Suara langkah yang semakin mendekat membuat Park Jimin menolehkan kepala, penuh, hanya untuk mendapati seorang pemuda tengah berjalan ke arahnya.Hal yang tidak lumrah baginya, karena kebanyakan orang pasti memilih untuk menikmati pergantian tahun beramai-ramai di tempat yang sudah disediakan. Bukan seperti Jimin yang pergi ke puncak bukit supaya bisa menguasai momentum ledakan kembang api dengan lebih sepi dan sendiri.
Terkhusus, sendirian. Karena memang begitu keadaannya. Ia sendiri di negeri orang, terasing, tanpa satu pun sosok familier dari lingkungannya dahulu. Memang sebuah keputusan yang berat untuk meninggalkan negaranya dan berkuliah di sini, tapi Jimin tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah berhasil ia dapat.
Jimin mengerjap begitu sadar kalau dirinya sudah berlaku tidak sopan dengan memandang orang asing itu tanpa berkedip. Salahkan pikirannya yang sempit. Padahal semua orang juga bebas jika memiliki pendapat seperti yang Jimin punya, untuk melipir dari keramaian. Bisa jadi karena tidak nyaman saja, atau mulai kekurangan oksigen, atau murni mencari tempat yang lebih sepi untuk menjalankan niat lain.
Senyum yang terpulas di wajah pemuda asing itu mau tidak mau membuat Jimin balas mengembangkan senyum serupa. Ia harus meminta maaf, nanti, untuk mengurangi kecanggungan di antara mereka berdua.
Sepertinya, dua orang pemuda asing yang menghindari keramaian untuk menikmati kembang api tahun baru bersama bukan ide yang terlalu buruk.
Berkas-berkas cahaya dari kejauhan yang mengenai figur itu memperjelas pandangan Jimin pada sosok baru yang semakin mendekatinya. Pemuda itu tampak muda, mungkin mahasiswa tahun ajaran baru juga sama sepertinya. Garis mukanya kaku dengan alis menukik dan mata memicing serius, tapi senyum tipis di sudut bibirnya membuat Jimin tertegun. Orang asing ini menarik, ia mengakuinya.
Apalagi saat senyumnya semakin melebar saat mereka semakin dekat... untuk sesaat Jimin terkesima. Wajah-wajah blasteran memang selalu atraktif sejauh yang sudah pernah ia lihat.
"Hai, kau tidak bergabung di festival di bawah sana?" tanya Jimin, sekadar basa-basi untuk membuka percakapan.
Mata pemuda asing itu membesar dengan kegembiraan tergurat jelas di sana. Irisnya yang keabuan tampak begitu memukau kala seberkas cahaya mengenainya. Jimin terpukau.
"Tidak, aku Kim Taehyung," ia terkejut oleh bahasa ibunya yang diucapkan pemuda itu dengan begitu luwes, "dan apakah kau masih Jimin? Choi Jimin?"
Park Jimin tidak bisa lebih terkejut lagi saat pemuda asing itu tiba-tiba merengkuhnya ke dalam pelukan erat. Seharusnya ia melawan dan melepaskan diri tapi rasa penasaran akan sosok yang berasal dari negara yang sama dengannya membuat Jimin bertahan. Terlebih ia harus meluruskan kesalahan di sini. "Maaf, mungkin Anda salah orang, saya Park Jimin."
Pemuda yang memeluknya tertawa kencang, sesaat rengkuhannya mengerat sebelum jarak tercipta di antara mereka. Jimin sedikit mendongak menatap sosok yang lebih tinggi darinya itu-yang tengah menatapnya juga dengan raut wajah yang tidak bisa Jimin terjemahkan-apakah ia melihat guratan rasa sakit meski sekilas?
Dari jarak mereka yang tak seberapa, Jimin sadar. Pemuda ini begitu tampan kala makin diperhatikan. Tapi ia terganggu oleh kesedihan yang kini memancar dari paras rupawan itu. Dia kenapa?
"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Jimin lagi. Pemuda jangkung itu masih tak lepas menatapnya, senyum lembut kini tersungging dari bibirnya.
"Ini perayaan tahun baru ke-seratus enam puluh lima yang aku lewati sejak kepergianmu, Jimin-ah, kau pikir aku baik-baik saja?"
Pemuda ini orang gila ya? Jimin mulai takut.... Tapi penampilannya bersih sekali-dan ia kelihatan amat waras. "Tapi saya bukan orang yang Anda cari, Tuan, saya seorang Park."
KAMU SEDANG MEMBACA
vmin week 2019 [VMIN]
Fanfiction[DRABBLES] VMin Week 2019 dihelat pada tanggal 6-12 Mei. WARNING: Flashbacks. Tidak berkesinambungan. Major character death. Fandom/ Pair: BTS/ VMIN | Rating: R15-R18+ | Cast: Kim Taehyung, Park Jimin, etc | Genres: Slash Romance, Fluff, Semi-smu...