Sepuluh

10K 647 5
                                    

Pagi hari ini, Rama memutuskan untuk berenang. Sudah lama rasanya ia tidak menghabiskan waktu di kolam renang belakang rumahnya. Mumpung hari ini dia tidak ada jadwal pekerjaan, makanya Rama harus menikmati waktu dengan semaksimal mungkin.

Setelah gosok gigi dan cuci muka, Rama kemudian keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah untuk menikmati secangkir kopi hitam favoritnya. Sesampainya di dapur, Rama menaikkan kedua alisnya ketika mendapati Karina yang sedang menikmati sarapannya.

"Tumben kamu bangun pagi." kata Rama membuka percakapan. Karina langsung mendongak dan mendapati Rama yang kini tengah membuat minuman kesukaannya, kopi hitam.

"Dua jam lagi aku harus berangkat untuk pemotretan." jawab Karina disela-sela kunyahannya. Rama mengangguk lalu setelah minumannya jadi, pria itu ikut bergabung di meja makan bersama Karina.

"Kamu hanya minum kopi saja ?" tanya Karina dengan kedua alis yang tertaut.

"Ya, kopi kan hidupku."

Karina berdecih mendengarnya dan bergumam kesal. "Minuman pahit seperti itu, apa enaknya."

Gumaman wanita yang sedang memakan sarapannya itu masih dapat tertangkap oleh telinga Rama dan menyebabkan tawa kecil keluar dari mulutnya. Pria itu lalu kembali menyesap kopinya sambil memandang Karina.

Untuk sesaat, Rama menghentikan kegiatannya meneguk minumannya. Ia terpaku memandang Karina yang nampak begitu semangat memakan isi mangkuk di depannya.

Wanita itu baru bangun tidur dan terlihat berantakan. Namun, untuk pertama kalinya, Rama baru menyadari jika istrinya itu begitu cantik.

"Ngapain lihat lihat ?" tanya Karina sengit, membuat Rama terkekeh kecil dan meletakkan cangkirnya ke atas meja. Pria itu kemudian menopangkan dagunya pada sebelah tangan dan memandang Karina teduh. "Kamu ternyata cantik juga."

Deg

Apa-apaan ini ?

Karina berdehem kecil untuk menghilangkan gugupnya. Ia kemudian mencoba bersikap cuek dengan mengambil sesendok serealnya lagi. "Baru nyadar, Pak ?"

Rama menggeleng geli dengan senyumannya yang masih tersisa. Pria itu lalu kembali mengambil cangkir dan menghabiskan isinya.

"Kamu nanti berangkat sendiri ?"

"Tidak. Gadis menjemputku."

"Mau aku antar saja ?" tanya Rama yang membuat Karina tersedak seketika. Rama yang berada di hadapan wanita itu nampak khawatir dan menyambar minuman di samping mangkuk Karina.

"Minum."

Karina langsung menerima sodoran dari Rama dan meminumnya sampai habis.

"Memangnya kamu tidak ada kegiatan hari ini ?" tanya Karina setelah napasnya sudah kembali normal. Rama menggeleng. "Aku libur. Makanya rencananya aku akan berenang sekarang."

"Kalau begitu, kenapa kamu malah menawarkan mau mengantarku, huh ?" sahut Karina jengkel. Rama kembali terkekeh. "Yah, kalau kamu mau, aku bisa membatalkan rencana berenangku."

"Kenapa ini ? Tingkahmu sangat mencurigakan." balas Karina dengan pandangan menyipit.

"Mencurigakan bagaimana ? Aku hanya ingin mengantarkan istriku pergi bekerja. Ada yang salah dengan itu ?" goda Rama. Karina mendengus dan hendak mengucapkan balasan kepada Rama, namun deringan ponsel dari milik Rama menghentikan niatnya.

'Kenapa, Van ?'

'Lo ada penawaran lagi, nih.'

'Pokoknya gue lagi nggak mau nerima job film, Van. Mau istirahat bentar.'

As Right As Rain - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang