Nomor
"Gue sudah catat tingginya selama seminggu. Fotonya nanti gue kirim lewat Line atau WhatsApp?" Tanya Ciko pada Ogi.
Ogi terdiam cukup lama, lalu berbisik. "WhatsApp."
Ciko menaikan sebelah alisnya saat mendengar jawaban Ogi, untuk jawaban seperti itu dia harus menghabiskan beberapa detik untuk perpikir. Tapi Ciko tidak menyuarakan pikirannya, dia mengangguk lalu menyerahkan ponselnya pada Ogi.
"Tulis nomor lu!" Pinta Ciko.
Ogi menerima ponsel Ciko dengan ragu-ragu. Dia membuka aplikasi telepon dan mulai mengetik angka. Saat baru enam angka tertera, Ogi langsung diam. Setelah diam cukup lama, dia menghapus dua angka dan mulai mengetik lagi. Namun, di angka ke delapan, dia kembali diam. Kali ini dia diam cukup lama, lalu menghapus empat angka. Setelah itu dia mencoba mengetik lagi dan setelah cukup dua belas angka tertera, dia diam sebentar lalu memberikan ponsel kembali ke Ciko.
Ciko yang dari tadi menunggu langsung tersentak, "Sudah?"
Ogi mengangguk pelan, terlihat ragu.
Ciko baru saja ingin mengambil kembali ponselnya namun Ogi dengan cepat menariknya. "Sepertinya ada yang salah." Gumamnya pelan.
Ciko, "..."
Lalu Ogi kembali bermain dengan angka-angka seperti bermain Sudoku. Setelah lima menit, Ogi seperti keasikan memecahkan nomor teleponnya hingga lupa jika Ciko sedang menunggunya.
"Lu bawa hp?" Tanya Ciko pada akhirnya.
Ogi mengangguk pelan.
"Kalau gitu keluarin, terus cari nomor lu." Saran Ciko.
Ogi langsung mengikuti instruksi Ciko. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas dan segera menekan *808# untuk mencari nomor SIMnya. Setelah dapat, dia dengan hati-hati mengetik nomornya di ponsel Ciko. Setelah lebih dari setengah menit mengetik dua belas angka, Ogi akhirnya memberikan kembali ponsel Ciko.
Ciko menerima ponselnya dan langsung menyimpan nomor Ogi di kontak teleponnya. Setelah selesai, dia menatap ragu Ogi. "Lu yakin bisa buat makalah?"
Ogi terkejut dengan pertanyaan Ciko, dia menatap Ciko dengan tatapan bingung.
Ciko dengan cepat melambaikan tangan, "Gue gak maksud apa-apa. Gue cuma nanya, kalo lu kesusahan ngetik atau gak punya leptop, gue bisa buat makalahnya."
Ogi menggelengkan kepalanya pelan, kemudian dia bergumam. "Tidak masalah, gue sering buat makalah."
Ciko mengangguk paham, "Kalau lu benar-benar memiliki hambatan, lu tinggal chat atau nelpon gue aja."
Ogi mengangguk.
"Jangan paksain diri!" Tambah Ciko.
Ogi mengangguk lagi.
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen FictionWarning* *Cerita ringan yang beberapa chapter hanya berisi satu atau dua kalimat doang. *Terdapat kata-kata kasar/umpatan. *Tidak ada prolog/sinopsis, langsung baca aja. Cerita sepaket : Titik Bukan koma (TBK) > MangaToon/Noveltoon