Mamah

56 9 0
                                    

Mah, ini aku, anakmu.
Aku sudah besar, bukan?
Aku bukan lagi bocah kecil yang selalu berlindung di ketiak mu.

Mah, bolehkah putri kecil mu ini mengeluh?
Aku hanya ingin mengeluh, sebentar saja.

Apa boleh aku memulai ceritaku sekarang?
Baiklah, aku akan memulainya.

Mah, maaf, jika aku, belum bisa membuatmu bahagia.
Maaf, jika aku selalu menjadi anak pembangkang.
Maaf, jika aku belum bisa menjadi orang yang kau inginkan.

Tapi, Mah....
Bisakah kau tidak membandingkan ku dengan orang lain? Sungguh itu sangat menyakitkan. Disaat kau lebih menyukai temanku. Disaat kau memuji temanku. Dan disaat, aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia ini.

Mah, remaja labil sepertiku ini, sangat sulit mengartikan sebuah rasa kasih sayang. Bukankah semua orang tua selalu berkata seperti ini, "Kita marah, karena kita sayang." apakah benar begitu? Tapi, jika boleh aku jujur, kurasa itu tidak benar.

Apakah semarah-marahnya orang tua, akan berkata kasar kepada anaknya sendiri? Apakah akan mengatakan jika anaknya ini tidak berguna? Jika boleh aku bertanya, sebenarnya itu sebuah rasa kasih sayang, atau hinaan?

Setiap pulang sekolah, aku hanya ingin disambut olehmu, Mah. Aku mengucapkan salam, kemudian aku mencium tanganmu. Dan Mamah, akan bertanya tentang kegiatanku selama di sekolah. Bukan malah cacian yang aku dapatkan.

Kadang, aku bingung dengan sikap Mamah. Terkadang, Mamah selalu memarahiku hingga larut malam. Namun terkadang, Mamah bersikap baik, lebih dari kebaikan semua Ibu yang ada di dunia ini.

Jujur Mah, aku menyayangimu. Dan aku ingin selalu berada dekat denganmu. Tapi, ketika sedang ada acara keluarga, pastilah semuanya berkumpul. Dan disaat itulah, aku merasa tersudutkan. Disaat Mamah menceritakan tentang keburukan ku. Disitulah aku merasa menjadi orang terhina di muka bumi ini.

Mah aku menyayangimu, hanya saja masih terselip rasa kecewa di dalam hatiku...

-Tin

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang