Syahirah 2 || BAB 15

206 9 0
                                    

Acara pengajian tiga hari meninggalnya sang mama dirumah mamanya sudah dimulai sejak lima belas menit yang lalu. Dari usai maghrib, Syahirah sudah menunggu Aldo pulang. Biasanya jam setengah enam sore Aldo sudah pulang ke apartemennya, maka dari itu Syahirah pun mengira Aldo akan sampai ke rumah mamanya usai maghrib. Tapi, suami itu sampai pukul 20.15 WIB belum datang juga ke rumah mamanya.

Syahirah pamit ke Farah pergi ke kamarnya untuk menghubungi suaminya. Farah mengangguk. Syahirah berdiri dan pergi ke kamarnya. Ia mencari handphone-nya yang ia letakan di atas nakas tadi.

Syahirah mengambil handphone-nya. Tidak ada panggilan sedikitpun dari suaminya. Sampai sekarangpun Aldo masih belum menghubunginya. Apakah Aldo sampai sesibuk itu makanya tidak menghubunginya sejak tadi? Bahkan tidak mengirim atau membalas pesannya.

Syahirah menelepon Aldo melalui via whatsapp. Handphone-nya berdering.

Drrtt ... drrtt ...

Suara getar handphone yang diiringi dengan bunyi terdengar di dalam kamar. Syahirah mencari sumber suara tersebut dengan masih menghubungi Aldo. Syahirah menemukan benda persegi panjang tergeletak di bawah bantal. Suaminya tidak membawa handphone-nya.

"Astaghfirullah, mas Aldo ...." Syahirah mematikan panggilannya. Kini ia beralih ke handphone milik suaminya yang tertinggal dikamar. Syahirah mengecek handphone suaminya. Terdapat panggilan video yang tak terjawab dari sepupunya; Alea.

Syahirah menghubungi Alea kembali melalui handphone milik Aldo. Tidak butuh bagi perempuan itu untuk menerima panggilan.

[Assalamu'alaikum, Do. Lo kok susah banget buat dihubungi? Sekarang lo lagi di mana? Enggak bawa mobil, kan?]
Suara dari seberang sana bertanya panjang lebar, tidak membiarkan Syahirah untuk menjawab salamnya.

[Do? Kok, lo diem aja? Enggak terjadi sesuatu sama lo, kan?]
Tanya Alea ketika mendapati suara dari telepon hanya keheningan saja. Dari nada bicara Alea, perempuan itu terdengar sangat khawatir sekali.

"Wa'alaikum salam, Le." Dari seberang sana Alea terkejut mendengar suara Syahirah. Ternyata yang meneleponnya balik adalah istri dari sepupunya yang sekaligus sahabatnya. "Mas Aldo lagi nggak ada dirumah, Le. Dia pergi ngajar, tapi sampai sekarang belum pulang. Ada apa?"

Terdengar suara gumaman panjang. [Sebenarnya gue pengin kasih tau ke dia kalau untuk saat ini, dia jangan bawa mobil atau motor sendiri. Yang intinya jangan berkendara sendiri, harus pakai sopir atau dibonceng]

"Kenapa?" Syahirah bertanya dengan polos.

[Karena sewaktu-waktu bisa terjadi kecelakaan. Dan gue nggak mau Aldo kenapa-napa. Terlebih lagi jika kepalanya tiba-tiba sakit lagi. Sakit kepala yang dialami Aldo, bukan sakit kepala biasa Sya. Makanya gue khawatir]

Mendengar penjelasan Alea, perasaan Syahirah langsung bergemuruh. Ia jadi khawatir dan takut terjadi sesuatu dengan suaminya. Apalagi suaminya yang sampai sekarang belum pulang. Terlebih lagi tidak bisa dihubungi karena handphone miliknya yang tertinggal dikamar. Tidak dibawa. Hal itu membuat rasa khawatir Syahirah pun bertambah. Ia jadi terus berpikir negatif, meskipun sudah diusahakan untuk berpikiran positif.

***

Aldo sekarang sedang dirawat diruang ICU. Terbaring lemah dibangsal rumah sakit. Suara alat elektrokardiogram berbunyi nyaring memenuhi ruangan yang hening. Dari depan ruangan terdapat seorang ustadz yang membawa Aldo kerumah sakit.

Ustadz itu tidak sendiri. Melainkan bersama istri dan anak perempuannya. Anak dan istrinya datang menyusul setelah mendapat kabar darinya. Ustadz itu merapalkan doa-doa agar lelaki yang ia temui dengan keadaan kepala berdarah, cepat sadar.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang