Udah lama aku yak aku gak update ceritanya Lea-Abi. Ada yang kangen gak sih sama Om Abi?
Kangen dong yaaa....
Hahah, maksa :p
Enjoy!!
***
Lea POV
Ada yang bilang rumah itu tempat kita pulang, tapi menurutku rumah lebih dari sekedar itu. Bagiku, rumah adalah tempatku berlindung, tempatku mendapat kasih sayang, tempatku mencari jati diri dan tempat dimana aku bisa bereksepresi tanpa harus malu dan takut dimarahi.
Rumahku adalah keluargaku.
Baru kemarin aku sampai di Jakarta, dan kini aku sudah ada di pesawat menuju Malang, nanti aku akan dijemput oleh Ronald dan Rarisa.
Ngomong-ngomong soal kota kelahiranku, entah kenapa membuatku jadi rindu akan apel kuningnya.
Aku juga rindu sekolahku dulu. Sekolah yang mengajarkanku cara mencari dan menemukan teman sejati. Sekolah adalah rumah keduaku dulu. Disana, aku tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tangguh. Aku mengikuti exkul karate, dari sejak aku SD sampai aku SMA.
Bisa dibilang, aku jagoan.
Hampir setengah hari kuhabiskan waktu disekolah karena menghindari ocehan Ronald yang over protective pada aku, kakak perempuan satu-satunya.
Padahal orangtua ku saja tidak sebawel dia.
Ah, aku jadi rindu pada keluargaku... Aku juga merindukan Icha, adik kecilku yang masih SD. Ingin sekali aku memeluknya.
Didalam koper besarku, aku sudah membawa boneka teddy bear limited yang dia minta untuk dijadikan oleh-oleh sebelum aku berangkat.
Hm, sebenarnya itu bukan oleh-oleh dariku, melainkan oleh-oleh dari Abi. Ah, ya, manusia itu lah yang mengeluarkan isi dompetnya demi boneka adikku itu.
Dan tak lupa Ronald, yang meminta sepatu bola, sama, dibeli dengan uang Abi juga.
Bukan, bukan aku yang matre, tapi Abi aja yang sok pahlawan memaksaku, dan mengambil dompetku, dan ditinggalkan di mobil. Awalnya aku marah, namun Abi membujuk-bujuk dan lama kelamaan aku pun luluh juga.
Aku sudah menapaki kakiku di Bandara Abdul Rachman Saleh, aku mencari-cari dimana keberadaan kedua adikku yang mukanya sangat jauh berbeda. Muka Ronald mirip denganku dan Mama, sedangkan wajah Rarisa mirip sekali dengan Papa. Bagai copy paste.
Celingak celinguk sebentar, aku masih saja tak menemukan keberadaan mereka, sampai akhirnya teriakan nyaring memenuhi telingaku. "Mba Leaaaa, Icha disini"
Nah, langsung kucari darimana arah suara itu.
Disana, di salah satu kursi tunggu aku melihat Icha sedang lompat-lompat, sedangkan Ronald duduk santai disebelahnya.
Hah, masih saja malas-malasan dia.
"Icha... Ronald..." kupeluk mereka satu per satu.
Kucium pipi Icha gemas, "Mba kangen"
"Icha juga," ucapnya memamerkan giginya yang diberi pagar itu.
Lucu, tapi terkesan dewasa.
***
"Jadi anak Mama udah dilamar?" tanya Mama saat kami berada diruang makan. Huft, pasti ini kerjaan Luna deh. Ember bocor banget sih dia.
"Ya gitu" jawabku malas-malasan.
Mama dan Papa tersenyum. "Jadi kapan dia bakal dateng kesini?"
Aku terdiam. Kapan? Entahlah. Bahkan lamarannya saat itu aja sudah kutolak. Aku tak yakin dia akan datang kesini untuk melamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be The One ✅
RomanceSaat raga sudah melemah, namun hati masih menginginkan untuk bertahan. Jalan mana yang akan ia pilih? Menyerah? Atau tetap berjuang?