Yaudah, deh pah, supaya impas kita sama sama ketawa ajah," lanjut Dhena berseru riang. Papahnya mengangguk antusias kemudian, keduanya berpegangan tangan sambil tertawa terbahak.
"Papah sama kakak lo, tuh." Josua menghardik Gatama yang langsung bergidik.
"Papah sama adek lo juga bang," ujar Gatama.
Mereka memandang papahnya dan Dhena takjub. Takjub saja,papah sama saudara perempuannya punya sikap yang sama. Sama sama ANEH.
.
.
.
Jadi prolog ini bukan scane tentang Dhena dan pemeran utamanya, yah. Oke jangan lupa vote😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...