Fajar mulai menampilkan pesona indahnya diiringi kicauan burung serta hembusan angin yang biasa Aku rasakan setiap hari. Beruntungnya hidup di pedesaan yang sangat asri terhindar dari keramaian dan kebisingan.
Grrh.. Aku sungguh tidak menyukai kebisingan yang pernah Aku rasakan saat tinggal di perkotaan. Meski banyak sekali pengalaman yang Aku dapatkan saat tinggal di perkotaan, namun tidak mengubah prinsip dalam diri Azayura Natalia Humaira untuk memberikan predikat pertama tempat terbaik di hati Yura selain pedesaan.
"Aduhhh..", gumamku saat merasakan ada sesuatu mengenai kepalaku
"Yuraaaa.. gua disiniii", ujar seseorang yang tak berwujud.
Aku pun mencari sumber suara itu,
"haha.. ayo dong mbak metal. Cari chord aja bisa, nyari temen sendiri masa' gak bisa ? haha", sambungnya.
Dalam hati Aku mengatakan bahwa, sungguh Aku sangat mengenal suara ini. Karena tidak ada satupun seseorang yang tinggal di pedesaan ini yang memanggil Aku dengan sebutan "mbak metal" kecuali teman-teman di perkotaan.
Sampai kurang lebih 5 menit Aku mencari sumber suara tersebut, akhirnya Aku menemukan sosok pria sedang duduk diatas batang pohon besar depan rumah tempat tinggalku.
"Astagaa.. Aigo Jerreus, sedang apa Kamu", teriakku kepada mantan Drummer Bandku dulu.
" Haha.. ", imbalnya.
-Haaappppp-
Seketika Igo turun dan menghampiriku seraya berkata,
"Yura, im so very happy karena akhirnya gua nemuin lu! Please gua butuh lu! Sebenernya bukan hanya gua tapi juga temen-temen band kita dulu. Gua mohon lu balik ke.." tak sempat meneruskan pembicaraan Igo, Aku pun memotong pembicaraan tersebut.
"Sudahlah Igo, Aku sudah berhenti untuk bermain musik. Bawa saja gitarku dan aku harap kamu tak menemuiku lagi. Aku ingin membantu nenek untuk usaha keluarga." Bantahku kepada Igo.
"Apa yang membuat lu jadi berubah gini? Apa karna lu putus cinta? Lu ditinggalin sama kekasih lu itukah? Hidup ga sependek daun jeruk, Yura. Come on! Sampai lu berubah pake rok gini krudung panjang apaan sih ga modis banget. Lu kalau sakit gua bakal bawa lu ke rumah sakit luar negri, gimana?" ledek Igo yang mulai membuatku kesal.
"IGO! Cukup! Jika kedatangan kamu kesini hanya untuk berdebat Aku tak segan-segan berteriak maling sekarang juga!" Jawabku seraya berharap Igo lekas kembali.
Aku lihat wajah yang semula seperti meledek, berubah sendu dan menunduk. Igo seketika lupa dengan tujuannya untuk datang jauh-jauh ke pedesaan yang sangat sukar dijamah oleh orang perkotaan.
Igo pun akhirnya tidak banyak basa-basi lagi dan dengan tegas mengatakan,
"Baiklah, Yura. Maafkan gua, gua hanya sedikit kaget dengan penampilan lu yang berubah drastis. Mungkin gua memaklumi waktu itu saat kita konser lu pakai hijab. Tapi dengan penampilan lu yang sekarang ini, niat gua pengen bawa lu jadi kandas."
"Go, Aku sudah menemukan apa yang sedang dicari oleh hatiku. Ketenangan ini go.. Aku sudah hijrah go", ucapku bangga dengan kondisi Aku saat ini.
"Gua hargain keputusan lu, tapi mau jadi apa lu, Yura? Dengan penampilan seperti ini? Lu du perkotaan kerjaanmu enak jadi programmer, band pun lu ada progress job naik. Sedangkan disini? Hijrah lo ga tulus, karna lo sakit hati kan?", balas Igo.
" Kamu bukan Tuhanku, Igo.. Jangan menilai....."
Tiba-tiba perempuan setengah baya keluar dari rumah yang aku tinggali saat ini, dan mengatakan,
" Yuraa.. ayo masuk, ngobrol sama siapa?"
To be continued
Kalau banyak yang request cerita lanjut akan aku lanjutin hihi..
Kalau mau komen kesalahan jangan di sini yaa, tapi di message aja :)
YOU ARE READING
Cinta dalam 1 manhaj
Romance......Hijrah lo ga tulus, karna lo sakit hati kan?", balas Igo. Yuk baca selengkapnyaa