Sebab Ia Mencintainya

7.4K 487 63
                                    

Yusuf terduduk di teras sebuah gedung madrasah, berulang kali ia mengusapkan kedua tangannya dari wajah hingga kepala bagian belakang. Tentu hatinya gusar. Debar aneh ditambah perih itu masih saja ia rasakan. Ia menjadi tidak fokus mengerjakan segala aktifitas. Tugasnya menfinalkan desain panggung tak mampu ia kerjakan secara maksimal. Semua itu bukan hanya tersebab ia kurang tidur tapi lebih karena ia mendengar betapa mendalamnya rasa cinta Zaen kepada gadis bermata indah itu.

***

"Zaen, kenapa sih antum tu sampek segininya suka sama tuh harim?" tanya Ali yang berada di jok belakang.

Zaen yang duduk di jok mobil bagian depan seketika menyunggingkan senyumnya sambil melirik Ali dari spion yang bertengger di kanan atasnya. Yusuf yang dipercaya menyetir mobil untuk mengantarkan Ali ke stasiun hanya terdiam sambil menahan perih dalam dadanya.

"Masya Allah begini ya ngadepi orang yang lagi kasmaran, bukannya dijawab cuma diesemi doang. Dari pada dibayangin dan diliatin terus nambah dosa mending halalin tuh harim," cibir Ali. Zaen sepontak tertawa mendengar ejekan temannya itu.

"Iya iya habis lebaran ane lamar dia. Moga aja diterima."

Ciiiit

Tiba-tiba Yusuf menginjak rem tepat setelah mendengar jawaban dari Zaen. Bayang-bayang mimpi yang semalam ia alami kembali berkeliban.

"Astaghfirullah ..." Kedua penumpang itu spontan kaget.

"Ada apa, Kang?" tanya Zaen.

"E e nganu, Gus, tadi sepertinya ada kucing yang tiba-tiba nyebrang," jawab Yusuf sekenanya.

"Iyo ta? Coba tak cekke." Zaen membuka pintu mobil, melangkahkan kakinya keluar. Berjalan kedepan lalu membungkukkan badannya untuk melihat bagian bawah mobil. Dan nihil. Tak mendapatkan apa yang hendak ia cari, ia. Akhirnya ia pun kembali masuk ke mobil.

"Nggak ada, Kang, mungkin tadi sampean kurang konsen. Apa tak gantiin nyetir?"

"Mboten usah, Gus." Yusuf kembali menjalankan mobilnya.

Zaen membuka tas tangannya lalu mengeluarkan kotak yang di dalamnya terdalat sebuah benda berbentuk segi empat berwarna bening dengan bagian dalamnya terdapat gulung-gulungan hitam. Ia kemudian memasang kaset itu ke sond mobil [ahay emboh jeneng e xixi]

Setelah kaset itu terpasang dengan benar ia kemudian menutupnya lalu menekan tombol yang ada di atasnya.

"A'udzubillahi minasyaithanirrajiiim bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahilladzi a'nzala 'ala 'abdihi ..."

Suara khas seorang wanita yang sangat familiar di telinga Yusuf itu menghiasi gendang telinga penumpang mobil klasik keluaran 90 an itu. Ada sedikit rasa cemburu di hati Yusuf saat mendengar rekaman suara itu. Padahal ini bukan kali pertama ia mendengarkan rekamanan itu. 4 tahun silam ia sudah sering mendengarkannya. Namun, dulu dan sekarang rasa yang bersarang di hatinya sudah jauh berbeda.

5 tahun bukan waktu yang sebentar. Jika ia saja yang baru beberapa bulan mengenal Nadia cintanya sudah begitu mengakar dalam hatinya. Apalagi dengan Zaen yang sudah begitu lama merawat rasa itu. Sampai hatikah ia jika harus merebut seseorang yang sudah lebih dulu dicintai oleh orang yang ia hormati.

"Ini rekaman pas Hasna ikut hataman di pondoknya. Hasna perempuan yang istimewa dengan segudang prestasi. Ia perempuan yang teguh menjaga pandangannya, terbukti ketika ia menemani Zahra waktu aku jenguk,. tak pernah sekali pun ia menatapku meski hanya sebentar. Padahal kataya ia sudah menganggapku seperti kakaknya sendiri. Hasna itu juga tonggak semangatnya Zahra. Dia sampai bisa hatam Qur'an juga berkat Hasna yang selalu mensportnya. Dulu Zahra itu pribadi yang banyak diam dan nggak gampang cocok sama orang. Jadinya dia susah sekali punya teman. Faktor itulah yang membuat ia sering sekali pindah dari satu pondok ke pondok lain. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Hasna dan memantapkan hatinya di pondok itu. Mungkin karena seringnya bertemu akhirnya ya tumbuhlah rasa itu."

MAHLIGAI CINTA SANTRI NDALEM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang