1. Aku Sudah Dewasa

1.3K 42 5
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh yorobun! Mohon maklumi yang masih amateur ini ya hehe:") I hope you guys like it. Don't forget to love, rate, share, comment and always give me support🤍
Terima kasih, jazakumullah khair, selamat membaca, zeyenks!

__________

Entah mengapa pagi ini terasa lebih menyejukkan daripada pagi-pagi sebelumnya. Cahaya mentari menyelinap melalui ventilasi rumah klasik nuansa putih ini.

Terlihat seorang pemuda tegap –yang senyumnya terasa hangat ketika dilihat– tengah menyiapkan perlengkapannya. Tak lain dan tak bukan merupakan seorang polisi yang mengabdikan diri di Polisi Resort kota ini.

Sang bunda tengah duduk di ruang tamu sambil menyesap teh jahe kesukaannya, sekali-sekali melirik anak semata wayangnya itu. Sambil berpikir ternyata bocah kecilnya yang selama ini suka merengek, tak terasa sudah akan naik pangkat saja.

Siapa lagi kalau bukan Shadiq Abdul rahman anak tunggalnya tercinta. Hanya putranya itulah satu-satunya keluarga yang ia punya di rumah ini. Semenjak sang suami pergi meninggalkan mereka dan Shadiq baru berumur 15 tahun kala itu, Ia tinggal dan terus melanjutkan hidup di rumah ini membesarkan Shadiq seorang diri.

Sebab, kenangan dari sang suami terus ada di sini. Mau bagaimanapun, ini sudah garis takdir yang telah Sang Illahi tuliskan. Sekeras apapun kita menolak, takkan bisa menahan ketetapanNya. Namun di balik itu semua, ketika perjalanan ini dibersamai dengan keikhlasan, maka cepat atau lambat akan berbuah kemanisan, itu janjiNya. Seketika wanita paruh baya itu beristighfar pelan.

Mengingat kenangan lama yang kembali tebersit di kepala, sedetik kemudian bulir air bening jatuh membasahi pipi bunda Rina, terasa hangat. Shadiq yang tengah mondar-mandir menyiapkan barang yang ia butuhkan di ruangan itu menangkap sosok bunda yang tengah menyeka pipinya. Shadiq paham bundanya tengah bersedih.

Satu gerakan cepat, Shadiq berjalan ke arah sang bunda, mengagetkan bunda yang tengah kembali membuka luka lama dan tak tau entah kapan sembuhnya. Shadiq duduk di sebelah bunda.

"bun, kenapa?" ucap putranya sambil menyentuh bahu bunda lembut.

Sebelum menoleh menatap anaknya, bunda menyeka pipinya yang basah terlebih dahulu. Jujur, ia tak kuasa menatap muka sang putra lantaran begitu meniru wajah ayahnya saat belia. Ia selalu teringat akan bayang-bayang suaminya ketika memandang wajah Shadiq.

"eh, engga kok, tiba-tiba ... bunda keinget ayah. Eh udah jam berapa, nih? Entar kamu telat, lho! Ayo siap-siap!"

Shadiq hanya bisa mendengarkan titah bunda. Ya, bundanya itu tak pernah berbohong terhadap perasaannya, hanya saja beliau itu selalu berusaha mencari bahasan lain agar tak semakin membuka luka hatinya.

"Iya, ini Shad mau berangkat, bun. Makasih sarapannya ya bun. Shad pergi dulu. Bunda hati-hati, ya, di rumah! Kalo ada apa-apa, telepon Shad ya, bun! Kalau mau sesuatu, bunda juga tinggal telep–" belum selesai ia berceloteh, bunda segera menutup mulut Shadiq dengan telapak tangan lembutnya.

"ssst ... iya, nak, bunda udah hafal mantra yang kamu bilang tiap hari, udah, ntar telat"

Yap, anak tersayangnya itu terkenal sangat cerewet kalau tentang kehidupan sang bunda.

Mereka berdua tertawa lepas di ruangan itu. Setelah sejurus kemudian Shadiq menyalami tangan bundanya.

"hati-hati di jalan, jangan ngebut!" ucap sang bunda dengan senyuman, lalu dibalas dengan anggukan dan senyum yang tak kalah manis oleh anaknya.

"assalamu'alaikum, bun"

"wa'alaikumussalam"

Setelah itu, Shadiq dengan motor ninjanya yang berwarna navy pergi dari kediaman keluarganya dan membelah jalanan kota yang tampak belum cukup ramai dengan udara yang masih terasa sejuk dan asri.

siap pak! 『ONGOING』 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang