Di sebuah rumah pondok kayu kecil tanpa jendela di atas bukit tinggal lah gadis kecil bernama Usi. Dia adalah gadis periang dan tidak pernah menangis sepanjang hidupnya. Setiap pagi hari dia selalu pergi berjalan-jalan ke dalam hutan di bawah bukit untuk mencari makanan dan bermain bersama dua peri hutan temannya Ami dan Elda. Usi sangat bahagia setiap harinya karena dapat bermain bersama teman-temannya. Seperti biasa hari ini pun Usi pergi ke bawah bukit menuju hutan untuk menemui teman-temannya, di memasuki hutan hingga sampai di tanah yang lapang di tengah hutan tempat Usi biasa bermain bersama kedua peri hutan. Dari jauh ia melihat teman-temannya dan dengan riang Usi menghampiri mereka "Hari ini ayo kita buat mahkota bunga!" mendengar perkataan Usi kedua peri hutan tersenyum dan dengan segera membaca sihir ajaib untuk menumbuhkan berbagai macam bunga yang indah di tanah lapang itu.
Mereka membuat berbagai macam mahkota bunga yang cantik untuk mereka bagikan kepada seluruh penghuni hutan hingga tanpa sadar sore hari telah tiba. Ami yang menyadari hari telah sore segera memberitahu Usi Untuk segera pulang kepondoknya "Usi hari telah sore, kamu harus segera pulang dan tidur", Usi yang sangat menikmati kegiatan merangkai mahkota bunga merasa kecewa mengetahui hari mulai sore "Tidak bisakah sedikit lebih lama hari ini? Memang ada apa dengan sore? Kenapa kalian selalu memintaku untuk pulang?" mendengar Usi yang sedih Elda menjelaskan "Sore adalah tanda matahari harus pergi ke tempat lain dan akan menakutkan saat matahari pergi" "Akan kami antar kamu sampai keluar hutan Usi" sambung Ami. Dengan berat hati Usi mengikuti kedua peri hutan temannya yang mengantarnya keluar hutan. "Sampai jumpa besok Usi" Usi melambaikan tangan kepada kedua peri hutan yang secara perlahan menghilang ditengah hutan.
Sambil membawa beberapa mahkota bunga yang ia buat Usi menuju ke pondok kecilnya. Namun di tengah jalan menuju puncak bukut Usi tiba-tiba berhenti berjalan "Aku lupa memberikan mahkota bunga buatanku untuk Ami dan Elda" ucapnya sambil menatap beberapa mahkota bunga di tangannya. Usi segera berbalik dan kembali ke dalam hutan. Sesampai di tanah lapang Usi tidak melihat kedua peri hutan temannya "Mungkin mereka sudah pulang. Besok saja kalau begitu aku akan memberikan mahkota bunga buatanku ini untuk mereka". Segera Usi kembali menuju pondoknya namun belum sampai keluar hutan Usi merasa bahwa suasana hutan mulai terasa aneh. Usi mendongak kelangit dan melihat langit berwarna jingga yang begitu indah namun sebagian telah berwarna gelap "Apakah peri langit sedang melukis? Indah sekali" gumamnya. Usi begitu terkesan melihat senja yang baru pertama kali dia lihat dan dia mulai menyadari matahari yang bergerak turun "Matahari sudah mau pergi ternyata" dengan santai dia kembali berjalan keluar hutan sambil melihat kepergian matahari. Usi melihat sekitar yang mulai semakin gelap dan tiba-tiba dia merasa resah dan takut karena dia tidak dapat melihat jalan didepannya.
Usi semakin bingung tentang apa yang sedang terjadi dan mulai berlari terburu-buru menuju pondoknya. "Ada apa ini? Kenapa sangat gelap? Aku takut". Usi ketakutan tapi ia tidak mampu berteriak, suaranya pun bergetar "To..to..long.. to..long.." suaranya begitu pelan dan tiba-tiba dia mendengar suara berisik dari atas pohon.
Usi semakin takut dan tubuhnya terasa kaku, tangannya menggenggam erat-erat mahkota bunga yang ia bawa dan matanya mulai tertutup rapat, lalu tedengar seseorang berbicara dari atas pohon "Usi? Kamu kah itu? Teman peri hutan?" mendengar ada yang menyebut namanya Usi merasa sedikit lega "Iya, aku Usi. Tolong aku, aku ingin pulang tapi aku tidak dapat melihat, semuanya gelap". "Bukan kah seharusnya kamu sudah pulang saat sore untuk tidur. Mengapa kamu masih ada di dalam hutan?" sambung suara itu bingung. "Aku kembali ke dalam hutan untuk memberikan mahkota bunga buatanku untuk Ami dan Elda" Usi mulai menangis, itu adalah tangisan pertama Usi. "Aku akan mengantarmu pulang, berhentilah menangis" Usi segera berusaha menghentikan tangisannya lalu terdengar suara kepak sayap burung yang begitu keras dan Usi merasakan bahwa ada sepasang kaki mencengkram pundaknya dengan lembut yang membawanya terbang. dari atas langit ia melihat pondoknya yang ada di atas bukit bercahaya dengan terang dari jauh, tapi sepanjang perjalanan dia juga mendengar banyak suara menyeramkan yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Usi bertanya kepada burung yang mengantarnya pulang "Dari mana kamu tau aku tuan burung?" mendengar pertanyaan Usi tuan burung pun menjawab "Aku mendengarmu dari peri hutan, mereka bilang punya teman seorang gadis kecil bernama Usi, mereka bilang kamu adalah gadis yang periang dan tidak pernah menangis. Aku cukup terkejut melihatmu menangis di dalam hutan tadi" Mendengar bahwa teman-temannya yang menceritakan dirinya, Usi merasa senang. "Apakah setiap matahari pergi semuanya menjadi gelap tuan burung?" Usi cukup bingung dengan kegelapan yang tiba-tiba muncul, tuan burung menjawab dengan santai "Tentu saja". "Apa kau tidak takut tuan burung?" tanya Usi kembali. "Tentu saja tidak, aku sudah terbiasa karena aku harus tidur saat matahari tiba dan aku bangun saat matahari pulang. Sama sepertimu dan kebanyakan binatang di hutan yang harus tidur saat sore dan bangun saat pagi". "Apa kau tidak pernah melihat matahari?" "Tidak pernah, mataku ini takut matahari hahahaha" jawab tuan burung dengan nada ceria. "Apakah kau tidak ingin melihat matahari?" tanya Usi merasa kasihan kepada tuan burung yang menolongnya karena harus hidup saat matahari pergi dan semuanya gelap. "Tentu saja aku ingin dapat selalu melihat matahari dan bangun saat hari terang" jawaban tuan burung membuat Usi semakin merasa kasihan.
Sesampainya di pondok mereka segera mendarat. "Terimakasih tuan burung, ini hadiah dari ku" Usi memberikan mahkota bunga miliknya pada kaki tuan burung yang dengan segera terbang pergi. Usi tersenyum sambil melampaikan tangan ke arah tuan burung yang terbang menjauh dalam gelap. "Panggil aku Burung Hantu, itu namaku" jawab tua burung dari kejauhan, "Baiklah" jawab Usi sambil tersenyum dan segera memasuki pondoknya dan pergi tidur.
Keesokan harinya Usi terbangun dan segera berlari keluar pondoknya, dia merasa lega bahwa matahari datang kembali, "Untung saja matahari datang lagi kemari" Usi tersenyum manis kearah matahari, lalu dia mulai memikirkan Burung Hantu. "Betapa sedihnya Burung Hantu yang hidup dalam gelap setiap hari, kesepian karena bangun saat semua hewan hutan tidur dan juga saat gelap sangat banyak suara menakutkan" Usi merasa sedih. Tak lama Usi melihat Ami dan Elda menuju ke arah pondoknya dengan wajah yang khawatir. "Apa kamu tidak apa-apa Usi? Burung Hantu bercerita kepada kami sebelum dia tidur bahwa dia menemukanmu yang sedang menangis dan ketakutan di dalam hutan saat gelap" ujar khawatir Ami. "Bukankah seharusnya kamu sudah pulang Usi? Saat gelap sangat menakutkan dan berbahaya untukmu karena ada banyak hewan jahat saat gelap." Sambung Elda. " aku kembali karena aku lupa memberikan mahkota bunga yang kemarin aku buat untuk kalian." Jawab Usi menyesali perbuatannya. "Apakah benar saat gelap akan berbahaya dan banyak binatang jahat?" tanya Usi pada kedua peri hutan. "Benar, maka dari itu, sama seperti binatang hutan lainnya kami memintamu untuk pulang dan tidur saat sore."
Mendengarnya Usi semakin sedih mengingat bahwa Burung Hantu akan dalam bahaya setiap hari dan dia mulai menangis. "Tidak bisakah matahari untuk tetap disini dan tidak pergi? Bila matahari tidak pergi maka tidak ada gelap sehingga tidak ada lagi binatang hutan yang merasa takut karena gelap, tidak ada lagi suara menyeramkan dan tidak akan ada bintang jahat" Usi bertanya penuh harap kepada kedua temannya. "Matahari harus pergi untuk menerangi tempat lain Usi, jika matahari hanya disini maka di tempat lain akan terus gelap". Jawab Ami yang merasa iba melihat Usi menangis. Mendengar itu Usi merasa putus asa "Kalau begitu aku ingin menjadi matahari, aku ingin menjadi matahari untuk seluruh binatang di hutan dan untuk Burung Hantu walau hanya bunga yang mirip dengan matahari, aku ingin setidaknya semua binatang di hutan memiliki matahari mereka sendiri. Aku mohon gunakan sihir kalian untuk mengubahku menjadi matahari" Usi memohon dengan penuh kesungguhan di hatinya, melihat kesungguhan hati Usi kedua peri hutan pun mengabulkan permohonannya dan dengan segera membaca mantra sihir ajaibnya dan tanpa waktu yang lama, tubuh Usi dikelilingi oleh cahaya yang mengubah Usi menjadi bunga indah yang tinggi dan besar berwarna kuning terang yang menyerupai matahari di atas bukit.
Saat Burung hantu bangun, para peri hutan menceritakan bahwa Usi sekarang berubah menjadi bunga yang mirip seperti matahari karena dia ingin semua binatang di hutan dan juga Burung Hantu dapat memiliki matahari mereka sendiri yang tidak akan pernah pergi. Mendengar cerita para peri, burung hantu segera terbang melesat menuju ke bukit tempat tinggal Usi. Dia segera mendarat saat melihat ada bunga besar berwarna kuning di atas bukit "Terimakasih karena ingin menjadi matahari untukku Usi. Mulai hari ini aku akan merawatmu dan memberi nama bunga perwujudanmu ini Bunga Matahari" ujar Burung Hantu penuh penghargaan. Sejak hari itu seluruh bukit tempat tinggal Usi dan tanah lapang di tengah hutan tempat Usi bermain menjadi ladang bunga Matahari yang selalu di rawat dengan baik oleh binatang hutan dan tentunya Burung Hantu.
-Tamat-
YOU ARE READING
Terbitnya Bunga Matahari
Short StoryMenceritakan asal usul munculnya bunga matahari.