31 • Kenyataan

113 9 0
                                    

Kata orang, kamu itu hanya bayangan.
Kata orang, harapan itu semu.
Lantas, mengapa aku masih mengharapkanmu yang sebatas bayangan semu?

Lantas, mengapa aku masih mengharapkanmu yang sebatas bayangan semu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bentar ...." Seorang gadis menyahut malas dari dalam kamarnya. Dengan langkahnya yang tak bersemangat seperti biasanya serta mata yang bengkak, gadis itu membuka pintu untuk mengetahui siapa yang telah mengganggu waktu tidurnya.

"Ha-lo?" sapa Grazio kikuk. Deretan giginya yang rapi serta kelima jarinya yang tadinya terangkat kian diakhiri melihat kondisi Ayu yang tak seperti biasanya.

Siapa yang bikin lo kayak gini? "Muka lo jelek."

"Gue nggak ada waktu buat ngeladenin lo cuma buat ngejek gue," balas Ayu ketus lalu membalikkan badannya. Ayu melangkah meninggalkan Grazio. Di langkah ketiga, sebuah tangan yang berukuran besar menggenggam jemarinya dengan hangat. Ayu berhenti. Dia ingin sekali melepaskan genggaman itu. Namun apa daya, ia memang sedang ingin dikuatkan. Rasanya, kehangatan itu telah melenyapkan sedikit dari kesedihannya.

Ayu berbalik dan genggaman itu langsung dilepas oleh Grazio. Ayu ingin menariknya lagi, menggenggamnya lagi lebih erat hingga larut malam. Namun itu tidak mungkin sebab ia dan Grazio sama-sama sudah besar, akan ada kecanggungan bila itu terjadi.

Ayu berusaha menepis segala pikirannya itu. "Ada apa ke sini?"

Gue mau ngehibur lo. Gue nggak suka liat lo nangis. "Di depan ada pasar kaget. Kebetulan gue dikasi kupon gratis main kereta-keretaan sama bapak-bapak tadi."

"Main aja sono sendiri."

Kita beli gulali, ya? "Nggak lucu gue segede ini duduk diem nungguin keretanya muter-muterin relnya."

"Bakal lebih nggak lucu lagi kalo gue ikut."

Lo lucu. Dalam keadaan apa pun, dimana pun dan kapan pun. "Coba dulu makanya. Ntar gue suruh anak di sana ketawain lo deh."

"Nggak."

Apa setelah ini lo bakal nangisin dia lagi? "Trus lo mau ngapain setelah ini? Nangis lagi di kamar sendirian sampe bola mata lo ke luar?"

"..."

"Dia akan tetap begitu, sehebat apapun lo nangisin dia. Nggak akan ada yang berubah."

"Pardon, Zio?"

"Ok, gue jelasin. Gue nggak suka ngelihat lo ngurung diri di kamar sampai mata bengkak gitu. Gue pengen buat lo mati ngakak, seenggaknya sampai malam nanti. Terkesan maksa, tapi lo bakal kehabisan stok air mata kalau nggak dijelasin kayak gini."

"Ini Grazio Virana yang gue kenal, 'kan?" Ayu mengerjapkan matanya berkali-kali. Tak biasanya Grazio jadi super bijak seperti ini. Karena heran, gadis tersebut memegang jidat cowok itu.

"Bukan, gue Arie Kriting. Btw, gue masih waras." Dengan pelan, Grazio menepis tangan mungil itu dari jidatnya.

Grazio berbalik. Sebelum benar-benar meninggalkan gadis itu, ia berujar, "Gue tunggu di bawah. Tiga puluh menit cukup, 'kan?"

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang