DI ANTARA SUNYI

21 2 0
                                    

Di sepertiga malam diantara kesunyian dan berisiknya denting-denting waktu. masih saja aku mendengar ayam berkokok dengan nyaringnya seakan tak ada penghuni lain terusiknya atau penghuni lain itu sibuk dengan mimpi-mimpinya yang lupa mengeraskan menjadi cita-cita lalu mempolakan dan menjadikan gagasan ke dalam hidupnya, ah aku tak tau. Yang jelas aku masih sibuk dengan segelas kopi pahit dan rokok yang terjepit di antara sunyi dan berisiknya waktu.

Di kampungku masih saja orang-orang percaya akan mitos, mitos jika seseorang mendengar kokok ayam di malam hari atau di sepertiga malam pertanda ada satu atau ribuan malaikat turun kebumi, pikirku jika saja memang malaikat-malaikat itu benar adanya turun ke bumi lantas mengapa ayam-ayam itu terbangun dari nyenyaknya tidur, seandainya malaikat itu langsung datang menghampiriku mungkin akan aku tawarkan secangkir kopi atau teh hangat agar menemaniku yang sedang tercepit di antara sunyi dan berisiknya waktu.

Ah baiknya sudahi saja cerita ayam yang berkokok dan malaikat, toh malaikat tak menghampiriku meskipun kopiku semakin dingin dan endapannya semankin padat pekat. Tak terasa malam juga mulai mengendap dan semakin pekat sama seperti ampas kopi di dalam cangkirku, tadi rembulan tepat di atas kepalaku namun kini mulai melarut terseret di mana matahari tenggelam, malam semakin sunyi dan jarum-jarum jam masih sibuk mengejar setoran, entah mengapa jarum-jarum itu sibuk dan konsisten menghitung angka yang itu-itu saja. Terkadang rasanya aku iri dengan jarum jam yang berputar-putar itu meskipun membosankan, yang terpenting di situ ada kehidupan.

Di malam yang sepi dan denting-denting waktu yang ramai kini rembulan tak lagi terlihat awan hitam menghampiri langit dan menutupi paras megah rembulan, mungkin rembulan sedang mandi atau berak. Jarum jam terus bergerak memaksa tubuhku ikut bergerak, bergerak dari teras sepi menuju kesepian yang lain tetapi dalam benakku aku percaya mimpiku takkan sepi sesepi teras rumah yang dingin di tiap-tiap malamnya.

Kasur tipis, selimut yang terkulai lemas, dan buku-buku yang berserakan mengotori singgahsana mimpiku seakan sudah melolong memanggilku.
inilah ragaku siap memelukmu lalu menciptakan mimpi. terindah.

             temanggung, 15mei2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DI ANTARA SUNYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang