Kini jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, bel pulang pasti berbunyi 5 menit lagi. Sedari tadi jamkos terus berlanjut tetapi kali ini Bu Fani--guru Bahasa Indonesia memberi tugas yang cukup banyak.
Hanya Vio dan Alana lah yang mengerjakan tugas itu. Sementara yang lain masih sama seperti tadi, berisik. Entah apa yang merasuki Alana sampai ia mau mengerjakan tugas.
"Si Bintang kok diem mulu ya?" Tanya Arip pada Fino dan Yasa.
"Tau tuh. Pup kali, makannya diem mulu." Jawab Fino seenaknya.
"Gila aja lo. Biarin aja lah, dia ngantuk kali. Gue takut kena semprot kalo ngebangunin. " Ujar Yasa.
Alana yang duduk di dekat mereka merasa kesal mendengar pembicaraan mereka, sedari tadi mereka malah berisik dan mengganggu konsentrasinya. Alana pun memilih menghampiri Vio.
"Vi, lo mau gak anter gue ngumpulin tugas?" Tanya Alana yang baru saja menghampiri meja Vio.
"Boleh, sekalian gue juga mau ngumpulin nih." Jawab Vio.
"Yaudah, yuk." Ajak Alana.
Belum sampai keluar dari kelas, yang lain tiba-tiba teriak-teriak.
"Vi, Al! Tungguin kita dong, kita belum beres nih!" Teriak Adel.
"Iya! gue juga belum beres nih. Eh bukan belum beres sih, lebih tepatnya belum ngerjain, heheee," Ujar Fino.
"Nyontek dooong, boleh yaaa," Pinta anak-anak cowok.
"GAK MAU. Suruh siapa dari tadi pada berisik gak jelas! Bukannya ngerjain!" Teriak Alana yang kesal mendengar ucapan-ucapan mereka.
"Tau! Enak aja nyontek-nyontek. Gue juga cape nih mikirnya!" Timpal Vio.
"Udah ah yuk Vi. Gak usah di denger." Ajak Alana.
Yang lain semakin bersorak kecewa ketika mereka berdua keluar kelas.
Kali ini lorong sekolah belum ramai, karena bel pulang belum berbunyi sehingga tidak ada siswa-siswi lain diluar kelas selain mereka berdua.
"Emm.. Al," Panggil Vio.
"Yaa?"
"Gue kira lo tuh nakal banget, suka ngelanggar, suka ngelawan, dan gak pernah patuh sama peraturan. Ternyata gue salah. Ternyata lo baik banget dan rajin. Gue gak nyangka." Ujar Vio apa adanya sangat jujur dari lubuk hati.
Alana tertawa kecil mendengarnya. Vio sangat jujur dan tanpa basa-basi mengucapkannya.
"Gue gak serajin yang lo kira. Gue suka aja sama pelajaran Indo makannya gue mau ngerjain."
"Oh iya, mungkin karena penampilan gue ya? Baju dikeluarin, kaos kaki warna-warni, tangan baju dilipet-lipet ke atas, warna sepatu seenaknya. Makannya semua yang liat gue pasti berpikiran sama kok kayak lo." Ujar Alana.
"Iya, gue cuma menilai dari omongan orang dan dari penampilan lo aja. Ternyata gue salah." Jawab Vio.
"Gapapa Vi, gue juga awalnya menilai lo cuma dari penampilan. Lo cantik dan lo terkenal karena lo pinter. Makannya gue kira lo tuh orangnya kutu buku dan gak asik. Tapi ternyata lo enak juga buat diajak ngobrol." Ujar Alana panjang lebar.
Vio tersenyum, "Ternyata bener ya, menilai orang tuh jangan cuma dari penampilan. Bisa aja luarnya baik dalemnya belum tentu. Begitupun sebaliknya."
Alana tersenyum. Teman perempuan Alana banyak, satu sekolah pun ia kenal. Tetapi baru Vio yang pembicaraannya terasa nyaman.
*****
"Udah?" Tanya Rian dari atas motor.
"Udah, yuk cepetan banyak yang ngeliatin, malu." Jawab Vio di belakang Rian.
Rian dan Vio yang berada diatas Motor Vixion Merah kini menjadi pusat perhatian di parkiran sekolah.
Bagaimana tidak, setiap yang melihatnya pasti akan baper. Satu sekolah sudah tahu kalau mereka berpacaran, bahkan kalangan guru pun tahu tentang itu. Mereka sudah berpacaran selama 4 tahun sejak SMP, membuat kaum hawa merasa iri melihatnya.
Rian yang berpostur tinggi, kulit putih, bergaya rambut dan bermuka seperti orang Korea membuatnya banyak dikejar-kejar perempuan. Tidak hanya perempuan, laki-laki juga banyak yang mengagumi Rian karena sifatnya yang humble.
Dibalik Rian yang tengil, Rian adalah cowok yang dewasa. Dia mampu mengatasi segala hal dengan cara dan pemikirannya sediri. Sangat cocok berpasangan dengan Vio yang cantik, imut, ramah, yang tentunya tidak kalah pintar dengan Rian. Paket komplit dan banyak yang menyebutnya adalah the best couple.
Sebelum sampai rumah Vio, Rian memberhentikan motornya di salah satu warung ayam bakar di pinggir jalan. Tempat ini cukup ramai, Rian dan Vio memilih meja yang masih kosong, sehingga hanya mereka berdua yang duduk disana.
Derrrttt... Derrrttt.. Derrrttt..
Handphone Vio diatas meja kini bergetar, menandakan ada panggilan masuk.
📞Mama
Vio mengambil hpnya dan langsung menolak panggilan tersebut.
"Siapa Vi?" Tanya Rian.
"Mama."
"Gak kamu angkat?"
"Gak." Jawab Vio singkat dan malas.
Rian mengerti dan hanya mengangguk pelan ketika mendengar jawaban Vio seperti itu.
"Emm.. Yan ceritain dong, si cowok batu deket ya sama kamu?" Tanya Vio tiba-tiba ingin tahu.
"Cowok batu?"
"Itu loh cowok yang tadi adu mulut sama aku di kelas."
"Bintang?"
"Nah itu. Males nih nyebut namanya."
"Iya, lumayan deket. Kita kan sama-sama eskul basket dan dia itu anaknya Om Deni, temen papa. Jadinya ya kita lumayan deket,"
Vio mengangguk perlahan dan membentuk mulutnya menjadi 'O'.
"Dia orangnya emang dingin ya? Atau mungkin cuma so jual mahal kali ya?" Tebak Vio.
"Emang gitu orangnya. Dia dingin ke orang-orang yang gak deket sama dia. Tapi dia sukanya bergaul sama orang-orang yang justru banyak omong. Kaya Arip sama Fino misalnya," Jawab Rian sembari mengaduk-aduk es teh manis di depannya.
Nah, ini nih yang Vio suka dari Rian. Rian selalu mau mendengarkan cerita dan mau bercerita. Gak pelit-pelit kalau ngomong.
"Btw, kamu kenapa berantem sama dia?" Tanya Rian.
"Tuh cowok, rese Yan. Gak pernah jawab kalo aku ngomong." Jawab Vio masih merasa kesal.
Rian tertawa, dia sadar kalau Vio itu sedikit cerewet, sudah pasti emosi kalau ngobrol dengan cowok seperti Bintang.
"Eh, ngapain juga gue penasaran sama tuh cowok."
*****
AURORA
🌈🌈🌈
Haii salam hangat dari author, dan terimakasih untuk para pembaca, jangan lupa vote, komen, and share:)
Salam buat kalian semua dari:
• RAVIOLA AURORA
• BINTANG RAFANZA
• RIANDHIKA VATRA
• ALANA DIRA ANGELLISA
• FINO ARMADITO
• ARIP SYARIPAH
• YASA FARHANTIO
Instagram: @arindustory_
Seeyou:)
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Teen FictionMenjadi seorang dokter tidaklah mudah, apalagi ketika harus terjebak dengan masalalu. Itulah yang Vio alami. Berawal dari sebuah geng di masa SMA, Vio tidak menyangka bahwa dia mampu jatuh ke lain hati setelah masuk ke geng tersebut, padahal dia sen...