"Untuk jadwal bertemu dengan client dari Jepang sekitar jam sembilan pak."
"Baik, siapkan semua berkas untuk kita bahas nanti."
"Oke pak, sampai ketemu nanti."
"Ya." Ujarnya yang langsung menghentikan sambungan telfon dan menghampiri kedua orang tuanya yang sibuk dengan hidangan didepannya.
"Good morning, sayang." Ujar wanita paruh baya, saat melihat anak semata wayangnya duduk dihadapannya.
"Good morning ma, pa." Jawabnya yang langsung meminum segelas susu putih dihadapannya.
"Bagaimana dengan tawaran bisnis papa, kamu mau?" Tanya papa membuka suara. Tapi jawaban yang dilontarkan hanya menggeleng kepala, menandakan dirinya tidak mau. "Kenapa?"
"Aarav masih mau lanjutin bisnis yang Aarav buat sendiri." Ujarnya tenang sambil mengunyah roti yang ia potong.
"Aarav, Aarav kamu memang pintar ya punya bisnis sendiri padahal anak temen papa, pada mau lanjutin bisnis orang tuanya." Ujar papa sambil tersenyum bangga pada Aarav." Yaudah kalau kamu mau lanjutin bisnis kamu, papa dan mama akan mendukung kamu."
"Yap, papa sama mama pasti ngedukung kamu." Timpal mama. Aarav hanya membalas dengan senyuman.
"Oiya satu lagi, apa nanti malam kamu ada kegitan rav?" Tanya papa sambil mengambil buah apel yang sudah dipotong di atas piring. Aarav hanya menggeleng kepalanya menandakan tidak ada kegiatan yang harus ia lakukan.
"Kalau gak ada, nanti malam kita akan makan malam dengan Urdha, sahabat papa dari sd sampai sekarang. Sekalian kamu rav, kenalan sama putrinya si Urdha." Jelas papa, yang langsung diangguki oleh mama.
"Iya sayang, nanti kamu sekalian ketemu sama Ana, putrinya Urdha yang cantik, solehah, putih, pintar, rajin, ramah, imu-" ujarnya terhenti saat papa menyela pembicaraan mama.
"Udah ma jangan dijelasin dulu ke Aarav, biar surprise Aarav yang langsung temui putrinya Urdha." Ujar papa dengan senyum menggoda ke Aarav, tapi Aarav hanya diam dan menyantap roti dengan tenang tidak peduli dengan kedua orang tuanya yang sibuk menggodanya.
"Aarav berangkat ke kantor, nanti Aarav kabarin mama sama papa kalau Aarav udah selesai kerja." Ujarnya yang langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang masih setia di bangku.
"Papa berharap banget ma, si Aarav mau terima Ana." Ujar papa yang langsung diangguki cepat sama mama.
"Mama juga maunya begitu, Ana tuh udah paket complit kayak mama, cantik iya, solehah banget, ramah juga semuanya lah udah kayak nasi goreng pake telur, nikmat."
***
Deringan handphone yang memenuhi ruangan, memecahkan ruangan tersebut yang sunyi akan hal seperti itu kecuali Aarav yang sedang menjelaskan programnya.
"Maaf." Ujar Aarav yang langsung mematikan panggilannya. Saat Aarav ingin melanjutkan lagi panggilan tersebut kembali memecahkan ruangan tersebut.
"Diangkat saja tuan." Ujar client dari Jepang.
Aarav berat hati untuk mengangkatnya, akhirnya ia mematikan handphonenya dan melanjutkan presentasi program milik kantornya.
Ketika selesai dengan pertemuannya kali ini Aarav langsung menyalakan handphonenya dan melihat 37 panggilan tak terjawab dari Elenna dan 236 pesan darinya. Aarav langsung menghubungi Elena.
"Hallo rav." Ujar Elena di sambungan telfon.
"Maaf tadi saya lagi ada pertemuan sama client dari Jepang, jadi saya matiin handphonenya."
"Iya gapapa, harusnya aku yang minta maaf sama ka rav, aku udah ganggu kamu. Ntar malam bisa ketemu? Mom sama dad mau ketemu kamu." Tanya Elena di sebrang sana.
"Nanti malam?" Tanyanya memastikan. Elena hanya berdehem sebagai jawaban." Maaf, nanti malam saya mau ketemu sama temen papa. Apa gak bisa besok malam? Nanti saya usahain."
"Nanti aku sampain ke mom sama dad kalau besok malam bisa atau gak, yaudah kalau gitu, nanti aku kabarin mom sama dad bisa atau engga. Oiya kamu udah makan? Kalau belum kita makan bareng di restoran dekat kantor kamu."
"Belum, mau saya jemput kamu terlebih dahulu?" Tanya Aarav.
"Ya gak usahlah rav, nanti kamu bolak balik. Nanti aku naik mobil aja sendiri, aku matiin ya sampai ketemu nanti, bye." Ujar Elena yang langsung mengakhiri panggilan mereka.
***
"Kamu udah mesen?" Tanya Elena yang baru saja tiba dan langsung duduk disamping Aarav. Aarav hanya menggeleng.
"Mau menu yang biasa kita pesen aja?" Tawar Elena yang hanya diangguki Aarav sebagai jawaban. Elena memanggil pelayan dan memesan makanan yang biasa ia makan disini.
"Gimana tadi, lancar?" Tanya Elena memecahkan keheningan di antara mereka.
"Ya, seperti biasa." Jawab Aarav
"Bagus deh. Oiya tumben banget kamu temuin sahabatnya om Argan, mau ada bisnis baru sama temennya om Argan?"
"Gak tau, papa bilang cuman mau makan malam sama temen papa. Gak tau kalau ada bisnis nantinya." Jawab Aarav.
"Rav, momy mau kamu cepat lamar aku soalnya kalau enggak aku bakal dijodohin sama anaknya temen dady." Ujar Ellena tiba tiba yang membuat Aarav menghentikan kegiatan yang ia lakukan, dan menatap Ellena cukup lama kemudian senyuman hangat yang tidak pernah ia beri pada siapapun, kini tercetak dibibirnya.
"Nanti aku bilang sama mama papa, agar ke rumah kamu secepatnya." Ujar Aarov sambil mengacak rambut Ellena lembut.
Pipi merah Ellena tidak bisa di sembunyikan untuk kali ini, Aarov yang dingin, diam, dan biasanya ngomong saya. Kini berubah drastis saat Ellena mengucapkan kalimat seperti itu. Kini Ellena begitu yakin, kalau Aarov memang menyayangi dirinya.
Jangan lupa vote dan commentnya💦
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE WIFE
Fiksi Remaja"Kenapa om menikahi Ana?" Tanya gadis cantik yang dibaluti hijab putih yang di hiasi pernak pernik mendominasi hijab putihnya itu. "Karena dijodohin." Jawabnya singkat, tanpa menoleh sedikitpun pada dirinya. "Ouh karena itu doang." Ujar Ana kecewa d...