Sejujurnya gue ngga terlalu ngerti ya tata cara nulis cerita sesuai PUEBI itu gimana. Yang gue tahu kalau kita baca-baca cerita atau novel online gitu gitu tuh, ambil contoh di Wattpad ya, awal cerita tuh judulnya harus prolog. Jadi kalau elu ngetik awal cerita judulnya kata pengantar, elu bukan lagi nulis novel tapi lagi nyusun skripsi.
Jadi pada prolog kali ini kalian akan menemukan seorang cowok bernama Galih Rendra Sebastian, yang gue sendiri bingung harus jelasin mulai dari mana dulu. Tapi demi kalian pembaca gue, gue akan jelasin sebisa gue.
Dia, si Galih ini orangnya ganteng, gagah dan gentleman, jalannya dia ngga bakal sepi dari teriakan cewek-cewek yang histeris memanggil nama dia, dia jago olahraga, reputasi di depan guru selalu baik, terbaik di kelas drama, belum lagi dia anak band, anak indie, anak emaknya juga, terlebih elu harus berjalan dalam skala radius sepuluh kilometer dari sekolah cuman buat mencari orang yang ngga kenal si Galih ini.
Galih ini sering dijadikan patokan sebagai karakter di beberapa cerita ya, sebagai contoh Edward Cullen di novel Twilight atau Jace Wayland di Mortal Instrument yang baca deskripsinya aja gantengnya udah melebihi kapasitas potensi umat manusia pada umumnya. Nah itu kalau kalian bingung darimana penulisnya dapat ide, ya dari si Galih ini.
Tapi sayangnya kalau yang kalian cari di kisah ini adalah kisah cinta antara Galih dengan seorang cewek, yang somehow ngga tertarik dengan kegantengan dia, lalu seiring waktu berjalan lama-lama cinta tumbuh diantara mereka berdua, dibubuhi dengan datangnya cinta masa lalu, kenangan bersama mantan yang tiba-tiba memutuskan hubungan keduanya, Galih yang kemudian sebagai makhluk ganteng galau, lalu cinta kembali menyatukan keduanya, Galih kemudian yang tadinya galau ngga galau lagi, hal-hal semacam gitulah, maka kalian salah.
Ini cerita tentang gue, Andra—
—temennya.
Membaca paragraf ini saja gue yakin separuh dari pembaca udah ngga tertarik lagi ya. Tapi ngga apa-apa, setidaknya gue ngga akan dituduh memakai jasa pembaca bayaran gitu ya, hanya untuk bilang cerita ini bagus kok, gini gini gini dan gini. Gue yakin pembaca gue sekarang adalah pembaca yang cerdas, ganteng, berbudi baik, dan berakhlak sesuai norma agama—iya gue sendiri ini yang lagi baca novel gue, gue ngga bilang ini kepribadian kalian.
So, apa sih dampak yang muncul dalam hidup gue setelah temenan sama si Galih ini. Simpel, sebagian besar daftar yang muncul adalah keuntungan, dimana pada prolog kali ini akan gue jabarkan satu persatu.
1. Dapat Hadiah Paketan
Saat itu gue dan Galih baru selesai kelas olahraga, tahu ngga panasnya bung, minta ampun dah. Kita berdua duduk ngadem di bawah pohon rindang dekat lapangan. Gue cuman bisa duduk menengadah dengan kedua tangan gue yang menyangga—menahan tubuh gue supaya ngga jatuh ke belakang. Galih juga ikut kepanasan, dia pun pakai baju dia buat ngelap keringat di muka dia, otomatis perut ala roti sobek dia kelihatan dong diikuti dengan jeritan-jeritan histeris di ujung lapangan.
Gue sih awalnya cuek aja, tapi lama-lama jeritannya semakin mendekat gitu, itu 'kan ganggu ya, udah panas, diteriakin kek maling, bikin kepala tambah pusing. Gue pun memutuskan melakukan hal yang sama dengan Galih, ngelap muka gue pakai baju, otomatis ketika perut gue yang rata terpampang, seketika semua teriakan itu hilang.
"Ih lihat deh, kurus banget tuh anak, cacingan kayaknya."
Dasar orang-orang yang tidak mengerti makna keindahan hakiki, pikir gue yang kemudian menurunkan baju gue.
Tak berapa lama ternyata ada seorang kakak kelas kenalan kami yang datang menghampiri kami, yang entah mengapa dia di sini padahal harusnya kelas tiga masih ada pelajaran ya. Mungkin dia izin ke toilet gitu terus malah belok nontonin Galih olahraga, mirip di novel-novel gitu ngga sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Kelewat Ganteng
أدب المراهقينGalih Rendra Sebastian. Orangnya ganteng, gagah dan gentleman, jalannya dia ngga bakal sepi dari teriakan cewek-cewek yang histeris memanggil nama dia, jago olahraga, reputasi di depan guru selalu baik, terbaik di kelas drama, anak band, anak indie...