27 - i lost her

15.2K 1.1K 50
                                    

Pagi ini seperti biasanya, Senja berangkat sekolah bersama Jingga. Selama di perjalanan, mereka ditemani dengan lagu-lagu di radio mobil Jingga. Sayangnya, Senja masih saja mendiamkan Jingga karena kejadian 2 hari kemarin.

"Aku nggak suka kamu diam gitu," kata Jingga memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Aku kan sudah minta maaf waktu itu"

"Jangan marah terus-terusan"

Entah sudah berapa kali Jingga berusaha mengajak Senja berbicara tapi Senja hanya diam. Syukur-syukur kalau dibalas dengan deheman.

"Yaudah lah terserah kamu mau kayak gini sampai kapan," ujar Jingga kemudian segera keluar dari mobilnya setelah terparkir rapi di halaman parkir sekolahnya.

Sepertinya Jingga sudah lelah menghadapi Senja yang diam seribu bahasa.

Walau gedung kelas XII terletak lebih dekat dari parkiran, Jingga memilih untuk mengantarkan Senja ke kelasnya terlebih dahulu. Padahal, biasanya Jingga jarang melakukan hal itu tapi kali ini berbeda. Anggap saja ini salah satu usahanya meluluhkan amarah Senja.

Senja tahu Jingga mengikutinya dari belakang tapi ia tak peduli. Ia biarkan saja Jingga mengikutinya.

Saat Senja akan memasuki ruang kelasnya, lengannya ditahan oleh Jingga membuatnya berbalik menghadap Jingga. Senja memberikan tatapan tidak sukanya kepada Jingga.

"Nanti aku jemput jam istirahat ke kantin, oke ? Berhentilah marah padaku," Jingga mengusap lembut kepala Senja kemudian pergi kembali ke kelasnya.

Senja mendengus kesal mendengar ucapan Jingga barusan. Ia segera duduk di bangkunya sambil meletakkan tas ranselnya dengan kasar.

"Haduh, lagi ada masalah dalam rumah tangga ya ?" Tanya Syifa sambil menggoda kepada Senja.

"Ah diem lo Syif !"

Syifa terkejut dengan respon Senja. Pasti ada sesuatu yang tidak beres nih batinnya.

Syifa, Rani dan Vina kemudian mendekat kepada Senja.

"Lo masih belum baikan sama Kak Jingga ?" Tanya Rani.

"Mau kita bantu ?" Vina menawarkan bantuan.

"No. Biarin kita selesain sendiri," jawab Senja.

"Sabar sabar. Kan Kak Jingga belajar biar bisa ngeraih cita-citanya. Sesuai dengan apa yang lo inginkan kan ?" Ujar Syifa.

Senja menghela nafas kasar, "Iya asalkan belajarnya nggak kayak robot gini. Pagi, siang, sore sampai malam belajar mulu. Nggak panas itu otaknya ?!" Kata Senja berapi-api.

Rani mengusap-usap punggung Senja berharap ia bisa mengendalikan emosinya.

"Sabar, Nja. Jangan galak-galak"

"Iya, Nja. Gue doain deh kalian cepat baikan"

Syifa dan Rani mengamini doa Vina barusan tapi Senja malah tidak.

"Diaminin dong, Nja," kata Rani.

"Hmm"

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang mendengarkan sayup-sayup pembicaraan mereka.

***

Jingga menepati ucapannya tadi pagi, ia benar-benar menjemput Senja ke kelasnya. Tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang melihatinya, Jingga masuk ke kelas Senja.

Ia menghampiri bangku Senja tapi Senja malah menghindarinya dengan sibuk memainkan hp nya.

"Senja," panggilnya dengan nada lembut.

Jingga Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang