We meet again

218 23 0
                                    

Yuri sudah membereskan semua barang barangnya, make up nyapun sudah ia hapus. Ia bergegas menyambar tas sepempang mahalnya dan berdiri. Tepat sebelum ia berjalan keluar, seorang pria dingin berdiri di hadapannya. Itu bos nya, CEO dari label pemain theater yang bersamanya, yuri membungkuk hormat. Pemuda itu cukup muda, seusia yuri mungkin, tubuhnya tinggi tegap, rambutnya di tata rapi dengan dahi lebar yang menawan, dia terlihat dingin, memang.

"Kau akan pulang?" baritone suara yang berat itu menembus telinga yuri, ia masih asing dengan suara itu, jujur mereka jarang bertemu atau bahkan berbicaya, biasanya mereka hanya bertemu saat membahas masalah proyek theater atau penampilan dalam event-event tertentu. "Mungkin iya" yuri menjawab singkat, baginya tak ada alasan untuk berlama-lama dengan orang asing, yuri sedikit membenci orang asing. Sehun, pria itu mengangkat sebelah alisnya heran, menghela napas sebelum berujar "Bisa ikut bersamaku sebentar?" Yuri mengangkat wajahnya, menatap tubuh tinggi di hadapannya, dengan wajah yang rupawan, namun tidak menarik untuknya.
"Maaf?" yuri mencoba menyuruh bos nya itu mengulangi perkataannya. Sehun menghela napas sebentar "Akan ada featival budaya sebentar lagi di taman kota, Musim gugur sudah tiba, promotor ingin kita membicarakan masalah pentas panggung" sehun menjelaskan, yuri mengangguk paham, dan meng iyakan ajakan sehun. Meski sebenarnya ini bukan tugasnya, lay harusnya menemani bos nya itu, lay adalah producer mereka yang akan merencanakan tata panggung. Namun kepiawaian yuri dalam negosiasi mungkin tak perlu di ragukan lagi, meski ia beberapa kali membantu Lay dalam urusan tata panggung dan perencanaan, tapi ia tak pernah pergi berdua saja dengan bosnya, tidak, paling tidak Lay bersama mereka.
"Lay sedang membereskan panggung, ini hari terakhir pentas kalian, dia sedikit keaulitan mungkin" Sehun sepertinya membaca kebingungan yuri, dan yuri hanya bisa menurut.

Yuri masuk ke dalam mobil mewah sehun, ia tidak terkesan, jelas dia terlahir dari keluarga yang juga kaya raya, ia tidak kurang harta sedikitpun, tapi dia bukanlah wanita yang gila harta, ia hidup di korea atas hasil kerja kerasnya sendiri, uanh dari orang tuanya tak pernah ia sentuh kecuali ada urusan mendesak.
Di mobil mereka sama sama bungkam, sehun fokus menyetir dan yuri menikmati pemandangan kota seoul malam hari. Beberapa menit kemudian, sehun menoleh pada gadis di sebelahnya, tidak ada yang bisa mengingkari fakta bahwa seorang Yuri menag benar-benar seperti malaikat, ia cantik bagaimanapun kau melihatnya, dia menakjubkan, sehun sedikit terpana sebelum akhirnya berucap "Mengapa kau suka theater?" Yuri sedikit terperanjat kaget sebab sehun tiba-tiba bersuara, saat ia menolehkan pandangan, mata mereka sempat bertemu, sekilas sebelum akhirnya yuri melihat ke arah depan.
"Aku suka bernyanyi" dahi sehun mengernyit, "Kau bisa jadi penyanyi kalau begitu" yuri tersenyum, senyum yang siapapun tak akan pernah bisa lepas dari jatuh di dalamnya.
"Aku benci kamera, oh bukan aku benci keramaian" sehun semakin tidak mengerti, bukankah di dalam Theater room juga ramai?
"Di Theater room juga ramai" yuri kembali tersenyum "Tidak, mereka diam, dan aku bahkan tidak melihat mereka, lampunya redup" yuri berhenti "Alasan aku ada di panggung theater adalah, karena ketika aku ada di sana, berdiri di sana, maka seluruh panggung adalah milikku, tidak ada seorangpun yang biaa merebutnya dariku, dan penonton hanya perlu menikmati apa yang aku lakukan, sampai akhir, mereka tak akan menyela, tidak juga membandingkanku dengan orang lain. Bernyanyi di panggung theater adalah milikku, mereka semua milikku" yuri tersenyum di akhir kalimatnya. "kupikir tidak ada bedanya dengan menjadi seorang penyanyi" sehun terkikik sedikit "Jika kau menyanyi, dengan embel-embel 'penyanyi' maka jika kau buruk dalam hal itu orang orang akan membandingkanmu dengan orang lain, tapi jika aku menyanyi di panggung theater, seburuk apapaun aku, mereka tidak akan membandingkanku dengan orang lain, sebab aku bukan penyanyi" di akhir kalimatnya yuri menatap sehun dengan senyuman yang lebar, sehun nyaris lupa bahwa dirinya di bumi, ia bahkan menahan napas, wanita di hadapannya benar benar jelmaan seorang dewi, cantik.

sehun tersenyum dalam "baik, aku kalah" yuri bahkan tak pernah melihat sehun tersenyum semanis itu, bahkan tidak dalam 2 tahun terakhir dia bekerja bersamanya, pria dingin yang tak punya hati, itulah nama sehun yang paling terkenal, namun melihatnya tersenyum seperti tadi membuat yuri sedikit terkikik geli, dia tampan jika tersenyum, batinnya.

Let Me GoWhere stories live. Discover now