Kami Telah Menciptakan Mesin Waktu!

16 2 0
                                    

Di hari yang cerah ini, Saffa dan adik-adik jejadiannya sedang berkumpul di markas mereka yang merupakan bekas kandang ayam di masa lampau. Disana, mereka tengah sibuk memodifikasi mesin cuci rongsokan milik Mak Timah yang diberikan kepada mereka secara cuma-cuma. Karena bercita-cita sebagai ilmuwan atau penemu, Michel dan Satya mengusulkan agar mereka membuat mesin waktu daripada menjadikannya tempat sampah.

Saffa hanya menurut. Saffa bahkan mempersiapkan segala kebutuhan mereka, dari obeng, palu, paku, ramuan dan racun tikus, sampai pentol goreng. Meskipun agak nyeleneh, dia tetap mendukung adik-adiknya karena ia yakin semua anak perlu dukungan dari orang dewasa di sekitar mereka. Akhirnya, setelah menonton beberapa kartun sebagai referensi, Satya dan Michel mulai merakit mesin waktu itu.

Saffa sibuk menganyam tas dari eceng gondok sambil bersenandung sendu, sampai kelihatanya dia mirip Mbak Kuntilanak yang galau karena kehilangan anaknya. Sembari menunggu proyek Michel dan Satya selesai, Elza dan Tatia bermain masak-masakan dengan burung walet dan petai sebagai bahan masaknya. Lumayan, untuk mengisi perut siang nati.

Michel tampak gigih merakit mesin cuci itu, begitu pula dengan Satya. Satya bahkan sudah menyelipkan sebatang pensil di telinganya, hingga ia terlihat macam salah satu tokoh kartun yang punya banyak perkakas jejadian. Michel tampak semangat sambil sesekali menyanyikan mars klub bola kesayangannya. Mereka punya dunia sendiri. Kadangkala, mereka tampak membahas sesuatu dan berlagak mengukur-ukur mesin cuci itu menggunakan meteran kayu.

Tak lama, Michel mendatangi Saffa lalu mengembat minuman dingin di sebelah Saffa. "Mbak, kami butuh mesin motor, nih."

"Hah?" ujar Saffa sambil terkejut, "Buat apa?"

Satya lalu berlari menyusul Michel, "Nanti nggak ada suaranya, mbak. Nanti juga kita nggak bisa pindah ke masa lalu! Terus, kita butuh kencing kodok buat ramuan ajaibnya!"

Saffa mengangguk mengerti. "Oh, gitu ya," dia lantas mengambil handphone buluk nya lalu menelpon seseorang. Setelah itu, dia meletakkan anyaman eceng gondoknya dan berkata, "Kalau mau mesin motor, itu sudah Mbak pesan di bengkel Pakde Syaipul, terus kalau urine kodoknya, nanti mbak ambil di kolam Mas Alam, ya?"

"Ah, siap!" seru mereka berdua sambil berlari ke bengkel Pakde Syaipul. Saffa lalu pergi ke kolam Mas Alam, namun bukan untuk mengambil urine kodok, melainkan untuk mencari ikan. Lumayan, untuk makan nanti siang.

Di perjalanan, dia melihat seorang pengendara motor yang frustasi melihat motornya mati, tak bergerak sama sekali. Hati kecil Saffa ikut tersentuh melihat pemandangan mengharukan itu. Dia pun menghampiri si pengendara motor, lalu bertanya.

"Pak, kenapa motornya ini?"

"Huhuhu...," tangis pengendara motor itu sambil mengelap air matanya menggunakan gazebo, "Motor saya sudah innalillahi, neng."

Saffa pun mengelus dada melihat pengendara motor ini. Dia menerawang jauh ke depan, lalu mendapati cairan kuning yang disegel dalam botol-botol kaca, sekitar satu kilometer dari sini.

"Yaudah, pak. Biar motornya bangkit kembali dari kematian, kita isi bensin aja ya, Pak. Itu di depan ada warung Mbah Jan, kita beli disana aja, Pak. Kalau nggak kuat, sini saya yang bawa motornya."

"Wah, makasih banyak ya, neng!" kata pengendara motor itu sambil terharu, "Semoga motor saya bisa hidup lagi!"

"Iya, pak, iya. Belum juga saya bawa, terima kasihnya nanti aja, hehe," cengir Saffa, yang sebenarnya punya maksud tersendiri.

Saffa menuntun motor mati itu satu kilometer jauhnya demi membantu bapak ini. Dia tak keberatan, apalagi dia adalah seorang atlet renang. Memang tidak ada hubungannya, sih. Tapi, menuntun motor mati tidak begitu berat bagi perempuan jejadian macam dia.

We Are Weirdos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang