Ketika kita bertamu, kita perlu tahu etika bertamu supaya orang yang kita kunjungi nggak ngerasa terganggu. Begitu juga saat orang lain bertamu, maunya, sih mereka jadi tamu yang baik. Tamu yang tahu kapan harus datang, kapan harus pergi, dan kapan harus nggak kembali lagi. Namun sayangnya, ada satu tamu yang memang kurang ajar. Mau diajarin etika gimana juga tetap aja dia datang seenaknya, nggak lihat-lihat waktu mau itu malam (padahal kita mau tidur), pagi (padahal kita udah telat banget mau buru-buru mandi) atau siang (padahal kita lagi ngerjain tugas). Bukan hanya itu, dia juga mampir lebih lama dari yang seharusnya, dan meski kita udah kesal banget sama dia, dia tetap aja mondar-mandir macam gosokan, bikin pening kepala. Perkenalkan, tamu kurang ajar ini bernama masa lalu.
Masa lalu adalah contoh tamu yang nggak punya sopan santun. Dia datang kapan aja, sesukanya, terus tinggal di dalam kepala dan kadang malah maksa kita untuk kembali menangisi dan menyesali apa yang udah terjadi.
Ada banyak hal-hal menyakitkan yang terjadi dalam hidup kita, beberapa di antaranya meninggalkan luka yang terlalu menganga untuk ditutupi dengan kepura-puraan. Sisanya, akan membuat kita begitu terbebani dengan ingatan-ingatan nggak penting yang seharusnya udah bisa kita ikhlaskan sejak lama. Satu-satunya obat yang mampu membuat kita ngerasa lebih baik atas hal-hal menyakitkan itu adalah move on.
Apa, sih, move on itu?
Move on adalah satu-satunya hal yang mampu menyelamatkan kita supaya nggak berlarut-larut menangisi kejadian yang nggak mungkin bisa diubah lagi. Move on bukan berarti kalah dengan kenangan, move on berarti kita lebih pandai memilih mana yang perlu digenggam dan mana yang perlu dilepaskan. Move on itu seperti sebuah sapu. Saat ruangan di hati kita penuh sampah yang berhubungan dengan mantan, cara membersihkannya adalah dengan menyapu semua sampah itu hingga bersih dan membuangnya jauh-jauh.
Kenapa, sih, kita perlu move on?
Semua manusia selalu mengharapkan hal yang lebih baik. Kita akan selalu meminta kebaikan untuk orang-orang yang kita sayangi, untuk kehidupan mereka, dan untuk kehidupan kita seniri. Kriteria kehidupan yang lebih baik bagi setiap orang tentu berbeda-beda, ada yang bilang hidup lebih baik itu adalah saat kita punya banyak pendapatan sehingga bisa memenuhi semua kebutuhan, ada yang bilang hidup lebih baik itu adalah saat kita memiliki prestasi atau kesuksesan yang meningkat dari kemarin, dan masih banyak lagi kriteria-kriteria lainnya. Namun, yang menjadi inti hidup lebih baik tetap aja cuma satu, yaitu menjadi bahagia. Kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda, maka kriteria kehidupan yang lebih baik jadi berbeda-beda juga. Untuk orang-orang yang pernah terluka karena cinta, kebahagiaan yang diharapkan untuk kisah cintanya nggak akan bisa tercapai kalau nggak move on. Ibarat sebuah sepeda, move on adalah rodanya. Move on-lah yang bisa membawa kita ke tempat lain yang lebih baik, tapi tentu aja sejauh mana kita bisa membawa sepeda itu ke tempat yang lebih baik tergantung sama usaha kita untuk mengayuh dan menyetir setang ke jalan yang lebih baik itu.
Waktu, katanya bisa membuat kita sembuh dari luka masa lalu. Banyak orang yang berpikir begini, "Belum melupakan masa lalu mungkin karena memang belum waktunya untuk move on". Coba tebak, kita perlu nunggu berapa lama untuk membawa sepeda kita pergi ke tempat yang ingin kita tuju tanpa benar-benar mengayuhnya? Waktu, keinginan, dan usaha adalah hal yang paling tepat untuk menempatkan kita di tempat baru yang lebih layak untuk dihuni. Benar adanya bahwa waktu merupakan salah satu penentu kita untuk melupakan masa lalu, tapi kalau kita nggak pernah berkeinginan dan berusaha untuk move on, mau menunggu sampai kapan?
Orang-orang yang menunggu tanpa berkeinginan dan berusaha untuk move on ini lah yang akhirnya jadi manusia-manusia galau yang disebut orang-orang sebagai makhluk susah move on. Orang-orang yang susah move on kadang ngakunya udah move on, tapi masih aja suka mikirin mantan. Dia bilang udah move on itu entah karena bohong supaya nggak diejekin sama teman-temannya, atau bisa jadi karena dia sendiri nggak tahu apa ciri-ciri belum move on.
YOU ARE READING
About Moving On (Completed)
General Fictionjika ditanya apa bagian terbaik dari hubungan kita, aku akan menjawab: melepasmu.