25. Pelaku Tertangkap

1.2K 145 4
                                    

Setiap kali kita tersenyum, kita sama-sama bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kali kita tersenyum, kita sama-sama bahagia. Semua terasa bahagia jika berada di dekatmu. Hanya satu yang membuat kita sama-sama tersiksa. Perbedaan yang sangat abadi di antara kita.~Kinandita & Arga Yuanda.

Vote yuk, btw dikit lagi cerita ini tamat loh, pantengin terus ya.

Happy reading.

*******

Andra merasakan cahaya menerobos kelopak matanya. Ia mengucek-ucek mata. Perlahan ia membuka mata. Andra kemudian menegakkan tubuhnya karena kaget.

"Lah? Gue kok di sini? Siapa yang nyuri gue?" Andra memperhatikan ruangan bernuansa mocca itu. Ia merasa tak asing dengan ruangan ini.

Bibi Ima tertawa melihat reaksi Andra yang lucu. Rambut Andra yang berantakan membuat Bibi Ima kesusahan untuk menahan tawa. "Ini rumah sakit, Den. Bukan tempat penculikan anak. Den Andra ketiduran di sini tadi malam."

Andra terkesiap. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih. "Ha? Kok nggak dibangunin aja sih, Bi?" tanya Andra tak terima.

Bibi Ima membuka gorden yang dipegangnya lebih luas. Sinar matahari pagi segera menerobos.

"Kenapa nggak dibangunin, Bi?" Andra mengulang pertanyaannya.

"Den kayaknya kecapean banget. Jadi Bibi kasihan bangunin, Den." Bibi Ima tertawa kecil.

Andra pasrah. Ia akui, ia memang sangat lelah dan mengantuk berat kemarin malam, jadi ia tak mampu menahan kantuk itu lagi. Kini Andra hanya bisa menghela napas panjang sambil merapikan rambut dan pakaiannya. Andra berdiri dan beranjak meninggalkan sofa tempat ia tidur tadi.

Andra membasuh wajahnya di wastafel yang ada di ruang rawat Kinan. Wastafel itu terletak di sudut ruangan, di kanan kirinya ditutupi dengan lemari kecil.

"Bangun tidur pun gue tetap ganteng. Siapa sih yang nggak naksir gue yang mirip pangeran ini?" Andra mengagumi dirinya sendiri saat bercermin.

Andra ke luar dari ruangan kecil itu. Ia kembali duduk di atas sofa yang berada di dekat brankar Kinan.

"Nak, Andra kamu nggak sekolah? Aduh, gara-gara Tante kamu jadi bolos sekolah," ucap Rosa yang baru terbangun.

Andra tersenyum kaku menanggapi ucapan Rosa yang baru saja ikut duduk di sebelahnya.

"Nggak pa-pa kok, Tan. Udah biasa." Andra justru bersyukur karena hari ini ia tak perlu susah-susah untuk berangkat sekolah, ia juga bisa menghindari ayahnya yang tak pernah akur dengannya. Andra benci ayahnya, karena ayahnya adalah pria brengsek yang mengkhianati cinta ibunya. Brengsek memang.

Rosa diam. Ia tak berniat berbicara terlalu jauh dengan Andra. Sudah cukup ia menyusahkan Andra.

"Tante ke luar sebentar." Rosa berdiri. Ia berjalan ke pintu.

Haunted Spirit [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang